Pencapaian apa yang terasa begitu membahagiakan bagi wanita berusia dua puluh lima tahun? Mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pencapaian karir yang bagus? Bisa memulai berinvestasi sebagai bekal materi untuk masa depannya? Memiliki rumah? Mobil atau perhiasan mewah yang merupakan wujud hasil kerja kerasnya dalam bekerja? Atau apa justru mendapatkan pendamping hidup yang bisa menjadi teman berbagi dalam berbagai situasi dan kondisi?
Mungkin bagi kebanyakan orang, hal itulah yang mereka dapatkan, namun tidak bagi Seroja. Bagi Seroja itu semua hanya sebuah mimpi dan angan belaka. Ada di dalam angannya namun tidak pernah sedikitpun menyapa garis takdir hidupnya.
"Ibu, lihatlah! Ini gaji pertama Seroja bekerja di pabrik. Gaji ini Seroja berikan untuk Ibu semua!"
Dengan binar kebahagiaan yang begitu kentara, Seroja memasuki area dalam rumah. Masih mengenakan seragam khas pabrik, wanita itu mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih yang berisikan gaji pertamanya. Seroja benar-benar berharap, sang ibu bisa menerima pemberiannya dengan penuh rasa syukur.
Dahlia yang tengah duduk di kursi kayu di ruang ini sembari berbalas pesan menerima amplop putih yang diulurkan oleh Seroja. Dengan gerak cepat, wanita yang sudah mendapat predikat wanita paruh baya itu membuka amplop yang berada di dalam genggaman tangannya dan mengeluarkan isinya.
"Apa-apaan ini? Gaji yang kamu peroleh hanya sejumlah ini? Ini untuk membeli token listrik saja kurang!"
Dahlia melempar lembaran rupiah yang baru saja ia keluarkan dari amplop berwarna putih. Ya, hari ini untuk kali pertama, Seroja memperoleh gaji pertamanya saat bekerja menjadi salah satu buruh pabrik pembuatan sarung tangan di kota ini.
Wanita berusia dua puluh lima tahun itu terkesiap tatkala lembaran-lembaran uang itu mengenai wajah dan kemudian berjatuhan di lantai. Matanya sedikit terbelalak tatkala lembar demi lembar uang itu berserakan di lantai. Tanpa berpikir panjang, ia berjongkok dan mulai memunguti hasil kerja kerasnya selama satu bulan bekerja di pabrik pembuatan sarung tangan ini.
"Tapi Bu, gaji Seroja di pabrik jauh lebih banyak daripada gaji yang Seroja terima dari tempat kerja Seroja sebelumnya. B-bahkan ini dua kali lipat."
Dengan hati yang dipenuhi oleh luka, Seroja memungut lembaran uang yang berserakan itu. Jantungnya seakan berdenyut nyeri tatkala melihat hasil peluh yang ia kucurkan selama satu bulan terakhir ini mendapatkan sebuah apresiasi yang begitu memilukan seperti ini. Wanita itu berpikir, sang ibu akan sangat bahagia tatkala menerima gaji yang hampir tiga juta itu, namun ternyata itu semua hanya merupakan ekspektasi yang tertanam di dalam angannya saja. Karena pada kenyataannya, Dahlia sedikitpun tidak menerima pemberian Seroja itu.
Dahlia tersenyum sinis, dengan raut wajah yang penuh dengan keangkuhan, wanita paruh baya itu seakan merendahkan hasil yang didapatkan oleh putrinya ini. "Apa yang bisa kamu banggakan dengan uang tiga juta? Apa kamu pikir, uang itu bisa mencukupi kebutuhan kita selama satu bulan? Uang ini untuk membeli token listrik saja tidak cukup!"
"Tapi Bu untuk satu bulan, pemakaian listrik kita tidak sampai lima ratus ribu. Jadi sisa uangnya bisa untuk keperluan sehari-hari kita dan juga keperluan sekolah Manda."
Seroja mulai bangkit dari posisi jongkoknya. Ia masih berdiri di hadapan Dahlia dan mencoba untuk meluruskan apa yang menjadi pemikiran sang ibu. Karena baginya, gajinya ini akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kamu itu benar-benar wanita bo*doh, Ja! Dengan bentuk tubuh dan wajah yang kamu miliki ini seharusnya uang tiga juta itu bisa kamu peroleh hanya dalam waktu satu malam. Tapi mengapa kamu memilih jalan yang semakin menyulitkanmu?"
Kesabaran Dahlia benar-benar terkuras habis untuk membujuk Seroja agar mau mengikuti sarannya. Sejak lulus SMA, wanita paruh baya itu setiap hari selalu membujuk Seroja untuk bersedia menjadi salah satu 'peliharaan' Laura, namun hingga menginjak usia dua puluh lima tahun ini, Seroja tetap saja menggelengkan kepala. Tidak bersedia menerima usulan sang ibu.
"Tidak Bu, Seroja tidak mau. Meski gaji yang Seroja dapatkan dari pabrik jauh lebih sedikit, namun setidaknya ini semua merupakan hasil yang baik. Seroja ingin memenuhi semua kebutuhan keluarga ini dengan cara yang baik pula."
Tetap berpegang pada prinsip hidup yang ia pegang sampai saat ini, Seroja sama sekali tidak mau memenuhi permintaan sang ibu untuk menjadi salah satu 'peliharaan' Laura. Meski berada di lingkungan seperti ini, ia selalu mempertahankan prinsip bahwa untuk menghidupi keluarganya, ia harus menggunakan cara-cara yang baik.
"Cih, tidak usah sok suci kamu Ja! Tuhan tidak akan pernah mengangkat derajatmu dengan menjadikanmu orang kaya meski kamu bekerja hingga jungkir balik sekalipun. Jadi buang jauh-jauh prinsip hidupmu yang konyol itu!"
Seroja sedikit tersentak mendengar penuturan Dahlia. Ia sadar bahwa ia tidak dekat dengan Tuhannya dengan melakukan kewajibannya sebagai seorang hamba, namun sebisa mungkin ia menghindari segala bentuk keburukan termasuk sebuah pekerjaan yang sedari dulu ditawarkan oleh sang ibu.
Seroja menggeleng lirih. "Tidak Bu, Seroja tidak mau. Seroja tetap ingin bekerja di pabrik pembuatan sarung tangan. Atau jika Ibu merasa kurang dengan hasil yang Seroja dapatkan, Seroja bisa kembali bekerja di laundry setelah Seroja pulang dari pabrik. Sehingga penghasilan yang Seroja dapatkan bisa dua kali lipat."
Seroja masih bernegosiasi dengan sang ibu agar wanita paruh baya itu tidak lagi membujuknya untuk menjadi salah satu 'peliharaan' Laura. Karena sampai kapanpun ia tidak ingin menenggelamkan dirinya ke dalam pekerjaan itu.
Dahlia tergelak lirih. Sudut bibirnya sedikit terangkat seakan meremehkan semua yang diucapkan oleh Seroja. "Aku tidak menyangka bahwa kamu benar-benar bo*doh Ja. Aku tunjukkan kepadamu sebuah jalan yang begitu mudah untuk menjadikanmu orang kaya dalam waktu yang sekejap, namun tidak kamu gubris sama sekali. Apa yang sebenarnya kamu pertahankan?"
"Selain hal itu merupakan sesuatu yang buruk, Seroja juga ingin mempertahankan apa yang Seroja miliki untuk lelaki yang nantinya akan menjadi pendamping hidup Seroja, Bu. Seroja tidak ingin mengecewakan lelaki yang nantinya akan menjadi suami Seroja jika sampai ia mengetahui bahwa sesuatu berharga yang Seroja miliki tidak lagi bisa Seroja pertahankan."
"Hahaha haahaahaa omong kosong macam apa itu Ja! Jalan hidupmu sudah menempatkanmu di tempat kotor seperti ini, itu artinya kamu juga harus mengikuti arus menggeluti pekerjaan itu!" Dahlia bangkit dari posisi duduknya bermaksud untuk kembali ke kamar. "Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai anak, jika kamu tidak bisa memberiku jatah uang yang jauh lebih banyak dari gajimu ini. Dan satu lagi. Jika kamu masih ingin aku anggap sebagai anak, besok malam ikut aku untuk menemui Laura."
Seroja terperangah. "T-tapi Bu..."
"Tutup mulutmu Ja! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun dari mulutmu. Besok malam, kamu harus ikut aku untuk menemui Laura!"
Tubuh Dahlia berlalu meninggalkan Seroja yang masih berdiri terpaku dan tertegun mendengar semua yang keluar dari bibirnya. Sendi-sendi tubuh Seroja seketika terasa begitu lemas. Tidak dapat ia bayangkan apa yang akan terjadi besok malam di saat ia bertemu dengan Laura. Mungkinkah besok malam merupakan merupakan awal dari kehancuran hidupnya? Dengan menjadi wanita malam?
Bayangan-bayangan kelam menjadi wanita malam berkeliaran di dalam otak Seroja. Sudut hatinya seakan tersayat oleh sebilah pisau tajam yang membuat rasa sakit itu menyeruak di dalam tubuhnya. Tubuh wanita itu berguncang hebat dengan lelehan air mata yang mengucur deras dari jendela hatinya. Ia peluk erat amplop putih yang berisi gaji pertamanya itu. Ia berpikir sang ibu akan berbahagia dengan apa yang telah ia persembahkan dalam wujud rupiah yang merupakan hasil keringatnya. Namun pada kenyataannya, semua sia-sia, sang ibu justru menganggap remeh apa yang telah ia berikan.
Pikiran Seroja semakin berkeliaran bebas tatkala mengingat apa yang terucap dari bibir wanita yang paling ia cintai itu. Dan satu pertanyaan besar yang memenuhi kepala dan ruang hatinya yang seakan semakin menggerogoti kekuatan jiwanya untuk menapaki jalan hidup yang tertulis untuknya. Adakah seorang ibu yang tega mendorong anaknya terjerumus ke dalam jurang hitam dan kelam seperti itu?
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
Flashback lagi ya Kak... hihihihihi 🤗🤗 untuk beberapa part ke depan akan saya sajikan tentang kehidupan Seroja di masa lalu. Di part ini bisa kita tarik kesimpulan bahwa Seroja sebenarnya memiliki sebuah prinsip hidup yang kuat dalam mempertahankan kehormatannya. Jadi sebenarnya apa sih yang dialami oleh wanita itu sampai menjadi wanita simpanan?
Tetap ikuti tulisan receh author remahan kulit kuaci ini ya Kak.... Jangan lupa untuk selalu berikan semangat untuk saya dengan cara like, komentar, favorit, vote hadiah poin maupun koin seikhlasnya...😅😅 Atau boleh juga di share ke kenalan-kenalan Kakak agar saya bisa makin pemes sehingga bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang semakin banyak... Maklum, sebentar lagi mau nikah, jadi harus banyak persiapan... hihihi hihihihihi... Bercanda ya Kak.. 😂😂
Apapun itu, saya ucapkan terimakasih banyak yang masih setia menemani saya dengan tulisan receh ini. Berkah selalu untuk kakak-kakak semua ya...❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mariah 12
ko g habis pikir sm bu dahlia dimana akal sehatnya bukanya melindungi dan ngasih arahan yg bener ini malah mau menjerumuskan anaknya ada apa dengan ibu dahlia apakah seroja bukan anak kandungnya
2022-12-04
0
iyah💋
aku mampir kah,nyesek banget cerita seroja, cusss flasback dlu
2022-02-20
0
ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤᭄😎
maaf baru bisa baca lagi yg semangat ya othor
2022-02-17
0