Malam ini Rudy tidak bisa tidur. Memang kamar ini lebih besar dan lebih mewah dari kamarnya yang di paviliun, tapi jika ia berada di kamar ini berarti ia harus siap tidak tidur semalam suntuk dan itu sangat meresahkan hatinya. Sekali lagi Rudy keluar kamarnya dan segera keluar rumah utama, ia mengecek kembali gerbang utama dan gerbang samping serta memastikannya terkunci dengan benar. Lalu masuk ke pavilium dan memastikan sudah tertutup dan terkunci. Dan yang terakhir Rudy memastikan pintu depan rumah utama terkunci menghidupkan alarm lalu masuk melalui pintu samping. Ia mengunci dan menghidupkan alarnmya.
Rudy kembali masuk kamarnya, duduk di meja control lalu menghidupkan layar utama untuk melihat kondisi semua CCTV dan mulai merekam semuanya. Ia mematikan lampu utama kamar itu dan membuka pintu balkon lalu duduk di sana. Ia memandang langit yang semakin gelap dan merasakan tiupan yang dingin. Malam ini terasa sangat sunyi. Rudy masuk ke dalam kamar dan membiarkan pintu balkon sedikit terbuka. Ia merebahkan tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya.
“Mama…Mama…” panggil Susi dalam igauan tidurnya dan menangis tersedu-sedu. Suara itu memecah keheningan malam ini. Rudy yang tidur di samping kamar Susi segera bangun dari ranjangnya, menutup pintu balkon dan berlari ke kamar Susi. Ia membangunkan Susi dan memeluknya untuk menenangkan. Ibu Sinta yang terbangun karena suara tangisan datang membawa air minum. Susi segera meminumnya sampai habis. Ibu Sinta segera keluar kamar dengan membawa gelas yang telah kosong itu.
Setelah Susi mulai tenang, Rudy beranjak dari sisi Susi untuk kembali ke kamarnya. Tetapi Susi memegang tangan Rudy untuk menahannya. “Tidurlah di sini, aku takut”, katanya. Rudy menatap wajah Susi dan menganggukkan kepalanya. Ia membuka lemari dan mengambil bantal, guling dan selimut. Ia membawanya ke sofa. Belum sempat ia duduk, Susi menegurnya, “Kenapa tidur di situ? Ranjangku cukup besar untuk tidur berdua. Kamu tidur di sini!”.
Rudy mendengus kesal. Ia segera membawa bantal dan guling ke atas ranjang dan mulai merebahkan tubuhnya di sisi Susi. Dengan segera Susi memeluknya dan meletakkan kepalanya di dada Rudy. Rudy segera menaikan selimut menutupi tubuh mereka. Rudy mengambil nafas panjang menjaga hasratnya agar tidak segera naik. Ia merentangkan tangannya agar tidak memeluknya.
Susi mulai menyadari tangan Rudy menjauh dari tubuhnya membuka matanya dan berkata, “Kalau terpaksa tidur denganku, keluar saja. Aku mau tidur sendiri!” Rudy hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Mau kamu apa? Ini sudah malam, tidurlah. Aku menunggumu di sini”. Susi mengangkat wajahnya dan mencubit hidung Rudy, “Peluk aku sampai tertidur, kalau kau melepaskan pelukanmu sebelum aku tidur aku akan tidur di atas tubuhmu,” ancam Susi.
Rudy mengambil nafas panjang dan memeluk Susi. Dalam hatinya ia mengutuki dirinya, “Sialan, aku terjebak lagi. Tuhan tolong aku, jangan sampai aku menginginkannya malam ini. Dasar bodoh, apa kau tahu kalau kau sedang menggodaku saat ini! Dan aku tak boleh jatuh cinta padamu. Apa kamu lupa bahwa kau sangat menarik hatiku?”.
Susi tersenyum penuh kemenangan saat Rudy memeluknya. Susi mempererat pelukannya dan menikmati dalam-dalam kehangatan yang membuat hatinya tenang. Sampai sekarang Susi pun tak mengerti mengapa pelukan Rudy terasa lebih hangat dan nyaman dari pada pelukan papanya. Padahal sejak kecil ia suka sekali tidur dalam pelukan papanya. Namun beberapa tahun terakhir ini ia lebih suka tidur dalam pelukan Rudy. Susi memejamkan matanya, nafasnya mulai teratur dan perlahan-lahan tertidur.
Rudy yang menyadari keadaan itu mulai memejamkan mata dan mencoba tidur tanpa berani melepaskan pelukan. Ia takut jika Susi pura-pura tidur dan bangun karena tangannya berpindah tempat. Lebih parah lagi jika hukuman itu diterima, pasti ia tidak akan dapat menahan dirinya untuk tidak menyentuh Mungil, gadis yang dicintainya. Akhirnya ia pun tertidur dengan memeluk Susi.
Adzan subuh berkumandang, Ibu Sinta bangun dan segera membersihkan dirinya. Ia keluar dari kamarnya untuk membangunkan Rudy. Saat ia membuka kamar Rudy, ia tak menemukannya. Ia segera ke kamar Susi dan melihat keduanya tidur berpelukan. Ibu Sinta mendekati mereka dan menyingkapkan selimut yang menutupi kedua anak
manusia itu. “Terima kasih Tuhan, masih berpakaian lengkap. Berarti tidak terjadi apa-apa”, katanya dalam hati. Ia menyentuh tangan Rudy dengan perlahan untuk membangunkannya.
“Hhmm..”, Rudy mulai membuka matanya dan melihat ibunya menaruh jari telunjuk di depan bibirnya. Ia mengingatkan Rudy untuk tidak bersuara. Saat Rudy benar-benar sadar dan membuka matanya lebar-lebar, Ibu Sinta meninggalkannya dan segera turun ke bawah untuk memasak dan membersihkan rumah.
Rudy perlahan-lahan memindahkan tangannya untuk mengambil guling. Ia menggeser tubuhnya pelan-pelan dan menggantikannya dengan guling untuk dipeluk Susi. Ia menaikkan selimut dan memastikan Susi tidak terbangun. “Cantik sekali Mungil-ku, selamat tidur sayang,” kata Rudy mencium keningnya lalu meninggalkan Susi sendiri. Ia segera mengerjakan tugasnya setiap pagi. Hanya pagi ini ia tidak berolahraga, ia akan membantu ibunya membersihkan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments