Bel usai sekolah berbunyi. Rudy segera beranjak meninggalkan bangkunya menuju loker. Ia mengambil beberapa buku dan memasukkannya ke dalam tas lalu mengunci lokernya. Ia beranjak pergi menuju tempat parkir.
“Rud, aku bisa nebeng kamu tidak?”, tanya Dipo menepuk pundak Rudy saat di tempat penitipan helm. “Sorry Po, seminggu ini tidak bisa, aku sama Susi. Pak Hasto ikut papanya ke Lembang, jadi aku yang antar jemput”, jawab Rudy pada Dipo. Dipo tertawa renyah sambil menyerahkan helm kepada Rudy. “Okey… Okey… bodyguard ganteng, selamat bekerja saja. Jangan lupa ambil kesempatan untuk merebut hati tuan putrimu. Mumpung papanya pergi”, lanjut Dipo sambil mendorong bahu dengan Rudy pelan. Rudy hanya tersenyum mendengar ledekan Dipo.
Dipo adalah teman sekelas Rudy, dia tahu kalau Rudy tinggal di rumah Susi karena ia juga tinggal di sekitar situ. Setiap kali kakaknya tidak bisa menjemput, ia pasti akan minta tebengan pertama kali pada Rudy. Kalau nebeng Rudy, dia bisa turun di depan gang rumahnya, karena gang rumah Dipo berada di depan komplek rumah Susi. Kalau Rudy tidak bisa ia akan mencari tebengan temannya yang searah dengannya.
Rudy segera mengambil sepeda motornya dan menjemput Susi di tempat biasa. Setelah Susi naik, Rudy segera menghantarkan ke toko buku langganan Susi. Rudy hanya menunggu di tempat parkir karena Susi melarangnya ikut ke dalam toko. Susi merasa terganggu dengan adanya Rudy di sampingnya.
Susi segera masuk ke toko buku dan berbincang dengan pemillik tokonya. “Mana serial terbarunya Om?”, tanya Susi. Laki-laki tua itu hanya menunjukkan tangannya dan Susi segera melangkah menuju tempat yang ditunjukkan kepadanya.
“Wah… serial terbarunya langsung terbit dua”, gumam Susi dengan senyum yang lebar. Susi segera mengambil kedua buku itu dan mendekapnya di dada. “Week end penuh dengan semangat nie”, jeritnya dalam hati.
Saat ia berbalik, tubuhnya menyenggol seorang gadis dan bukunya jatuh ke lantai. “Maaf, tidak sengaja”, kata Susi kepada gadis itu. Saat keduanya bertatap muka, mereka terkejut dan saling menyebutkan nama. Gadis itu segera memeluk Susi dan mengambil buku Susi yang terjatuh.
“Kok kamu ada di sini Wi? Bukankah kamu pindah ke Bandung ikut papamu?”, tanya Susi kepada Dewi. Dewi adalah sahabat Susi saat SMP. Mereka satu kelas dari kelas satu sampai kelas tiga bahkan selalu duduk satu bangku. Kedekatan mereka bukan hanya karena teman sekelas tetapi karena punya hoby yang sama, membaca buku. Bahkan keduanya mendapat julukan sepasang kutu buku.
“Satu-satu dong tanyanya, jangan diborong. Aku sudah di sini dari hari minggu, nenekku sakit Sus dan kemarin harus operasi pemasangan ring pada jantungnya. Karena anaknya nenek hanya mama ya mama yang jaga nenek. Aku diajak ke sini karena papa lagi di Jakarta jadi aku minta ijin untuk libur satu minggu”, jawab Dewi.
“Ough begitu ya Wi, semoga nenekmu cepat sembuh ya. Setelah ini kamu mau kemana? Makan yuk!”, ajak Susi. Dewi mengangguk senang. Susi menemani Dewi memilih buku yang akan dibeli. Setelah keduanya selesai mereka menghampiri penjaga toko untuk membayar bukunya.
“Non, buku pesanan kamu sudah datang kemarin. Mau diambil sekalian atau tidak?”, tanya penjaga toko itu. Susi mengangguk mengiyakan. Pemilik toko itu pun segera mengambilnya dan menghitung semua pembelian Susi. Susi mengambil uang dari dompetnya sesuai dengan jumlah yang disebutkan oleh pemilik toko itu. Mereka berdua meninggalkan toko menuju tempat parkir.
Rudy yang sedari tadi memperhatikan mereka segera beranjak dari tempat duduknya dan mendekati keduanya. “Kita makan dulu ya Rud, di sekitar sini saja. Di ujung ruko itu ada warung makan”, kata Susi kepada Rudy. Rudy mengikuti kedua gadis itu dari belakang. Mereka masuk dan mengambil duduk di pojok ruangan, karena hanya meja itu yang kosong dan bisa dipakai bertiga, meja lain hanya untuk berdua.
Mereka duduk dan memesan makanan. Kedua gadis itu bercengkrama tanpa mempedulikan kehadiran Rudy. Rudy hanya duduk diam dan meneruskan sketsa gambar yang dibuatnya saat duduk di tempat parkir. “Seharusnya aku tadi tidak ikut makan, tapi kalau aku tidak ikut pasti Susi marah lagi”, gerutu Rudy dalam hatinya.
“Kalian kok berdua saja? Sudah jadian ya?”, tanya Dewi penuh selidik.
“Enggak lah Wi, aku pergi dengan Rudy karena Pak Hasto, sopir kesayanganku ikut papa ke Lembang tiga hari”, jelas Susi. Dewi tertawa menggoda Susi, “Kalau begitu, aku boleh dunk deketin Rudy. Mumpung masih jomblo”. Susi hanya tersenyum sambil mencubit lengan sahabatnya. Rudy semakin merasa kesal dengan obrolan mereka. Untung makanan yang dipesan segera datang sehingga mereka berhenti berbicara.
Selesai makan, Rudy langsung ke kasir membayar makanannya. Mereka keluar dari warung makan itu dan berjalan di tempat parkir. Rudy berjalan mendahului mereka. Hatinya sedang kesal mendengar obrolan tadi. Sementara Rudy mengambil motornya, Dewi dan Susi masih tetap bersendau-gurau. Rudy melihat mereka tertawa lepas. “Sudah lama aku tidak melihat Mungil tertawa lepas. Semakin indah saja dipandang”, desisnya perlahan. Lalu Rudy menghidupkan motornya dan menghampiri Susi.
“Tunggu Dewi naik angkot ya Rud, kasihan kalau ditinggal sendiri”, kata Susu kepada Rudy. Rudy hanya mengangguk dan mematikanmesin mototnya. Tak lama kemudian angkot ke arah rumah Dewi pun datang. Kedua gadis itu kembali saling memeluk sebagai tanda perpisahan. Dewi pun naik angkot dan melambaikan tangannya saat angkot mulai berjalan. Rudy pun menghidupkan motornya dan mereka berdua pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Blo Laiho
kok krasa garing y crita y...... tp tetep semangat y Thor nulis y..... si susi kok cuek bngt.dan di dlm crita kayak ngk da komunikasi....
2020-06-02
2