Cahaya Cinta Untuk Seroja

Cahaya Cinta Untuk Seroja

Prolog

Lembayung senja mulai menyapa. Membiaskan warna jingga di ufuk barat yang terlihat begitu memesona. Induk-induk burung pipit mulai mengepakkan sayap untuk kembali ke dalam sarang. Ia mengisi paruhnya dengan makanan dan siap untuk ia berikan anak-anaknya yang telah menunggu dalam penuh harap untuk bisa segera mengisi perut mereka.

Suasana taman masjid nampak begitu ramai dengan anak-anak kecil yang baru saja selesai mengikuti belajar membaca dan menulis Al-Qur'an. Sebuah pemandangan yang terlihat begitu menyejukkan mata. Melihat para generasi-generasi muda yang kelak akan menjadi para Khalifah di muka bumi ini. Tentunya dengan berpedoman pada Ammar Ma'aruf Nahi Munkar yang kelak akan menjadikan mereka para generasi surga.

Seroja anak haram.... Seroja anak haram.... Tidak punya ayah... Tidak punya ayah.....

"Hiks... Hiks... Hiks... Kalian mengapa jahat kepadaku?"

Di sela-sela riuh tawa anak-anak itu, terdengar sebuah suara yang terdengar begitu memekak telinga. Sebuah suara yang berhasil membuat perhatian seorang lelaki kecil yang tengah membeli cilor di abang-abang penjual menoleh ke arah sumber suara. Dahinya mengerut tatkala ekor matanya menangkap sesosok gadis kecil yang tengah dikerumuni oleh teman-teman lelaki seusianya sembari diolok-olok.

Tidak hanya kerumunan teman-temannya yang membuat lelaki kecil itu terkesiap. Posisi sang gadis kecil yang tengah berjongkok, memeluk lutut sembari menutup kedua telinganya seakan membuat nuraninya sedikit terusik. Lelaki kecil yang memiliki hati begitu lembut yang menurun dari sang bunda, membuat matanya tetiba ikut memanas.

"Den Fakhru, ini cilornya sudah jadi!" ucap Abang penjual cilor sembari memberikan makanan yang ia jual kepada lelaki kecil yang bernama Fakhru.

Fakhru menerima cilor itu dengan raut wajah yang berbinar karena inilah salah satu jajanan yang menjadi favoritnya. "Terimakasih banyak Bang." Fakhru merogoh saku baju koko yang ia kenakan. "Ini uangnya Bang!"

"Terimakasih banyak Den!"

Fakhru mengangguk. "Sama-sama Bang!"

Setelah pesanan cilor yang ia pesan sudah selesai, gegas Fakhru menyusul gadis kecil yang tengah diolok-olok oleh teman-teman lelakinya ini. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat terkoyak bagi siapapun yang kebetulan melihatnya. Tak terkecuali Fakhru, lelaki kecil itu juga merasa iba melihat gadis kecil yang tidak tahu apa-apa itu diolok-olok oleh teman-teman yang tidak memiliki belas kasihan sama sekali.

"Hei hentikan! Apa yang sedang kalian lakukan? Mengapa kalian membuat Seroja menangis?"

Fakhru menerobos memasuki kerumunan teman-temannya itu. Meskipun tubuhnya masih sangat kecil namun ia tidak merasa takut sama sekali berhadapan dengan teman-teman lelaki seusianya ini. Dengan gagah, ia berusaha melindungi gadis kecil yang tengah meringkuk, dan membenamkan wajahnya di sela-sela pahanya. Gadis itu menangis tergugu di sana.

Salah seorang teman Fakhru yang berbadan sedikit tambun terlihat terbahak. "Fakhru, Seroja ini tidak mempunyai ayah. Jadi kita jangan berteman dengan Seroja."

"Betul itu Fakhru. Kata mamaku, Seroja ini adalah anak haram, jadi kita tidak boleh berteman dengan Seroja. Nanti bisa sial." timpal salah seorang anak yang berbadan sedikit kurus dan tinggi.

Fakhru hanya bisa berdecak lirih. Lelaki kecil pasangan Rama Gilang Pradana dan Ellana Alessia Safaraz Ismail itu sungguh tidak paham dengan maksud anak haram yang dilontarkan oleh temannya ini. "Sudah, kalian pergilah. Dan jangan ganggu Seroja lagi! Jika kalian masih mengganggu Seroja, kalian akan berhadapan langsung denganku!"

Tidak hanya memiliki hati nan lembut, jiwa pemberani dari sang ayah pun turut menurun kepada lelaki kecil itu. Seperti yang menjadi idolanya, Umar bin Khattab RA, Fakhru pun juga ingin memiliki hati lembut dan juga disegani oleh musuh-musuhnya karena keberanian yang dimilikinya.

"Huh kamu tidak percaya dengan yang kita katakan Ru? Kamu pasti akan ditimpa kesialan karena berteman dengan anak haram," seloroh anak lelaki berusia satu tahun di atas Fakhru.

Fakhru hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia masih terlalu kecil untuk bisa mencerna ucapan teman lelakinya ini. "Tidak ada kesialan yang akan menimpaku hanya karena aku berteman dengan Seroja. Justru kalian lah yang akan dicatat oleh malaikat Allah sebagai anak-anak nakal, karena kalian telah membuat Seroja menangis!"

Fakhru berujar dengan rasa percaya diri tinggi dan tanpa merasakan takut sama sekali. Mendengar ucapan Fakhru, gerombolan anak laki-laki itu mulai meninggalkan Seroja yang masih terisak. Fakhru mendekat ke arah Seroja dan memberikan tisu yang baru saja ia ambil dari dalam tasnya.

"Pakailah ini untuk menghapus air matamu, Seroja. Dan jangan menangis lagi!" ucap Fakhru sambil mengulurkan sebuah tisu ke arah teman kecilnya ini.

Gadis kecil yang belum mengerti sepenuhnya tentang hidup itu menerima tisu yang diulurkan oleh Fakhru. "K-kenapa kamu tidak ikut mengolok-olok aku, Ru? Bukankah kata teman-teman tadi, kamu akan ditimpa kesialan kalau dekat-dekat denganku?"

Fakhru hanya mengulas sedikit senyumnya. "Aku bahkan tidak paham dengan apa yang mereka katakan. Jadi aku tidak takut." Fakhru membuka kantong plastik bening yang ada di tangannya. "Ini untuk kamu, Seroja!"

Seroja menatap lamat-lamat bungkusan yang diberikan oleh Fakhru. "Ini apa Ru?"

"Cilor. Aku baru saja membeli cilor di abang penjual itu untuk adik-adikku. Karena aku membeli banyak, abang penjual itu memberikan bonus, dan bonus ini untuk kamu, Seroja. Terima lah!"

Tangan gadis kecil itu terulur untuk menerima pemberian Fakhru. Seutas senyum manis terbit di bibir gadis kecil itu. "Terimakasih Fakhru. Kamu dan saudara-saudara kembarmu memang baik. Karena hanya kalian lah yang mau berteman denganku."

"Bukankah itu yang diajarkan oleh kakak-kakak ustadz kita tadi? Bahwa kita harus berteman dengan siapa saja dan tidak boleh membeda-bedakan?"

Seroja menundukkan wajahnya. "Tapi aku berbeda dengan kalian. A-Aku tidak punya ayah, Ru."

Gadis itu kembali mengisakkan tangis. Usia yang baru menginjak lima tahun itu masih sangat belum mampu untuk membuatnya mengerti tentang kehidupan yang ia jalani. Tidak adanya kehadiran sosok seorang ayah yang selalu menjadi pemicu dirinya diolok-olok dan diperlakukan berbeda.

"Ayah kamu pasti ada, Seroja. Mungkin ayah kamu sedang bekerja di tempat yang jauh. Dan membuatmu belum bisa bertemu dengan ayahmu."

Gadis itu hanya menggelengkan kepala pelan. "Aku benar-benar tidak tahu Ru." Perlahan, ia seka air mata yang mengalir deras dari telaga beningnya. "Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi teman-teman yang mengolok-olok aku. Aku tidak tahu harus bagaimana!"

Fakhru mengulas senyum manis di bibirnya. "Kata papa dan mama kita tidak cukup memiliki banyak tangan untuk membungkam mulut orang-orang yang mengolok-olok kita. Namun kita punya dua tangan untuk menutup telinga kita. Jadi yang perlu kamu lakukan hanya menutup telingamu, Seroja." Fakhru mengulurkan tangannya, bermaksud untuk membantu Seroja untuk berdiri dari posisi jongkoknya. "Sudah, jangan menangis lagi Seroja. Mari kita pulang. Sebentar lagi adzan Maghrib akan segera berkumandang. Ibu kamu pasti sudah menunggumu di rumah."

Seroja mengusap sisa-sisa air matanya. Gadis itu mencoba untuk tersenyum meskipun hanya senyum getir yang dapat ia tampakkan. "Terimakasih banyak Fakhru. Sungguh hanya kamu dan adik-adikmu lah teman terbaik yang aku miliki."

Fakhru mengangguk seraya mengulas sedikit senyumnya. "Sama-sama Seroja. Jangan bersedih lagi. Selamanya kita akan berteman."

Kedua anak kecil berusia lima tahun itu berjalan beriringan meninggalkan pelataran masjid. Setelah bulir-bulir bening mengalir deras dari pelupuk mata Seroja, kini hanya ada tawa yang terbit di bibir gadis kecil itu. Pastinya saat Fakhru berupaya untuk menghibur teman kecilnya ini dengan cerita-cerita lucu yang keluar dari bibirnya.

🍁🍁🍁

Malam mulai datang menjelang menyisakan suasana pekat di sekitar. Sang dewi malam memilih untuk bersembunyi di balik awan. Enggan untuk menampakkan wajahnya dan kian menambah langit nampak semakin muram.

Awan mendung terlihat nampak jelas. Dengan seluruh kekuatan yang ia miliki, ia mencoba untuk menahan tetes-tetes air yang berada dalam perutnya. Namun sayang seribu sayang. Rupa-rupanya ia sudah tidak sanggup menahan untuk tidak menjatuhkan tetes air langit itu, dan ia pun memilih untuk memuntahkan semua yang terkandung di dalam perutnya.

Prang.... Prang... Prang!!!!

"Dasar wanita *******! Berani-beraninya kamu mengganggu suamiku. Gara-gara ja*lang sepertimu membuat suamiku tidak ingat jalan pulang!"

"Jaga mulutmu. Jika ada yang patut disalahkan, maka kamu sendirilah yang bersalah karena kamu tidak dapat menjaga suamimu. Sehingga dia berani berselingkuh di di belakangmu!"

Dua orang wanita yang tengah berseteru itu membuat Seroja hanya dapat berjongkok di belakang pintu kamar dengan memeluk lutut sembari menutup kedua telinganya. Tubuh gadis kecil itu nampak bergetar mendengar setiap teriakan yang terlontar dari bibir sang ibu dan dengan entah siapa. Tidak hanya teriakan. Semua barang-barang yang berada di ruang tamu pun nampaknya juga ikut menjadi kekalapan dua wanita itu. Mereka saling melempar apa saja yang berada di sana hingga menimbulkan suasana gaduh.

Meskipun hujan turun begitu lebat di malam hari ini, nyatanya rinai air langit yang beradu nyaring dengan suara genting, sama sekali tidak dapat meredam teriakan dua wanita yang tengah berselisih paham itu. Teriakan keduanya sukses membuat para tetangga berbondong-bondong mendatangi rumah yang digunakan untuk beradu mulut itu.

"Mama.... Di rumah Seroja ada apa? Mengapa terdengar ribut seperti itu?"

Fakhru, yang sebelumnya sudah lelap dalam buaian mimpinya, seketika terbangun tatkala mendengar suara gaduh barang-barang yang dilempar dan juga dua orang yang tengah berteriak-teriak. Rumah Seroja yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah Fakhru, menjadi pemicu bangunnya lelaki kecil itu dari buaian mimpinya karena teriakan-teriakan itu terdengar semakin membahana.

Lelaki kecil itu memasuki kamar papa juga mamanya mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Rama dan Ellana yang bersiap mengistirahatkan tubuh mereka, seketika mereka urungkan niat mereka tatkala sang putra memasuki kamar.

"Papa juga tidak tahu apa yang terjadi di rumah Seroja, Sayang. Lebih baik Fakhru kembali ke kamar untuk beristirahat ya."

Rama mencoba menjawab apa yang dipertanyakan oleh sang putra. Dengan penuh kelembutan lelaki yang hampir memasuki usia paruh baya itu memberikan pengertian kepada sang putra agar ia tidak terlalu memikirkan apa yang tengah terjadi di kediaman Seroja. Namun sia-sia saja tatkala sang putra menggelengkan kepalanya sebagai isyarat bahwa ia ingin tahu dengan apa yang dialami oleh sahabat kecilnya itu.

"Tidak Papa... Fakhru ingin ke rumah Seroja. Seroja pasti sedang ketakutan."

"Tapi Nak...."

"Papa, bawa Fakhru ke rumah Seroja. Fakhru berjanji akan bersedia untuk masuk ke pondok pesantren, asalkan Papa membawa Fakhru ke rumah Seroja."

Entah sifat yang menurun dari siapa, lelaki kecil yang baru berusia lima tahun itu sudah pandai bernegosiasi dengan sang papa. Untuk bisa menyambangi rumah sahabat kecilnya, lelaki kecil itu sampai memutuskan untuk menerima keinginan papa Rama dan mama Ellana untuk mereka masukkan ke pondok pesantren. Hal itulah yang membuat hati Rama dan Ellana sedikit tercubit.

Diraihnya tubuh kecil sang putra untuk ia bawa ke dalam pangkuannya. Diusapnya dengan lembut rikma hitam legam milik putranya ini. "Apa yang membuat Fakhru begitu ingin mendatangi rumah Seroja? Padahal hari sudah gelap dan hujan di luar sana turun begitu deras?"

Tanpa permisi bulir bening dari pelupuk mata lelaki kecil itu lolos begitu saja. Nafasnya terlihat tidak beraturan seakan menyimpan rasa sesak dalam dada. Ellana semakin terkesiap melihat bahasa tubuh yang tetiba ditampakkan oleh putranya ini. Tangan wanita itupun juga ikut terulur untuk membelai punggung sang putra.

"Sayang, sebenarnya apa yang tengah Fakhru rasakan? Mengapa putra Mama tiba-tiba menangis seperti ini?"

Menatap lekat manik cokelat yang sudah berbalut dengan bulir-bulir bening di sekelilingnya, Ellana mencoba mencari tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada putranya ini. Diantara ketiga anaknya, hati Fakhru lah yang paling lembut. Lelaki kecil itu mudah sekali tersentuh dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dengan lembut, Ellana mencoba menyeka kristal bening yang mulai meluncur satu persatu dari pelupuk mata putranya ini.

"Fakhru hanya ingin melihat keadaan Seroja, Mama. Sejak di masjid sore tadi, Seroja sudah dibuat sedih dan menangis oleh teman-teman yang lain. Fakhru ingin melihat bahwa Seroja baik-baik saja."

Rama dan Ellana saling menautkan pandangan. Bahasa kalbu keduanya seakan sama-sama berbicara bahwa mereka akan memenuhi permintaan sang putra. Dan sepasang suami istri itu sama-sama menganggukkan kepala mereka.

"Baiklah, kita ke rumah Seroja ya Sayang. Tapi sebelum kita ke sana, Fakhru ambil sweater terlebih dahulu karena udara di luar sana begitu dingin."

Ucapan sang papa layaknya sebuah secercah rasa bahagia yang tiba-tiba mendekap erat tubuhnya. Kedua bola mata milik lelaki kecil itu yang sebelumnya berselimut kabut duka kini berangsur berbinar layaknya mentari pagi yang mulai bersinar di ufuk timur. Ia seka sisa-sisa air mata itu perlahan. "Benarkah Papa? Papa akan mengantar Fakhru ke rumah Seroja?"

"Iya Nak. Ayo lekas ambil sweater di dalam kamar Fakhru, setelah itu kita ke rumah Seroja."

Gegas, Fakhru turun dari pangkuan sang papa. Dengan langkah lebar, lelaki kecil itu keluar dari kamar kedua orangtuanya. "Tunggu Fakhru Papa!"

🍁🍁🍁

Brakkkkk!!!

"Pergi kamu dari tempat ini! Keberadaanmu hanya akan menjadi jalan bagi penduduk kampung ini mendapatkan azab dari Allah. Seorang pezina yang pastinya akan mendatangkan bencana di tempat ini!"

Sebuah tas besar yang berisikan pakaian dihempaskan dengan kasar di teras rumah oleh seorang wanita yang sejak tadi menjadi lawan bicara ibu Seroja. Wanita itu nampaknya telah dipenuhi oleh api amarah yang menghanguskan seluruh akal sehatnya sehingga sedikitpun tidak merasa malu bahwa apa yang ia lakukan telah menjadi pusat perhatian dari para tetangga.

Setelah menghempaskan tas berisikan pakaian itu, si wanita dengan paksa menjambak rambut ibu Seroja hingga membuatnya memekik kesakitan.

"Aaahhhh.... Lepaskan!"

Seakan tidak perduli sama sekali dengan teriakan ibu Seroja, wanita itu semakin kuat menjambak dan meremas rambut wanita seusianya itu.

"Bapak-bapak, Ibu-ibu, lihatlah wanita ini! Wanita ini di samping menjadi perebut suami orang, dia juga merupakan seorang pezina yang menjajakan tubuhnya kepada lelaki hidung belang di luar sana."

"Nyonya, tolong hentikan! Jika memang ada suatu permasalahan yang terjadi diantara Anda dengan ibu Dahlia, tolong diselesaikan secara baik-baik. Jangan dengan keributan seperti ini!"

Rama sembari menggendong tubuh kecil sang putra, mencoba untuk memadamkan api amarah wanita yang tengah berkobar dalam diri wanita di hadapan ini. Namun sayang seribu sayang, apa yang dikatakan oleh Rama hanya dianggap sebagai angin lalu saja.

Pandangan wanita itu mengedar ke sekeliling. Dengan pongah ia berkelakar di depan kerumunan orang yang mengelilingi rumah Seroja ini. "Itu tidak mungkin saya lakukan, Pak. Menyelesaikan permasalahan dengan wanita pela*cur seperti ini tidak dapat dilakukan secara baik-baik. Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak ingin membuat tempat ini terkena azab dari Allah bukan? Maka dari itu kita usir saja wanita ini!"

Rama terkesiap mendengar penuturan wanita ini. Bagaimana bisa sesama manusia menjadi hakim untuk manusia yang lain akan kesalahan yang telah diperbuat? Ia memposisikan dirinya seperti Tuhan yang berhak memutuskan untuk memberikan sebuah balasan. Sedangkan para tetangga yang lain hanya saling melempar pandangan dan membisu tidak memberikan respon apapun.

"Bu tolong, selesaikan permasalahan ini secara baik-baik. Kasihan putri ibu Dahlia yang mungkin sedang ketakutan di dalam sana!"

"Saya tidak peduli Pak! Saya ingin wanita ini segera meninggalkan tempat ini!"

Mendengar sang papa mengucap kata putri ibu Dahlia, gegas tubuh kecil Fakhru merosot dari gendongan sang papa. Lelaki kecil itu teringat bahwa ia memaksa sang papa menemaninya kemari karena Seroja.

"Nak, mau kemana?" ucap Rama di saat kaki sang putra telah berpijak sempurna di atas tanah yang basah karena guyuran air hujan.

"Fakhru ingin masuk ke dalam mencari Seroja, Papa. Seroja pasti ketakutan!"

Kaki kecilnya melangkah untuk memasuki rumah milik teman kecilnya ini. Ia sedikit terkejut karena keadaan rumah Seroja sudah berantakan layaknya diterjang oleh badai besar. Rumah ini terasa dingin dan hening sehingga memudahkan indera pendengaran Fakhru untuk menangkap sebuah suara isak tangis di salah satu kamar rumah ini.

"Seroja!"

Kepala gadis kecil itu mendongak. "Fakhru!"

Fakhru mendekat ke arah teman kecilnya ini. Ia sejajarkan tinggi tubuhnya dengan Seroja, dengan ikut berjongkok di hadapannya. "Kamu baik-baik saja?"

Seroja menggeleng pelan. "Aku takut, Fakhru. Aku takut!"

Tubuh dan bibir gadis kecil itu terlihat bergetar seakan disergap oleh rasa takut yang begitu kentara. Hal itulah yang membuat hati Fakhru terenyuh dan gegas, ia peluk tubuh teman kecilnya ini.

"Jangan takut, semua akan baik-baik saja Seroja!"

Seperti memeluk adiknya sendiri, Fakhru berupaya untuk memberikan sebuah ketenangan bagi gadis kecil ini. Meski tidak dapat ia bohongi jika hatinya pun turut terkoyak melihat Seroja dalam keadaan memilukan hati.

"Fakhru, pela*cur itu apa? Sedari tadi tante itu mengatakan bahwa ibu adalah seorang pela*cur."

"Jangan kamu dengarkan ucapan-ucapan orang dewasa itu Seroja. Itu sama sekali bukan menjadi urusan kita!"

"Tapi..."

"Seroja, ayo kita segera pergi dari tempat ini!"

Suara sang ibu yang tiba-tiba terdengar, membuat dua anak kecil itu sedikit terkejut. Fakhru melerai pelukannya dari tubuh Seroja dan menautkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Ibu? Kita akan pergi kemana?"

Sungguh, gadis kecil itu begitu kebingungan dengan apa yang ia alami malam hari ini. Dengan keributan yang tiba-tiba terjadi di kediamannya dan sang ibu tiba-tiba mengajakanya untuk pergi.

Dahlia mendekat ke arah sang putri dan menarik tangan kecil putrinya ini dengan paksa. Dan kini posisi Seroja berdiri sempurna, berhadapan langsung dengan sang ibu. "Jangan terlalu banyak bertanya. Ikuti saja kemana Ibu akan membawamu!"

"Tante, jangan terlalu kasar terhadap Seroja. Dia pasti kesakitan!"

"Jangan ikut campur hei anak kecil. Kamu tidak tahu apa-apa. Dan lebih baik kamu segera pergi dari tempat ini!" Dahlia kembali menarik tangan Seroja dan mulai melangkahkan kaki untuk meninggalkan tempat ini.

"Tante tunggu!"

Teriakan Fakhru sukses membuat Dahlia menghentikan langkah kakinya. Wanita itu membalikkan tubuhnya. "Apa lagi yang kamu inginkan Fakhru? Cepat susul papamu daripada kamu membuang-buang waktu yang aku miliki dengan percuma."

Putra pasangan Rama Gilang Pradana dan Ellana Safaraz Ismail itu sama sekali tidak menggubris ucapan Dahlia. Dengan sorot mata tajam namun terasa begitu meneduhkan, ia tatap kedua manik mata milik Seroja.

"Seroja... Apakah kamu akan kembali lagi ke sini?"

Gadis kecil itu menggeleng pelan sembari mencoba untuk menghilangkan sisa-sisa air matanya. "Aku tidak tahu Fakhru!"

"Satu minggu lagi aku akan berulang tahun yang ke enam tahun, bisakah kamu datang?"

Seroja nampak sejenak berpikir, namun gadis itu gegas menganggukkan kepalanya. "Aku pasti datang Fakhru!"

Fakhru tersenyum simpul. Ia merogoh saku celananya dan mengambil sesuatu dari dalam sana. "Ini untukmu Seroja. Pergunakan ini ketika kamu merasa sedih ataupun ketakutan. Kata kakek Juna, ini akan membuat hatimu selalu tenang dan tidak pernah merasa takut."

Sebuah tasbih kecil berwarna putih bening, Fakhru ulurkan ke arah Seroja. Diraihnya tasbih putih itu dari tangan Fakhru dan seutas senyum terbit di bibir kecilnya. "Terimakasih banyak Fakhru. Kamu memang teman terbaik yang aku miliki. Semoga suatu saat nanti kita bisa kembali bertemu!"

Mengetahui sang anak sudah selesai dengan perbincangannya bersama Fakhru, Dahlia kembali menarik lengan tangan Seroja. Ibu dan anak itu keluar dari rumah dan mulai berjalan menembus deras air hujan untuk segera meninggalkan tempat ini.

Dari balik jendela, Fakhru menatap nanar tubuh Seroja yang perlahan mulai hilang ditelan malam. Lagi, setetes kristal bening itu kembali lolos dari pelupuk matanya tanpa permisi.

"Lindungilah Seroja, ya Allah..."

"Kita pulang ya Nak!"

"Papa.... Seroja...."

Rama merengkuh tubuh kecil Fakhru ke dalam pelukannya. Ia usap punggung sang putra untuk mentransfer ketenangan dan kenyamanan. "Allah lah sebaik-baik pelindung, Sayang.... Inshaallah, Allah akan melindungi Seroja... Seperti doa yang Fakhru panjatkan..."

🍁🍁🍁🍁

Assalamualaikum para pembaca tersayang.... Akhirnya bertemu lagi dengan author remahan kulit kuaci ini... Hihi hiiihii... Bagaimana prolognya? Panjang sekali? Semoga tidak terlalu membosankan ya Kak...

Untuk novel ini, saya buat sedikit berbeda. Karena saya akan menyajikan dua kehidupan (kehidupan Seroja dan Fakhru) yang akan menjadi jalan bertemunya kembali mereka berdua. Semoga tidak membingungkan ya Kak...

Seperti yang ada di sinopsis depan, bahwa tokoh utama di novel ini (Seroja) bukanlah sosok sempurna. Justru sebaliknya, ada banyak cela dari dalam diri wanita itu. Novel ini berkisah tentang sebuah kehidupan yang sedikit kompleks. Bukan hanya tentang cinta terhadap sesama manusia namun juga cinta kepada Rabb--nya. Tentang taubat seorang pendosa dan tentang seorang pendosa yang berupaya untuk menjemput apa itu hidayah.

Semoga melalui tulisan ini ada satu hikmah yang bisa diambil ya Kak..😘😘😘

Jangan lupa untuk selalu mendukung tulisan author remahan kulit kuaci ini dengan like, komentar, dan favorit ya... Atau mau memberikan gift, vote, atau koin seikhlasnya? hihihihihi akan saya terima dengan penuh rasa syukur ❤❤

Selamat membaca semua....

Banyak cinta untuk Kakak-kakak semua...

Salam love, love, love❤️❤️❤️

🌹 Yakinlah, setiap tulisan yang ditulis dengan sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca...

Terpopuler

Comments

maulana ya_manna

maulana ya_manna

mampir thor

2022-06-16

0

👑卂尺丂ㄚ

👑卂尺丂ㄚ

Assalamualaikum jejak

2022-01-07

0

Sulastri Sulastri

Sulastri Sulastri

ikutan absen ya kak 👍

2021-11-22

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 CCUS 1 : Wanita Simpanan
3 CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4 CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5 CCUS 4 : Ibu
6 CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7 CCUS 6 : Melepas Rindu
8 CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9 CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10 CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11 CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12 CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13 CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14 CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15 CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16 CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17 CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18 CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19 CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20 CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21 CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22 CCUS 21 : Fakhru
23 CCUS 22 : Persiapan
24 CCUS 23 : Kembali Gagal
25 CCUS 24 : Hati yang Luka
26 CCUS 25 : Berteman?
27 CCUS 26 : Teror?
28 CCUS 27 : Takut
29 CCUS 28 : Pindah?
30 CCUS 29 : Menjaga
31 CCUS 30 : Randy
32 CCUS 31 : Rencana
33 CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34 CCUS 33 : Bercerai
35 CCUS 34 : Pulang
36 CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37 CCUS 36 : Tiba di Bandung
38 CCUS 37 : Berkumpul
39 CCUS 38 : Bias Cahaya
40 CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41 CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42 CCUS 41 : Terdampar
43 CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44 CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45 CCUS 44 : Mengunjungi
46 CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47 CCUS 46 : Nama Saya...
48 CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49 CCUS 48 : Mengagumi
50 CCUS 49 : Mencurahkan
51 CCUS 50 : Bakti Sosial
52 CCUS 51 : Meminta Bantuan
53 CCUS 52 : Rencana Melamar
54 CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55 CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56 CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57 CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58 CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59 CCUS 57 : Ruko
60 CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61 CCUS 59 : Terkejut
62 CCUS 60 : Nanti Malam
63 CCUS 61 : Persiapan
64 CCUS 62 : Ikatan Batin?
65 CCUS 63 : Lamaran Ana
66 CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67 CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68 CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69 CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70 CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71 CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72 CCUS 70 : Membuka Tabir
73 CCUS 71 : Pelukan
74 CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75 CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76 CCUS 74 : Terjebak
77 CCUS 75 : Digerebek?
78 CCUS 76 : Jalan Keluar
79 CCUS 77 : Lelaki Idaman
80 CCUS 78 : Lelaki Itu...
81 CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82 CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83 CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84 CCUS 82 : Bertandang
85 CCUS 83 : Orang Yang Sama
86 CCUS 84 : Dahlia
87 CCUS 85 : Pemakaman
88 CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89 CCUS 87 : Persiapan
90 CCUS 88 : Melamar
91 Pariwara (Iklan)
92 CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93 CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94 CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95 CCUS 92 : Malam Pengantin
96 CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97 CCUS 94 : Janji Seroja
98 CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99 CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Prolog
2
CCUS 1 : Wanita Simpanan
3
CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4
CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5
CCUS 4 : Ibu
6
CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7
CCUS 6 : Melepas Rindu
8
CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9
CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10
CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11
CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12
CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13
CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14
CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15
CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16
CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17
CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18
CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19
CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20
CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21
CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22
CCUS 21 : Fakhru
23
CCUS 22 : Persiapan
24
CCUS 23 : Kembali Gagal
25
CCUS 24 : Hati yang Luka
26
CCUS 25 : Berteman?
27
CCUS 26 : Teror?
28
CCUS 27 : Takut
29
CCUS 28 : Pindah?
30
CCUS 29 : Menjaga
31
CCUS 30 : Randy
32
CCUS 31 : Rencana
33
CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34
CCUS 33 : Bercerai
35
CCUS 34 : Pulang
36
CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37
CCUS 36 : Tiba di Bandung
38
CCUS 37 : Berkumpul
39
CCUS 38 : Bias Cahaya
40
CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41
CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42
CCUS 41 : Terdampar
43
CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44
CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45
CCUS 44 : Mengunjungi
46
CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47
CCUS 46 : Nama Saya...
48
CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49
CCUS 48 : Mengagumi
50
CCUS 49 : Mencurahkan
51
CCUS 50 : Bakti Sosial
52
CCUS 51 : Meminta Bantuan
53
CCUS 52 : Rencana Melamar
54
CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55
CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56
CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57
CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58
CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59
CCUS 57 : Ruko
60
CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61
CCUS 59 : Terkejut
62
CCUS 60 : Nanti Malam
63
CCUS 61 : Persiapan
64
CCUS 62 : Ikatan Batin?
65
CCUS 63 : Lamaran Ana
66
CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67
CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68
CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69
CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70
CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71
CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72
CCUS 70 : Membuka Tabir
73
CCUS 71 : Pelukan
74
CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75
CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76
CCUS 74 : Terjebak
77
CCUS 75 : Digerebek?
78
CCUS 76 : Jalan Keluar
79
CCUS 77 : Lelaki Idaman
80
CCUS 78 : Lelaki Itu...
81
CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82
CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83
CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84
CCUS 82 : Bertandang
85
CCUS 83 : Orang Yang Sama
86
CCUS 84 : Dahlia
87
CCUS 85 : Pemakaman
88
CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89
CCUS 87 : Persiapan
90
CCUS 88 : Melamar
91
Pariwara (Iklan)
92
CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93
CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94
CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95
CCUS 92 : Malam Pengantin
96
CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97
CCUS 94 : Janji Seroja
98
CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99
CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!