09

Sesampainya di rumah, Susi segera masuk kamar dan mandi. Seluruh tubuhnya lengket karena keringat. Ia membuka bajunya dan menghidupkan shower. Ia membiarkan air keran membasahi tubuhnya. Sedikit demi sedikit badannya mulai terasa segar, lalu ia mengambil shampoo untuk keramas dan sabun untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Wangi semerbak memenuhi kamar mandinya menambah kenyamanan di setiap syaraf dalam tubuhnya.

Selesai mandi Susi menggenakan kaos warna pastel dan celana jeans pendek. Ia memoles wajahnya dengan bedak tabur dan mengoleskan hand body pada tangan serta kakinya. Ia menyisir rambutnya sambil memandang wajahnya dengan teliti di depan cermin. “Benar kata Dewi, aku sedikit kurusan. Wajahku semakin tirus saja. Apa aku jadi nampak lebih tua dari umurku?”, dengus Susi dalam hatinya. Ia mendekatkan wajahnya ke cermin lalu menggerakan ke kanan dan ke kiri untuk menyakinkan dirinya lagi. Setelah puas ia kembali ke ranjangnya.

Ia segera membuka bungkus buku yang dibelinya. Ia membuang plastik pembungkusnya ke keranjang sampah di sisi ranjangnya lalu duduk di ranjang menyandarkan punggungnya di dinding. Ia mulai membaca komik yang dibelinya. Baru selesai beberapa lembar ia membaca terdengar gemuruh hujan. Ia menoleh ke dinding kaca dan melihat rintik hujan yang cukup lebat. Ia meletakkan komiknya, bangun dari ranjang dan beranjak menuju dinding kaca untuk menutup pintu ke balkon. Tempat yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi meski hanya beberapa langkah dari ranjangnya.

Susi memegang handle pintu, tak sengaja matanya melihat taman bunga mamanya yang letaknya benar-benar tepat di depan balkon. Tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya. Ia melihat tanaman bunga yang ia tanam bersama ibunya sedang mengembang. Mawar merah dan putih berayun-ayun diterpa hujan. Bunga melati pun seperti beria-ria menyambut datangnya hujan pertama setelah kemarau panjang.

Tetapi Susi tak sanggup melihatnya, ia segera menutup pintu dan menguncinya. Ia pun segera menarik horden sampai menutupi seluruh dinding kaca itu. Ia berjalan ke ranjangnya menelungkupkan badan dan menangis pilu di atas bantal. Ingatannya menerawang jauh di masa kecilnya dulu, beberapa tahun sebelum mamanya meninggal. Saat ia membantu mama menanam bunga mawar putih pemberian Ibu Sinta. Ya, hari itu hari pertama mereka pindah ke tempat ini. Hari yang tak pernah dilupakannya.

Ibu Sinta datang bersama Rudy ke rumah ini sebulan setelah suaminya meninggal karena kecelakaan. Mama menyambut mereka dan memberikan paviliun yang sudah lama kosong itu kepada mereka. Mama tampak sangat bahagia dengan kedatangan mereka. Mama memeluk Ibu Sinta dan Rudy lalu mengantarkan mereka ke paviliun. Setelah selesai memasukkan semua barang-barangnya, Ibu Sinta memberikan sebuah kotak besar yang diturunkan dari mobil box yang disewanya. Saat mama melihat isinya, ia berteriak dengan gembira, ada beberapa tanaman bunga mawar putih dalam pot.

Setelah makan siang, mama mengajak menanam bunga itu. Rudy mengambil cangkul dan mulai membuat lubang di tempat yang ditandai mama. Ibu Sinta menyiapkan air dan pupuk. Dengan telaten Mama membantu Susi menanam bunga itu mulai dari mencampurkan tanah dengan pupuk, memindahkan tanaman dan menutupnya. Mama juga meminta Susi untuk menyiram bunganya setiap pagi. Hari itu adalah hari yang paling bahagia karena Mama bisa tertawa lepas dan Susi punya teman bermain di rumah.

Rudy terbangun mendengar suara petir menggelegar. Ia keluar dari kamarnya dan mencari ibunya. Saat mendapati kamar ibunya kosong, Rudi segera mengambil mantol dan menutup pintu paviliun lalu pergi ke rumah utama. Ia berlari tergesa-gesa dan masuk melalui pintu samping. Ia mencari ibunya, namun tak menemukannya di dapur, ruang tengah bahkan di ruang kerja Pak Surya. Ia segera ke lantai atas, ke kamar Susi.

Susi yang ketakutan mendengar suara petir, meringkuk di ranjangnya menangis dan berteriak  memanggil semua orang di rumahnya. Begitu mendengar suara tangisan, Rudy segera membuka pintu kamar Susi dan memanggil namanya. Susi membuka matanya dan berlari memeluk Rudy sambil menangis tersedu-sedu. Rudy menempatkan kepala Susi di dadanya, memeluk dan menenangkannya. Ia mengelus-elus kepala Susi dan berkata berulang-ulang, “Jangan menangis lagi Mungil, aku di sini. Ssttt jangan takut Mungil, aku di sini, aku akan menjagamu”.

Perlahan tangis Susi mereda namun masih belum mau melepaskan pelukannya. Rudy melepaskan pelukan tangannya dan mengajak Susi turun ke ruang tengah. Ia tidak mau ada yang memergokinya sedang memeluk Susi. Ia takut jika Pak Surya sampai tahu ia pasti akan diusirnya. Bukan hanya dirinya tapi ia dan ibunya. Perlahan ia bergeser mendekati pintu menjauhkan wajah Susi dari dadanya. Ia memandang wajahnya lalu menghapus air mata yang masih tersisa di wajah Susi. Ia menggandeng tangan Susi untuk keluar kamar menuju ruang makan.

Rudy mendudukan Susi di kursi, ia melepaskan tanganya berbalik dari hadapan Susi dan hendak mengambil minum untuk Susi, namun Susi mencegahnya dan memegang tangan Rudy. “Jangan pergi, aku takut”. Rudy hanya tersenyum dan melepaskan tangan Susi, “Duduk di sini dulu, aku ambilkan minum buat kamu”, sahut Rudy pelan.

Tak lama kemudian Rudy datang membawa gelas yang berisi coklat panas untuk Susi. Susi meminumnya perlahan-lahan sampai tetesan terakhir lalu menyerahkan gelas yang telah kosong itu kepada Rudy. Rudy segera mengambil dan membawa gelas ke dapur lalu mencucinya. Di saat yang sama Ibu Sinta masuk lewat pintu samping.

“Ibu dari mana?”, tanya Rudy saat melihat kedatangan ibunya yang tergopoh-gopoh.

“Maaf nak, ibu pergi tidak bilang. Ibu dari rumah Mbok Jum, tadi anaknya telpon kalau menantunya melahirkan. Ibu tadi mau menyuruhmu mengantar Mbok Jum, tapi karena ibu lihat kamu sudah tidur nyeyak ya sudah ibu tinggal”, jelas Ibu Sinta. “Non Susi mana? Sudah makan belum?”, tanya Ibu Sinta

“Mau makan apa wong tidak ada makanan di meja makan. Mungil lagi di ruang makan. Tadi menangis ketakutan karena petir. Untung aku segera bangun mendengar suara petir, kalau tidak pasti dimarahi lagi”, jawab Rudy.

Ibu Sinta tersenyum mendengarkan penjelasan anaknya. Ia menyerahkan bungkusan yang dibawanya kepada Rudy. “Ini tolong siapkan di meja, tadi ibu beli lauk sekalian di jalan. Temani Mungil-mu makan, Ibu mau mandi dulu. Malam ini kita tidur di sini. Setelah makan, ambil barang-barangmu buat sekolah besok”, kata Ibu Sinta sambil keluar.

Rudy hanya mengangguk lalu membuka bungkusan lauk yang dibeli ibunya, mengambil piring lalu menyiapkannya di meja makan. Rudy memanggil Susi, merekapun makan tanpa suara.  Susi segera merapikan meja dan mencuci peralatan makan mereka. Rudy menemani Susi di ruang tengah sampai ibunya datang. Ia tidak mau meninggalkan Susi sendirian di rumah.

Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 Pengumuman
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
Episodes

Updated 204 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
Pengumuman
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!