Esok harinya...
Hari ini aku memutuskan untuk tidak bekerja. Aku bersantai ria di salah satu apartemen yang ada di pusat kota. Rencana aku akan menemui Angela hari ini, seseorang yang telah lama mengajariku bagaimana cara bermain di bidang ini.
Kini aku sedang bersantai di atas kasur empuk nan berbulu tebal. Kutinggalkan sejenak aktivitasku sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Aku rasa bisa mendapatkan lebih banyak uang selama menjadi bunglon dengan aman. Tapi kalau dipikir-pikir, aku memang lebih berpihak kepada Jackson. Entah mengapa, aku juga tidak tahu. Hati ini serasa dituntun untuk memihak kepadanya.
"Telepon?"
Saat sedang bersantai, ponselku berdering dan menyadarkanku jika ada panggilan masuk. Aku pun segera mengangkat telepon itu.
"Halo?" jawabku datar.
"Nona Cecil, Tuan Jackson meminta saya untuk menelepon Anda. Mengapa Nona tidak pergi bekerja hari ini?" tanya seseorang yang seperti kukenal suaranya.
Hah, menganggu saja!
Segera kumatikan telepon tanpa menjawabnya. Kurasa yang menelepon tadi itu adalah supirnya Jackson. Ya, siapa lagi. Tapi aku tidak peduli. Kulanjutkan saja acara santai ini sambil memakan cemilan buah cery.
Ada chat!
Beberapa detik kemudian kulihat ada chat masuk, dan ternyata dari Angela. Segera saja aku bersiap untuk menemuinya di tempat yang telah dijanjikan. Kukenakan dres selutut dan juga blezer panjang. Karena penyamaranku sudah terbongkar, kubiarkan saja rambutku tergerai. Hari ini aksiku akan dimulai kembali.
Telepon lagi?
Tak berapa lama ponselku kembali berdering dan ditelepon oleh nomor yang sama. Kutolak saja telepon itu. Aku sedang tidak ingin diganggu. Lagipula kenapa harus supirnya yang meneleponku, bukan Jackson sendiri?
Dia sedang ingin main tarik-ulur denganku rupanya?
Sambil mengenakan make up aku menolak telepon yang masuk dari supirnya. Entah bagaimana perasaannya, aku tidak peduli. Aku bergegas saja menemui Angela. Aku sudah rindu padanya.
Beberapa menit kemudian...
Aku sedang mengendarai mobil, menuju tempat bertemu dengan Angela. Dan mungkin sudah berjalan sepuluh menit dari telepon terakhir supir Jackson. Tapi sampai sekarang Jackson belum juga meneleponku. Mungkin dia sedang kesal atau ingin menguji kepatuhanku padanya.
Terserahlah ....
Sebenarnya aku masih menunggu telepon dari Jackson sendiri. Tapi aku tidak mau berharap banyak lagi. Biarkan waktu saja yang menuntunnya. Ya, walau di hati ini bisa dibilang merindukannya. Rindu dengan ucapan-ucapan pedas yang keluar dari mulutnya itu.
Beberapa ratus meter dari apartemen, ponselku kembali berdering. Aku pikir siapa yang menelepon. Tapi ternyata, kali ini Jackson yang meneleponku.
Sepertinya usahaku mulai membuahkan hasil.
Aku tersenyum lebar sambil menyetir pelan mobilku. Aku pun mengangkat telepon darinya itu. Kuangkat telepon dari Jackson dengan hati gembira, karena ternyata usahaku sudah mulai membuahkan hasil. Tentunya selama sepuluh menit berlalu, di benaknya dipenuhi oleh namaku. Pasti dia bertanya-tanya kenapa aku tidak mengangkat telepon dari supirnya. Terlalu pede? Biarlah. Air laut juga asin sendiri.
"Halo, Jack," kataku saat mengangkat telepon darinya.
Tidak ada suaranya kudengar, hanya ada suara kendaraan lalu-lalang di sekitarannya. Sepertinya dia juga sedang dalam perjalanan.
"Sayang, aku mencintaimu," kataku, menggodanya sambil menggigit bibir ini sendiri.
Aku masih ingat kejadian di kolam waktu itu. Dia benar-benar pria yang seksi. Tatapan matanya seolah-olah ingin melumatku sampai habis dan tidak memberikan jeda sedikitpun. Dia adalah tipikal pria yang mempunyai hasrat besar dalam dirinya.
"Hm ... diam saja? Baiklah, Jack. Sepertinya kata-kata itu lebih enak didengar daripada kata cinta." Aku terus menggombal padanya.
Dia masih diam juga. Mungkin tidak tahu harus berkata apa, atau mungkin lagi senyum-senyum sendiri karena gombalanku.
"Kenapa meneleponku? Apa merindukanku?" tanyaku lagi yang sudah sampai di perempatan lampu merah.
"Kerja," jawabnya singkat.
Seperti biasa dia selalu menjawab singkat dan singkat kata-kataku. Menyebalkan sih, tapi entah mengapa ada sensasi tersendiri untuk menaklukkannya.
"Nggak! Toh, lu nggak suka sama gue. Buat apa gue kerja?" Aku bermain-main dengannya sambil menunggu lampu hijau.
"Habis nipu mau kabur?" tanyanya datar.
"Duit lu orang nggak ada tuh yang gue dapet." Aku menjawabnya dengan santai.
“Nggak dapet juga bisa digugat," katanya lagi.
"Kalau gitu gue bakal kabur." Aku membalasnya.
“Coba saja kalau bisa.” Dia kemudian menutup teleponnya tanpa basa-basi.
Seketika aku ingin tertawa, tanpa sadar jika lampu sudah hijau. Kusadari jika dia kesal padaku. Sesekali tak apalah membuatnya kesal. Memangnya cuma dia saja yang bisa membuat orang kesal? Aku juga bisa.
Satu jam kemudian...
Aku bertemu dengan Angela dan melepas rindu karena sudah lama tak bertemu. Dia adalah kawan terdekatku. Dia juga yang mengajariku bagaimana caranya menjadi wanita penggoda. Jika bukan karena dia, mungkin aku tidak akan seberani ini.
Angela menceritakan padaku jika dia menikahi seorang pria tua yang bisa dibilang seumuran dengan ayahnya. Dia juga menandatangani surat perjanjian menikah. Katanya sih suaminya itu benar-benar baik padanya dan dia sangat bahagia. Aku juga turut bahagia jika teman karibku bahagia. Senang rasanya melihat kebahagiaan orang lain.
Aku sudah menceritakan masalah yang sedang kuhadapi ini kepadanya. Dan ternyata Angela siap untuk membantuku. Kami pun akhirnya mulai beraksi, membuntuti ke mana Jackson pergi dengan menggunakan mobilnya. Dengan maksud agar Jackson tidak menyadari jika sedang dibuntuti olehku. Tak berapa lama aku pun melihatnya masuk ke sebuah tempat. Aku bersama Angela mengikutinya dari belakang.
Kami turun dari mobil dan aku berjalan di belakang Angela. Kebetulan tubuhnya lebih tinggi dan berisi dariku, sehingga gerak-gerikku tidak akan ada yang menyadarinya. Aku juga menggunakan kaca mata hitam dan topi pantai sehingga rasanya sulit sekali untuk mengetahui jika ini adalah aku.
Aku bersama Angela terus membuntuti Jackson dari jauh. Pura-pura ini, pura-pura itu. Hingga akhirnya aku melihat Jackson membawa seorang gadis polos berusia sekitar dua puluh dua tahun masuk ke ruangan privat. Kami pun menyewa ruang di seberangnya.
"Angela, tolong minta pelayan membukakan sedikit pintu seberang. Aku ingin mendengar apa yang dikatakan Jackson pada gadis itu," pintaku pada Angela.
"Oke, tenang saja."
Angela menyanggupi permintaanku. Tak berapa lama aku sudah siap menguping pembicaraan mereka.
Saatnya beraksi!
“Tuan Jackson, Peter sudah sangat lemah, aku tidak bisa mengandung anaknya.” Kudengar gadis itu berkata.
Kuintip dari sela pintu, Jackson mengetuk meja sesekali: “Sudah dua tahun.”
Gadis itu tiba-tiba saja ketakutan lalu berlutut di sisi kaki Jackson. Pelayan yang mengantarkan minuman juga terkejut hingga menumpahkan minumannya. Ia lalu diusir keluar oleh Jackson.
Oh, jadi gadis itu orang suruhan Jackson? Aku bergumam sendiri.
Aku belum tahu siapa nama gadis itu. Tidak mungkin juga aku tiba-tiba masuk lalu menanyakannya. Belum sempat mengetahuinya, tiba-tiba saja aku mencium aroma peppermint dari belakang punggungku. Aku pun mengangkat kepala untuk melihat aroma siapa ini. Dan ternyata...
"Tu-tuan Hadden?!" Aku terkejut saat melihat pria berjas hitam itu ada di belakangku.
"Apa yang sedang kau dengarkan, Nona Cecilia?" Dia bertanya padaku.
"Em, aku tidak mendengar apa-apa." Aku tidak mau mengaku.
"Dalam animal world, seekor singa hanya akan menunjukkan kepemilikannya saat seekor singa lain memasuki wilayahnya. Kau tidak akan bisa mendapatkan Jackson walaupun sudah berusaha sekeras mungkin. Sebagai seekor singa yang menyerang, aku telah membantumu. Harusnya kau berterima kasih padaku, Nona." Dia menuturkan.
Aku pura-pura tidak mengerti. "Aku nggak nonton animal world." Aku bersikap masa bodoh.
Dia lalu mengeluarkan fotoku saat mencium Jackson tadi malam. Dan seperti dugaanku jika Andreas lah yang memberikannya. Siapa lagi kalau bukan dia?
Sepertinya masalah mulai mengerucut.
Perang bisnis ini sungguh kejam. Kadang akal bulus harus dilancarkan untuk mempertahankan area kekuasaan. Mirip seperti politik kerajaan. Tapi aku sih tidak peduli. Kumainkan saja peranku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
my name
makin pusing
2022-02-16
0