Denting suara sendok beradu nyaring dengan sebuah cangkir sedikit memecah keheningan yang tercipta di pukul dua dini hari ini. Seroja berdiri di dapur. Meracik kopi dan gula kemudian ia seduh menggunakan air panas untuk ia jadikan secangkir kopi yang entah mengapa tiba-tiba ingin ia nikmati saat ini. Ia menghirup harum aroma khas kopi hitam di tangannya dan perlahan mulai menyesapnya.
Mata gadis itu terpejam tatkala racikan kopi buatannya itu mulai membasahi kerongkongannya. Tubuh yang sebelumnya dirasa begitu lelah dan penat karena harus bekerja melebihi jam kerja, sedikit demi sedikit memudar, berganti dengan suasana rileks yang ia rasa. Kali ini, ia membenarkan apa yang pernah ia dengar bahwa menikmati kopi bisa menjadi salah satu opsi untuk membunuh rasa lelah dan penat yang datang menyapa.
Rintik air langit yang turun seakan menambah suasana syahdu yang tercipta. Netra Seroja mengintip ke arah luar jendela di mana rintik air hujan itu mulai melebat.
Begitu terkesimanya dengan keindahan rintik air hujan yang turun dari langit dan tenggelam dengan segala pesona yang dihadirkan salah satu fenomena alam seperti ini, membuat Seroja tidak menyadari jika sedari tadi ada sepasang mata yang menatap intens tubuhnya dari balik punggungnya. Sorot mata itu mengeluarkan sinyal penuh damba karena tubuh wanita yang ia lihat ini benar-benar nampak mempesona.
Rambut sang gadis yang digulung ke atas sehingga menampakkan leher putihnya yang mulus dan jenjang seakan semakin membuat pemilik sepasang mata itu kesulitan untuk menelan salivanya. Sungguh ajaib tubuh wanita yang dilihatnya ini karena hanya dengan melihat lehernya saja, sesuatu yang berada di bawah perutnya tiba-tiba memberikan sebuah respon.
Dengan berjinjit, lelaki itu mengayunkan langkah kakinya untuk dapat menjangkau tubuh wanita yang tengah menikmati rinai air hujan di luar sana. Ia harus ekstra hati-hati agar pergerakan kakinya tidak terdengar oleh wanita ini.
Hap!!!
Pyaar!!!!
Cangkir yang dipegang oleh Seroja tetiba terlepas dari genggaman tatkala merasakan sebuah tangan kokoh yang memeluk tubuhnya dari belakang.
"Ahhhh ... lepaskan!"
"Ssssttt ... pelankan suaramu Sayang. Jika kamu berteriak pasti akan terdengar oleh seluruh penghuni rumah ini!"
Lelaki yang tak lain adalah Ajisaka itu berhasil menyergap tubuh Seroja. Rupa-rupanya gejolak hasrat yang berkobar di dalam tubuhnya, membuat lelaki itu ingin bersegera menjamah tubuh wanita yang berhasil menggugah naf*su yang yang terasa semakin membara. Dan benar saja, kini tubuhnya sudah berhasil mengunci tubuh Seroja dengan pelukan eratnya.
Seroja meronta, berupaya untuk melepaskan diri dari kungkungan lelaki yang tak lain adalah ayah tirinya ini. Namun sayang, tubuh wanita itu serasa tidak memiliki banyak tenaga untuk melawan tangan kokoh dan tubuh yang semakin terasa begitu kuat mengunci tubuhnya. Kedua bola mata Seroja terbelalak sempurna tatkala tangan lelaki ini berhasil menyentuh kedua benda sintal miliknya.
"Aaahhhh... Benar dugaanku bahwa tubuhmu benar-benar penuh dengan kenikmatan. Baru bagian dada yang aku sentuh sudah membuatku bernaf*su seperti ini. Bagaimana dengan bagian tubuhmu yang lain?"
Ajisaka menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Seroja sehingga membuat tubuh wanita itu menggeliat layaknya cacing kepanasan. Sungguh, saat ini tidak ada yang dapat ia rasakan selain rasa jijik yang mendominasi.
"Brengsek! Jauhkan tubuh kotormu ini! Aku jijik!"
Ajisaka menyeringai. Tangan kokohnya justru semakin kuat mengunci tubuh Seroja. "Tidak semudah itu, Sayang. Salah kamu sendiri mengapa kamu memiliki tubuh se-sexy ini yang bisa membuatku tidak bisa untuk menahan diri untuk tidak menjamahmu."
"Dasar ba*jingan! Enyahlah kamu dari sini!"
Tidak lagi memperdulikan bahwa seharusnya lelaki ini ia hormati, Seroja menghujani Ajisaka dengan kata-kata kasar. Baginya, tidak ada kewajiban untuknya menghormati dan menghargai lelaki bej*at seperti ini. Karena sungguh, perbuatan lelaki ini tidak jauh berbeda dengan binatang.
"Aku tidak perduli Sayang, yang terpenting aku bisa menikmati tubuhmu!"
Seroja semakin tidak bisa berkutik. Detak jantungnya seakan kian berdegup kencang membayangkan tentang apa yang akan terjadi setelah ini. Perbuatan ayah tirinya ini kembali membuka ingatannya pada kejadian di kamar hotel yang baru beberapa waktu yang lalu menimpanya. Nampaknya, sebuah ungkapan keluar dari mulut singa, masuk ke dalam mulut buaya sangat pantas mewakili kepedihan yang saat ini tengah dirasakan oleh gadis itu. Tidak ada yang ada di dalam kepala Seroja selain hanya ingin bisa segera terlepas dari kungkungan tubuh lelaki ini.
"Lepaskan aku brengsek! Lepaskan aku!"
Tiba-tiba di dalam benak Seroja muncul sebuah cara yang bisa terlepas dari kungkungan tubuh lelaki ini. Kaki Seroja sedikit ia angkat untuk berancang-ancang menginjak kaki lelaki ini. Namun ....
"Apa yang sedang kalian lakukan, hah?!"
Tangan Ajisaka yang sebelumnya begitu intens mengeksplor bagian dada Seroja, seketika ia hentikan tatkala suara yang begitu familiar terdengar di dapur ini. Tangan Ajisaka yang sebelumnya begitu kuat mengunci tubuh Seroja kini mulai mengendor. Dan kesempatan inilah yang digunakan oleh Seroja untuk menggeser tubuhnya, menjauh dari tubuh lelaki be*jat ini.
"Coba katakan kepadaku apa yang sudah kamu lakukan terhadap perempuan ini Mas!"
Ajisaka tersekiap. Lelaki itu sejatinya bukanlah lelaki pengecut, namun melihat kemarahan sang istri, membuat nyalinya sedikit menciut.
"Ma ... ini semua karena anak kamu ini. Dia yang sengaja menggodaku!"
Seroja terkesiap. Kedua bola matanya membulat sempurna. Bibirnya menganga lebar, tiada percaya bahwa Ajisaka memutar balikkan fakta yang sebenarnya.
"Bu ... itu semua tidak benar. Orang inilah yang tiba-tiba datang dan menyergap tubuh Seroja. Seroja benar-benar tidak menggodanya!"
"Bohong Ma. Perempuan ini telah berbohong. Dia yang sengaja menyusulku di dapur saat aku akan membuat secangkir kopi. Dan dia berusaha untuk menggodaku dengan tubuh yang ia miliki!"
"Bu, sungguh kejadiannya tidak seperti itu. Justru Seroja yang lebih dahulu berada di dapur dan lelaki ini tiba-tiba datang."
"Bohong Ma! Dia berbohong. Dia yang telah menggodaku!"
"Bu, tolong percaya pada Seroja. Seroja tidak mungkin .... "
"Diam! Diam kalian semua!"
Upaya Seroja untuk menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi, terpangkas tatkala Dahlia dengan penuh amarah menghentikan perdebatan antara Seroja dan juga Ajisaka. Dahlia menoleh ke arah Seroja dengan tatapan membidik dan mendekatinya.
Plakkk!!!
"Aaaahhhh.... Sakit Bu!"
Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Seroja. Wanita itu meringis kesakitan tatkala rasa panas itu mulai terasa menjalar di area pipinya.
"Itu akibatnya jika kamu berani menggoda suamiku!"
"Tapi Seroja tidak menggoda lelaki ini Bu. Sungguh, di sini Seroja yang berkata sebenarnya. Lelaki inilah yang lebih dahulu mengganggu Seroja!"
"Cih, aku tidak percaya. Darah yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah sang penggoda, jadi tidak mengherankan jika kamu juga menjadi sang penggoda!"
"T-Tapi Bu... Seroja bukan wanita seperti itu. Sero..."
"Cukup! Tidak perlu lagi kamu berkata apapun. Aku sudah muak mendengarnya." Dahlia memutar tumit. Ia raih tangan Ajisaka untuk ia bawa pergi dari tempat ini. "Bisa kamu jelaskan di kamar Mas!"
Pada akhirnya sepasang suami-istri itu pergi meninggalkan Seroja yang masih berdiri terpaku dengan apa yang baru saja ia alami. Ia biarkan tubuhnya merosot dan kembali bersimpuh di atas lantai dengan kucuran air mata yang kembali mengucur deras dari telaga beningnya.
Dadanya kembali terasa sesak. Kepahitan hidup seperti ini satu persatu mulai menyapanya. Ia memeluk kedua lututnya, menenggelamkan wajah di sela-sela lutut itu, dan menumpahkan segala luka yang mengalir melalui air mata itu.
Apakah kehidupan yang aku jalani akan selalu seperti ini, Tuhan? Jauh dari kata bahagia dan ketenangan?
.
.
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Hasbi Hasidiqi
cerita seroja ini sungguh menguras air mata....
2023-05-07
2
Mariah 12
kenapa kamu g pergi aja sih seroja dr rumah itu karna apa yg kamu anggap rumah itu malah tempat yg justru berbahaya
2022-12-05
1
Nanonano 🌱
udah sering nonton cerita kayak gini sebenernya. Tapi tetep beda sensasinya ketika kita baca. ikut merasakan kesakitannya, sesak yg dirasain, kepedihannya. semoga hal2 kayak gini gak pernah kita temuin di real life. gak kebayang penderitaannya akan seperti apa 😣
2022-03-07
4