Saat Pak Surya pulang kerja, ia menengok kamar Susi yang pintunya terbuka lebar. Ia melihat Susi tidur menelungkup dengan seragam sekolah. Ia pun kembali ke kamarnya untuk mandi. Pak Surya menerka-nerka apa yang terjadi dengan anaknya; apakah ia kelelahan sehingga tertidur atau ada masalah yang lain. Ia berpikir untuk bertanya kepada Rudy.
Setelah mandi Pak Surya ke balkon dan melihat Rudy sedang memandikan motornya sambil bernyanyi. Ia memperhatikan Rudy dari atas. Ia melihat begitu sayangnya Rudy dengan motor buntut itu. Hatinya tenang, “Mungkin Susi memang lelah, apalagi sebentar lagi ujian. Ia pasti sangat tertekan. Sebaiknya aku biarkan saja kejadian kemarin, pura-pura tidak melihat”. Ia kembali ke kamar dan merebahkan dirinya.
Tok… tok… tok…
Pak Surya terbangun mendengar suara ketokan pintu kamarnya. Ia melihat jam dinding di kamarnya. “Ah, ternyata aku terlelap lebih dari satu jam. Dan ini sudah malam”, katanya dalam hati.
“Pa, ini Susi. Boleh Susi masuk?”, tanya Susi.
“Masuk saja, Papa sudah bangun kok”, jawab Pak Surya sambil bangun dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang.
Susi membuka pintu dan masuk dengan wajah cerah. Ia membawa lembaran surat tugas yang diberikan Pak Simbolon kepadanya. Dengan segera ia menggeser kursi ke depan papanya. “Pa, Susi ada sesuatu yang mau dibicarakan. Kemarin Pak Simbolon memanggil Susi dan memberikan ini”, katanya sambil menyerahkan surat itu.
“Apa ini? Surat tugas mengikuti olimpiade? Bukannya dulu sudah ya?”, kata Pak Surya sambil meneruskan membaca. “Ini pemberitahuan kamu juara atau undangan untuk mengikuti olimpiade?”, tanya Pak Surya setelah selesai membaca.
“Ehm… dua-duanya pa. Surat itu sebetulnya kedua, surat yang pertama sudah dibatalkan karena ada penundaan pelaksanaan olimpiade tingkat propinsi. Surat itu mengingatkan Susi untuk mengikutinya. Tapi waktunya bersamaan dengan jadwal ujian pa”, jelas Susi.
Pak Surya tersenyum, “Sini duduk dekat papa. Ternyata anak papa sudah besar dan sangat pintar”, kata Pak Surya sambil memeluk Susi. “Jadi karena ini kamu tadi nangis?”, tanyanya.
“Astaga”, seru Susi sambil menutup mulutnya. “Papa tahu Susi nangis”, lanjutnya.
“Tahu lah, kamu tidur telungkup memeluk bantal, pasti habis nangis”, kata Pak Surya.
Susi tersenyum malu, namun dalam hatinya lega karena papanya tidak tahu alasannya menangis. “Menurut papa bagaimana? Aku ikut atau tidak?”, tanya Susi meminta pertimbangan papanya.
“Kalau papa sih terserah kamu saja. Kalau kamu sanggup menyelesaikan keduanya, ya ambil semuanya. Kalau tidak sanggup ya pilih yang paling penting buat Susi”, kata Pak Surya.
“Jadi Susi boleh memilih tidak ikut olimpiade?”, tanya Susi penuh harap.
Pak Rudy tertawa melihat ekspresi anaknya, “Boleh saja, itu hak kamu sayang”, sambil memcium keningnya dan berkata “Boleh papa tahu alasannya?”.
“Ehm, Aku tidak mau ikut ujian susulan. Meski aku tahu aku pasti lulus tapi rasanya tidak enak mengerjakan sendirian”, jawab Susi.
“Ha.. ha.. ha.. ha.., baiklah papa akan hubungi Pak Simbolon dan mengatakan keputusanmu itu besok pagi. Kita turun sekarang untuk makan malam”, jawab Pak Surya,
Susi tersenyum dan menganggukkan kepala. Ia segera bangkit dari duduknya dan segera turun ke bawah. Hatinya lega sudah menyampaikan keinginannya kepada papanya. Ia segera mengambil tempat untuk makan. Tak lama kemudian Pak Surya turun untuk makan, namun hanya mendapati anaknya saja di meja makan.
“Mana yang lainnya?”, tanya Pak Surya kepada Susi.
Susi tidak menjawab, ia hanya mengangkat bahu karena mulutnya penuh dengan makanan yang belum dikunyahnya. Pak Surya pun membuka pintu lorong dapur dan bertanya kepada Bik Siti yang tengah duduk makan di situ, “Bik, Rudy dan ibunya sudah makan?”.
Bik Siti menghentikan makannya dan menjawab, “Sudah tuan, tadi mereka menunggu tuan turun, tapi karena terlalu lama mereka mendahului makan. Soalnya Rudy ada banyak tugas yang harus diselesaikan hari ini”.
Pak Surya hanya menganggukkan kepalanya dan kembali ke ruang makan. Ia segera mengambil tempat di samping Susi dan mengambil makanan untuknya. Mereka menyelesaikan makannya dengan cepat dan tanpa suara. Setelah selesai makan Susi segera membersihkan meja makan dan kemballi ke kamarnya. Sementara itu Pak Surya masuk ke ruang kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments