Seperti biasa, Rudy bangun pagi dan menyelesaikan tugas paginya sebelum jogging pagi itu. Saat ia keluar untuk jogging, ia terkejut ternyata Pak Surya sudah menunggunya di gerbang utama rumah itu. Pak Surya sudah lama sekali tidak pernah berolahraga pagi, padahal dulu yang mengajak Rudy untuk jogging setiap pagi adalah Pak Surya.
“Boleh saya ikut”, tanya Pak Surya kepada Rudy.
“Silahkan Pak”, jawab Rudy sambil memulai berlari.
Hari ini Rudy berlari agak lambat, ia tahu kondisi Pak Surya yang tidak mungkin berlari cepat. Bukan hanya karena sudah lama tidak berlari tetapi juga karena kondisi tubuhnya yang tidak sesehat dulu. Dulu Pak Surya yang selalu menunggunya, sekarang terbalik ia yang harus menunggu Pak Surya. Namun ia melakukannya dengan senang hati karena bagi Rudy Pak Surya adalah ayah kedua baginya, seorang penolong sekaligus pelindung hidupnya. Jika Pak Surya enggan menerimanya, mungkin ia dan ibunya jadi gelandangan yang entah bisa bertahan hidup sampai sekarang atau tidak.
“Wah, kamu cepat sekali larinya”, kata Pak Surya yang terengah-engah menyusul Rudy.
“Tidak Pak, saya sudah mengurangi kecepatan saya”, jawab Rudy dengan sopan. “Kalau Bapak sudah lelah kita berhenti di taman itu saja, nanti pulang naik angkot saja”, lanjut Rudy sambil menunjuk taman di depan gapura masuk perumahan mereka yang masih berjarak kira-kira dua kilometer lagi. Pak Surya mengangguk menyetujui usul Rudy dan meneruskan berlari mengikuti Rudy ke arah taman.
Seperti biasa, di taman penuh dengan orang yang sedang berolahraga pagi. Pak Surya dan Rudy duduk di salah satu bangku taman itu. Rudy membeli dua botol air mineral untuknya dan Pak Surya.
“Ini Pak, di minum dulu”, kata Rudy sambil menyerahkannya.
“Terima kasih Rud, Bapak senang melihat kamu semakin rajin berolahraga”, jawab Pak Surya sambil membuka botol air mineral dan meminumnya.
“Hai Rud, ayo lari lagi”, sapa Dipo temannya.
“Hai Po, aku sama papa”, jawab Rudy sambil memberi isyarat kepada Dipo.
“Selamat pagi Pak, tumben ikut jogging? Apakah libur”, sapa Dipo.
“Selamat pagi Dipo, sudah lama saya tidak jogging. Tidak ada kata libur untuk seorang pekerja seperti saya. Saya hanya rindu suasana pagi di sini”, jawab Pak Surya. “Kamu boleh meneruskan lari Rud, Papa tunggu di sini”, kata Pak Surya kepada Rudy.
“Boleh Pa?”, tanya Rudy meminta ijin. Pak Surya hanya menganggukkan kepalanya. Rudy menaruh air mineralnya di samping Pak Surya dan bersiap untuk berlari lagi.
“Mari Pak”, sapa keduanya sebelum berlari.
“Silahkan”, jawab Pak Surya sambil merenggangkan otot-ototnya yang terasa sakit karena berlari mengerjar Rudy. Ia hanya melihat sekilas setelah mereka mulai berlari mengelilingi taman. Pak Surya memang mengenal Dipo sudah lama karena Dipo teman SMP Rudy.
“Tumben Pak Surya ikut kamu jogging”, tanya Dipo.
“Tidak tahu, aku saja sampai kaget waktu lihat dia di depan pagar menungguku. Ia bilang sih mau ikut jogging lagi tiap pagi”, jawab Rudy.
“Kalian tidak terlibat masalah kan? Maaf, aku masih penasaran karena melihat kamu dan Susi di taman kemarin”, kata Dipo.
“Iya, kami ada masalah dan Papa sudah tahu, tapi sampai pagi ini belum ada tanda-tanda kemarahan atau hukuman yang aku tanggung”, jawab Rudy.
“Susi bagaimana?”, tanya Dipo.
“Aku tidak tahu Po, semalam dia belum jawab WA-ku”, kata Rudy.
Dipo menepuk pundak sahabatnya dan mengajaknya berlari lebih cepat. Dipo dan Rudy tertawa bersama, mereka sudah mengelilingi taman itu dua kali putaran. Mereka berhenti di depan bangku yang diduduki Pak Surya.
“Aku pulang dulua ya Rud, Mari pak saya mendahului”, pamit Dipo kepada Rudy dan Pak Surya. Mereka hanya mengangguk melihat kepergian Dipo. Rudy duduk di samping Pak Surya sambil menghabiskan air mineralnya.
“Semalam Bapak lihat kamu main gitar di taman, ada apa?”, tanya Pak Surya.
“Tidak apa-apa Pak, saya hanya tidak bisa tidur jadi saya main gitar supaya bisa tidur”, jawab Rudy sekenanya. Ia menjadi gentar duduk di dekat Pak Surya lalu berdiri dan memalingkan pandangannya dari Pak Surya.
“Kalau ada masalah, bicarakan saja dengan Papa . Siapa tahu Papa bisa bantu selesaikan atau setidaknya mengurangi masalah kamu”, kata Pak Surya kepada Rudy.
“Ia Pa, Rudy tahu. Rudy tidak apa-apa Pa. Mungkin hanya gentar saja menghadapi ujian yang semakin dekat”, jawab Rudy.
"Baiklah kalau memang tidak ada masalah. Papa tetap membuka pintu dan hati jika kamu mau menceritakan masalahmu kepada Papa”, jelas Pak Surya. Rudy hanya menganggukkan kepalanya.
“Oh ya, terima kasih ya sudah menjaga Susi. Bapak senang mendengar cerita dari ibumu kalau kamu mau menunggui Susi sampai tidur. Hanya lain kali setelah Susi tidur kamu pindah kamar. Bapak bukan tidak percaya sama kamu, tapi menghindari hal-hal yang tidak layak dilakukan. Rudy mengerti kan maksud Papa”, kata Pak Surya dengan tatapan tegas.
“Iya Pa, Rudy tahu. Maaf sudah membuat bapak khawatir. Rudy tidak akan mengulanginya lagi. Rudy akan lebih berhati-hati. Rudy juga sudah berjanji pada ibu tentang hal itu”, jawab Rudy dengan wajah menyesal.
“Jadi ibumu sudah membicarakan hal itu?”, tanya Pak Surya.
“Iya Pa, semalam”, jawab Rudy.
“Jadi karena itu kamu tidak bisa tidur semalam?”, tanya Pak Surya sambil menepuk pundak Rudy beberapa kali.
Rudy tertunduk dan tersenyum kecut, “Sialan, ketahuan lagi. Terbuat dari apa sih papa ini, seperti cenayang saja semua hal dia tahu”, gerutunya dalam hati.
“Rud, bukankah itu angkot ke rumah ya? Coba kamu lihat, soalnya Papa sudah lama tidak naik angkot”, lanjut Pak Surya melihat angkot berjalan dari sebelah utara.
Rudy melihat dengan teliti angkot yang sedang berjalan itu. “Ia Pa, benar itu angkot ke rumah. Mari Pa kita ke seberang”, ajak Rudy.
Mereka berdua menyeberang jalan. Rudy memberi isyarat kepada supir angkot untuk berhenti dan mereka naik sampai ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments