"Barusan," katanya seraya melihat ke arahku yang berdiri di depan meja kerjanya.
Sontak aku menyadari sesuatu. Jika ternyata dia terpancing juga. Aku pikir dia hanya berpura-pura. Tapi nyatanya, tidak. Ada naluri alami dari dalam dirinya saat melihatku di kolam waktu itu. Dan bisa kupastikan jika kini dia sudah mulai menggunakan perasaannya terhadapku. Walaupun persentasenya masih kecil, tapi setidaknya peluang untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
"Tuan, tolong maafkan aku."
Aku mengemis maaf padanya saat semua kedokku terbongkar. Hari ini dia berhasil menelanjangiku dengan bukti-bukti yang dia dapatkan. Aku serba salah, benar-benar serba salah. Langkah apa yang harus kuambil agar dia tidak menyingkirkanku?
Harus kuakui jika hanya Jackson lah yang berhasil mengalahkanku. Sebelum-sebelumnya tidak pernah ada pria ataupun wanita yang bisa mengalahkanku. Jackson seperti iblis yang bergentayangan di pagi dan malam hari. Dia bergerak dalam senyap untuk mencari bukti, dan kini berhasil menelanjangiku.
Ya ampun ....
Dia beranjak bangun dari kursinya. Bergerak selangkah demi selangkah ke arahku. Tatapan matanya seolah memburu, ingin menghabisiku saat ini juga. Ternyata dia amat pintar memainkan penilaian orang lain. Lagi-lagi aku telah salah menilainya. Aku pikir dia punya perasaan lebih padaku. Namun nyatanya, itu hanya angan yang kubuat semata.
Dia menaikkan daguku. "Gue nggak akan biarin hidup tenang siapapun yang berani berniat buruk sama gue. Saat gue sadar, gue pasti menghabisinya." Dia menatapku tajam.
Seketika sekujur tubuhku merinding karenanya. Kutelan ludahku berulang kali dan kini kami saling bertatapan wajah dan mata. Dia lalu melepas kacamataku dan juga wig rambutku seenaknya. Dan terlihatlah wajah dan rambut asliku di hadapannya.
"Lumayan." Dia tersenyum sinis setelah melepas semua penyamaranku.
Aku bergidik takut. Jika bisa lari, aku akan lari. Tapi kini yang aku bisa hanya bernegosiasi dengannya.
"Tuan, ak-aku akan membayar semua kesalahanku." Aku bicara padanya dengan terbata.
Saat ini aku tidak bisa lagi melarikan diri. Benar-benar tersudut dengan semua bukti-bukti darinya. Belum lagi Bianca yang menghantuiku seperti anjing gila. Dia membuatku tertekan dalam ancamannya. Ditambah lagi rasa syok karena melihat Zea dan Andreas bersama. Hampir-hampir saja jantungku ini copot karenanya. Dan kini di depanku ada Jackson yang amat berbahaya. Satu-satunya cara agar selamat adalah memeluk bekingan terkuat.
Dia mendekatkan wajahnya ke mataku, seolah ingin menjelaskan kekuasaannya. "Mau bayar dengan cara apa? Pikirkan baik-baik sebelum bicara," katanya sambil memainkan rambutku yang tergerai panjang.
Aku berpikir cepat. "Apakah aku punya tenaga untuk menarik Anda ke dalam kolam? Atau Anda sendiri yang bersedia ditarik olehku?" tanyaku, meminta jawaban atas kejadian di kolam renang waktu itu.
"Emang lu pikir, lu bisa narik gue?" tanyanya ketus.
Seketika aku memahami apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahan ini.
Sore harinya...
Aku baru saja keluar kantor untuk beristirahat setelah jam kantor usai. Dan saat tiba di meja kerja, Zea meneleponku. Dia memintaku untuk bertemu. Aku lalu berjalan masuk ke ruangan Jackson di mana dia sedang membaca beberapa dokumen. Dia pun melihatku masuk sambil menerima telepon.
"Nyonya Zea, identitasku sudah ketahuan oleh tuan Jackson. Aku harus bagaimana?" tanyaku kepada Zea di telepon, sedang aku berdiri di hadapan Jackson.
"Apa?!" Zea terkejut mendengar perkataanku.
"Tapi dia tidak melukaiku, Nyonya," kataku lagi padanya sambil melirik ke arah Jackson yang duduk.
Kurasakan dia sedikit lega. "Nyonya, sebentar. Ada tuan Jackson!"
Segera kuputuskan sambungan teleponnya, pura-pura Jackson datang dan ingin memergokiku. Tak tahu apa yang Zea pikirkan sekarang, kini aku berpihak kepada Jackson.
Jackson melihat ke arahku yang berdiri di hadapannya. Dia tersenyum simpul dan menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Rubah yang licik!" Dia mengatakan hal itu padaku.
Aku tidak peduli bagaimana pandangan Jackson terhadapku. Aku hanya ingin mendapatkan gaji dua kali lipat dari pekerjaan ini.
"Tuan, aku bisa mendapatkan bukti perselingkuhan Zea untuk menambah pegangan Anda dalam sidang perceraian." Aku menawarkan seraya membungkukkan badan ke arahnya.
Dia terdiam sejenak, membuatku menunggu. Aku pun mendekat lalu mencium dagunya. Mulai menggoda hatinya agar memaafkan kesalahanku. Kulihat dia terkejut dengan sikapku ini.
"Tuan, berpura-puralah terjerumus dengan semua yang kulakukan untuk mengelabuinya," kataku lagi.
"Pura-pura terjerumus? Kenapa bukan beneran?" Dia balik bertanya.
Aku tersenyum simpul padanya. "Tuan, jangan memaksaku untuk menjadikan akting ini nyata. Nanti kau akan kewalahan," kataku lalu menjauhkan diri darinya.
Aku masih menggodanya agar dia tidak membalas perbuatanku yang sudah ketahuan ini. Aku tidak punya pilihan lagi selain itu. Aku juga tidak percaya dia mempunyai hati yang tulus terhadapku. Jadi kulakukan saja agar selamat dari mereka semua. Tak ada yang bisa kulakukan lagi selain itu.
Beberapa menit kemudian, aku kembali melancarkan aksiku. Aku membuat janji temu dengan Zea setelah mendapatkan izin dari Jackson. Dengan segera kulajukan mobil ke tempat bertemu kami sambil memikirkan apa yang harus kukatakan nanti padanya.
Sesampainya di atap restoran waktu itu...
Wanita berdres biru selutut berdiri menungguku di atap restoran. Setelah sampai aku segera menyapanya. Dia pun berbalik ke arahku dengan wajah penuh penantian. Dia kemudian menanyakan tentang kemajuan misiku selama beberapa minggu terakhir ini.
"Aku belum tahu sepenuhnya apa kesukaan tuan Jackson, Nyonya. Mungkin karena itu misiku belum juga berhasil." Aku pura-pura lugu di hadapannya.
"Jadi misimu belum banyak membuahkan hasil?" tanyanya lagi.
Aku pikir dia akan kesal, namun ternyata tidak. "Benar, Nyonya," jawabku menutupi di mana aku berpihak sekarang.
"Aku menemukan kartu stafmu di garasi basement rumahku. Sebenarnya apa yang terjadi, Nona Cecilia?"
Dia menanyakan padaku tentang pembatalan janji bertemu yang tiba-tiba. Dan dapat kutarik kesimpulan jika dia telah mengetahui kebohonganku kemarin.
"Nyonya, saat sampai waktu itu sudah malam akibat macet. Dan ponselku juga kehabisan baterai sehingga tidak bisa menghubungi Anda. Maka dari itu aku memutuskan untuk pergi," kataku beralibi.
"Oh, ya?"
Kulihat wanita di hadapanku ini seperti kurang percaya. Tapi aku tidak peduli.
"Nyonya, aku harus menemani tuan Jackson di pertemuan malam ini. Jika tidak, dia bisa saja curiga. Bianca sudah membocorkan siapa aku sebenarnya. Aku harus bekerja ekstra untuk menutupi apa yang Bianca katakan kepada tuan Jackson," kataku lagi.
"Baiklah." Dia mengizinkanku.
"Kalau begitu, aku permisi." Aku berpamitan padanya.
Aku pikir bisa tenang setelah menjelaskan kronologi palsuku. Namun, saat aku beranjak pergi, dia memanggilku kembali.
"Nona Cecil, kuharap kamu selalu ingat jika aku yang mempekerjakanmu. Selesaikan misi ini dengan sempurna maka kita semua akan senang. Karena kalau tidak, aku akan menjadi musuhmu yang paling merepotkan." Dia mengancamku.
Aku terdiam di tempat setelah mendengar kata-kata itu. Dia pun mengambil tas mewahnya lalu pergi meninggalkanku. Hawa membunuh pun bisa kurasakan saat berpapasan dengannya. Sepertinya dia tidak akan tinggal diam begitu saja.
Kusadari jika kini berada di dua pihak yang berlawanan. Tak tahu siapa yang lebih benar, aku hanya mengikuti kata hati saja. Dan telah kuputuskan jika aku lebih berpihak kepada Jackson daripada Zea. Karena aku merasa semua masalah ini berawal dari perselingkuhannya dengan Andreas, General Manager Jackson sendiri.
Naif memang, tapi aku berhak memilih yang terbaik untuk mendapatkan jaminan terbaik. Aku rasa jika bersabar lebih banyak, aku benar-benar dapat menaklukkan hati Jackson. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama mau berusaha. Dan aku akan berusaha menyelamatkan nyawaku dari kebuasan mereka.
"I-itu ...?!" Detik berikutnya aku tak percaya melihat sosok pria yang berdiri di bawah sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Ratna Whynegar
kangen cecilia yg ini
2022-10-03
0
i'm fine💘
makin ribet sumpah😪
2021-12-03
0
Nur hikmah
siapa pria itu
2021-10-16
0