CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni

Seroja menatap lekat rumah kecil yang berdiri di hadapannya. Rumah yang hanya memiliki dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur kecil, dan sebuah teras yang merangkap fungsi sebagai tempat untuk menerima tamu.

Warna cat dinding berwarna biru ini sudah nampak memudar hingga hanya menyisakan warna putih sebagai warna dasar dinding. Tidak sedikit pun terbesit di dalam pikiran wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu untuk kembali mengecat ulang rumah ini. Seakan sama dengan keinginannya untuk meluruhkan semua cerita dan kenangan pahit yang pernah tertoreh di dalam sana hingga tidak menyisakan sedikitpun jejak yang tertinggal. Namun, seberapa besar upayanya untuk menghapus, jejak itu tetap terekam jelas di dalam memory otaknya.

"Kak Seroja, kau kah itu?"

Suara nyaring perempuan kecil berusia delapan tahun sukses membuyarkan lamunan Seroja. Kesadarannya seakan ditarik paksa untuk menoleh ke arah sumber suara. Di sisi pintu, di mana ada sebuah kursi dari bambu terlihat seorang gadis kecil duduk di sana, menyambut kedatangan Seroja dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Seroja membawa tubuhnya untuk lebih dekat dengan gadis kecil itu. Ia sedikit membungkuk dan mengusap lembut rambut ikal kecoklatan miliknya.

"Manda mengapa duduk di luar sendiri? Di mana suster Ana? Mengapa dia tidak terlihat di sini?"

Sapuan pandangan mata Seroja mengedar ke sekeliling teras. Biasanya jika Manda duduk di teras seperti ini pasti akan didampingi oleh seorang wanita muda yang tidak lain merupakan suster yang diberikan kepercayaan oleh Seroja untuk mengurus Manda.

"Suster Ana ada di dalam, Kak. Tadi Ibu melempar barang-barang yang ada di dalam rumah, sehingga membuat suster Ana begitu kesusahan untuk menenangkan Ibu."

Suster Ana, selain bertugas mengurus Manda, ia juga bertugas untuk mengurus semua keperluan Dahlia yang tak lain adalah ibu Seroja. Seorang wanita yang tengah mengalami gangguan jiwa akibat hal buruk yang ia alami di masa lalu. Hal buruk di masa lalu dan hanya menyisakan keadaan yang sama hancurnya dengan kehancuran yang Seroja alami saat ini. Entah bagaimana goresan tinta takdir hidup Seroja akan bekerja, sehingga perlahan ia bisa keluar dari kungkungan derita yang kian terasa membelenggu hati.

Seroja berupaya menghela nafas dalam sembari tersenyum ke arah Manda. Meski ia tahu jika Manda tidak akan pernah tahu ekspresi wajah seperti apa yang ia tampakkan, namun selalu ada senyum yang terlukis di kala netra miliknya menatap lekat wajah gadis kecil ini. Jemari tangan Seroja terulur untuk mengusap lembut rikma cokelat milik Manda. "Apakah Manda ketakutan saat melihat Ibu mengamuk? Jika Manda merasa takut, Manda tinggal bersama Kakak saja ya?"

Ada kegetiran yang tersirat dari penawaran yang Seroja tawarkan untuk sang adik. Hatinya berdenyut nyeri jika sampai Manda menyetujui apa yang ia tawarkan. Meski saat ini hidupnya terjamin di dalam pelukan Randy dengan menjadi wanita simpanannya, namun Seroja tidak ingin jika Manda mengetahui bagaimana cara ia memperoleh semua kenikmatan hidup yang ia jalani saat ini. Seburuk-buruknya ia menjadi wanita simpanan dan seorang pela*cur, ia tidak ingin Manda melihatnya. Meski secara kasat mata gadis itu tidak melihatnya, namun Seroja yakin bahwa adiknya ini merasakannya.

Manda menggeleng pelan, masih dengan melihat ke arah depan dengan tatapan kosong dan tidak berkedip sama sekali. "Tidak Kakak, Manda ingin tetap di sini menemani Ibu. Kasihan jika Ibu sendirian di rumah. Manda juga tidak ingin membuat kak Seroja kerepotan. Kakak sudah lelah setiap hari bekerja, Manda tidak ingin membebani Kakak. Kak Seroja fokus bekerja saja ya. Biarkan Manda tetap di sini untuk menemani Ibu."

Ada sebilah pisau tak kasat mata yang tetiba menikam seonggok daging bernyawa di dalam tubuh wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu. Hatinya seakan kian mencelos mendengar ucapan-ucapan polos yang keluar dari bibir kecil gadis kecil yang duduk di sampingnya ini.

Manda mengatakan bahwa dirinya lelah bekerja, padahal selama satu tahun menjadi wanita simpanan Randy, ia tidak perlu bersusah payah mengeluarkan keringat untuk membanting tulang. Hanya berkeringat di atas ranjang dan mengeluarkan des*ahan-des*ahan sensual dari bibirnya untuk melayani dan memuaskan hasrat Randy, dengan sendirinya pundi-pundi rupiah itu mengalir deras ke rekening miliknya.

Tanpa sadar, bulir bening dari pelupuk mata Seroja terjun bebas. Ada sebentuk rasa bersalah tatkala ia menyadari bahwa selama satu tahun belakangan, ia menghidupi adik dan juga ibunya dengan cara kotor seperti ini. Namun, ia bisa apa jika jalan inilah yang sudah ia pilih? Jalan hidup yang dipenuhi oleh lumpur dosa dan semakin hari justru membuatnya semakin terperosok ke dalam pusaran lumpur itu.

"Apakah Manda sudah makan?"

Seroja mencoba untuk mencari pokok pembicaraan lain. Tidak bisa ia bohongi jika membicarakan perihal pekerjaan yang ia jalani, seakan semakin membuat dadanya serasa sesak. Andai saja kejadian kelam malam itu tidak menimpanya, pasti saat ini hidupnya bisa lebih tenang dengan pekerjaan yang sebelumnya ia geluti. Meski hanya mendapatkan gaji kecil dari pabrik pembuatan sarung tangan, namun sejatinya merupakan hasil yang baik, karena ia mendapatkannya dengan cara yang baik pula.

Manda kembali menggelengkan kepalanya. "Belum Kak. Manda belum makan."

Kening Seroja sedikit mengerut. Tidak biasanya Manda belum mengisi perutnya di tengah hari seperti ini. Jarum penunjuk waktu sudah menunjukkan pukul dua belas, seharusnya gadis itu sudah makan bukan?

"Mengapa Manda belum makan? Apakah suster Ana belum memasak? Namun jika belum memasak, biasanya suster Ana membeli makanan di luar bukan? Tapi mengapa Manda belum makan?"

Tanpa menoleh sedikitpun ke arah sang kakak, Manda hanya mengulum sedikit senyumnya. "Manda sedang berpuasa, Kak."

Kedua netra milik Seroja kian membulat sempurna. Wanita itu terperangah. "P-puasa? Manda puasa?"

Sebuah anggukan kepala ia tampakkan di hadapan Seroja sebagai bentuk penegasan bahwa apa yang ia katakan sebelumnya memang benar adanya. "Iya Kak, Manda puasa sunnah Senin Kamis. Jadi, setiap hari Senin dan Kamis, jika siang hari Manda tidak makan dan minum."

"D-dari mana Manda belajar puasa Senin-Kamis? Apakah di dekat rumah kita ini ada semacam TPA yang bisa mengajari Manda?"

Seroja didera oleh rasa penasaran yang tinggi. Darimana adiknya ini mengenal puasa Senin-Kamis? Padahal selama ini ia tidak pernah mengajarinya perihal ilmu agama seperti itu. Bagaimana mungkin ia bisa mengajarkan ilmu agama kepada adiknya ini jika ia saja tidak tahu apa-apa perihal ilmu agama. Hidup di lingkungan seperti ini, secara perlahan memang telah menjauhkannya dari Sang maha pemilik kehidupan.

Atau apakah di sekitar tempat tinggalnya ini ada kegiatan semacam TPA? Namun gegas ia pupus pemikiran seperti itu. Di lokalisasi seperti ini tidak mungkin ada sebuah TPA untuk anak-anak ataupun semacam kajian kerohanian untuk penduduk yang bermukim di sini. Mungkin para ahli agama sudah terlebih dahulu merasa enggan untuk menginjakkan kaki di tempat yang sarat dengan kegiatan maksiat seperti tempat tinggalnya ini.

Sebuah surau kecil dibiarkan terbengkalai begitu saja. Tidak terurus sama sekali. Mungkin saat ini sudah menjadi tempat untuk bersarang laba-laba dikarenakan tidak adanya tangan-tangan manusia yang merawat tempat ibadah itu.

"Tidak Kakak. Di sini tidak ada kegiatan TPA. Manda belajar tentang puasa dan shalat dari suster Ana. Suster Ana mengatakan jika Manda harus banyak-banyak berdoa untuk kak Seroja dan juga ibu. Agar kelak kak Seroja dan ibu masuk surga."

Sebuah jawaban polos dari bibir Manda kembali menikam hati milik Seroja yang sebelumnya telah tertikam pisau tak kasat mata. Manda, gadis kecil itu berbicara tentang surga yang mana merupakan tempat yang sama sekali tidak pantas untuk ditempati oleh seorang pendosa sepertinya.

Kegetiran masih saja terasa menghujam jiwa. Lagi, setetes kristal bening kembali meluncur bebas dari kedua jendela hati milik Seroja. Dan hanya seutas senyum getir yang bisa ia lukis di bibir tipisnya.

"Baiklah jika Manda sedang berpuasa. Nanti Manda ingin berbuka memakai apa? Biar kak Seroja belikan."

"Tidak perlu, Kak. Tadi suster Ana sudah memasak ayam kecap. Nanti Manda buka puasa menggunakan ayam kecap saja." Manda nampak *******-***** ujung kaos yang ia kenakan. Seakan ingin mengucapkan sesuatu kepada kakaknya ini. "Kak, bolehkah Manda meminta sesuatu? Jika boleh, Manda ingin minta sesuatu dari Kakak."

"Apa itu Sayang? Katakanlah. Apapun yang Manda inginkan, akan kak Seroja belikan."

"Bisakah kak Seroja membelikan mukena untuk Manda? Manda ingin mukena baru, agar bisa Manda gunakan untuk shalat. Karena jika Manda ingin semua doa-doa yang Manda ucapkan dikabulkan oleh Allah, Manda harus menjadi anak sholeh terlebih dahulu. Kata suster Ana, salah satu caranya dengan mengerjakan shalat."

Entah sudah ke berapa kalinya gadis kecil ini berhasil mengobrak-abrik hati Seroja yang sejak lama tidak pernah tersentuh oleh apapun dan siapapun. Ia selalu menulikan telinganya, acuh dengan perkataan-perkataan buruk yang mengarah kepadanya. Sehingga tidak satupun ucapan-ucapan buruk itu mempengaruhi suasana hatinya. Namun kali ini, ketika Manda berceloteh ringan tentang surga, shalat, dan Tuhan, hatinya seakan dipenuhi oleh rasa yang sangat sulit ia jabarkan. Sebuah rasa yang semakin menyeret tubuhnya ke dalam kehampaan semata.

Seroja tersenyum simpul. "Baiklah Sayang. Nanti akan Kakak belikan mukena baru untukmu. Agar bisa kamu pakai untuk shalat."

"Terimakasih banyak kak Seroja. Manda sayang Kakak!"

Sebuah pelukan hangat Manda berikan untuk kakak perempuannya ini. Pelukan erat yang di dalamnya mengalir nafas-nafas doa dan pinta, semoga Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan untuk sang kakak.

"Suster Ana?"

Seroja melerai sedikit pelukannya dari tubuh Manda, tatkala wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu yang tidak lain adalah suster Ana mengayunkan kakinya untuk menjangkau area teras.

"Mbak Seroja sudah dari tadi tiba di sini?"

Seroja mengangguk pelan. "Sudah lumayan lama, Sus. Hanya saja sedari tadi aku menemani Manda di sini. Bagaimana keadaan ibu hari ini?"

Suster Ana nampak tersenyum simpul. Kondisi jiwa Dahlia beberapa hari terakhir ini memang sering terguncang. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Namun sudah satu minggu belakangan, Dahlia terlihat lebih sering mengamuk dan melempar barang-barang yang berada di dekatnya.

"Kondisi ibu memang sedikit berbeda dari biasanya, Mbak. Namun alhamdulilah masih bisa untuk aku kendalikan."

Seutas senyum penuh kelegaan terbit di bibir Seroja. "Syukurlah kalau begitu. Apakah saat ini ibu tengah tertidur, Sus?"

"Iya Mbak, ibu sedang tertidur. Jika mbak Seroja ingin melihat keadaan beliau, aku persilakan. Biar saat ini aku yang menemani Manda beristirahat."

"Baiklah, aku akan ke kamar ibu." Seroja mencondongkan tubuhnya ke arah Manda. "Sayang, kamu sekarang istirahat ya. Jangan terlalu lelah."

"Baik Kak, Manda akan beristirahat di kamar." Tangan kecil Manda meraih sebuah tongkat yang terbuat dari fiber, kemudian ia tegakkan tubuhnya. Perlahan, gadis itu berjalan meninggalkan teras dengan tongkat yang menjadi alat bantu untuk mengetahui medan seperti apa yang ia lalui. Apakah itu jalanan mulus, terjal atau bergelombang.

"Aku masuk dulu ya Mbak." Bangkit dari posisi duduknya, suster Ana bermaksud ikut menyusul Manda.

"Baik Sus. Suster Ana juga beristirahatlah!"

Hanya menyisakan raga Seroja seorang diri di teras ini. Ia hirup udara dalam-dalam dan perlahan ia hembuskan. Mencoba menyiapkan hati untuk bertemu dengan sang ibu. Ia buka resleting tas yang ia bawa. Ia ambil sebuah kain panjang untuk menutupi sebagian wajahnya. Hal ini terpaksa ia lakukan, karena gejolak emosi sang ibu akan kembali memuncak jika kedua netra wanita paruh baya itu menangkap bayang wajahnya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Nyesek banget liat kehidupan Seroja. smoga aza Seroja mendapat hidayah dan segera bertobat.

2022-02-28

0

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

asli hati rasanya kek tersayat belati....
bacanya

2021-12-07

1

Sulastri Sulastri

Sulastri Sulastri

bikin mewek sih thor ceritanya 😭😭😭

2021-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 CCUS 1 : Wanita Simpanan
3 CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4 CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5 CCUS 4 : Ibu
6 CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7 CCUS 6 : Melepas Rindu
8 CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9 CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10 CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11 CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12 CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13 CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14 CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15 CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16 CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17 CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18 CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19 CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20 CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21 CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22 CCUS 21 : Fakhru
23 CCUS 22 : Persiapan
24 CCUS 23 : Kembali Gagal
25 CCUS 24 : Hati yang Luka
26 CCUS 25 : Berteman?
27 CCUS 26 : Teror?
28 CCUS 27 : Takut
29 CCUS 28 : Pindah?
30 CCUS 29 : Menjaga
31 CCUS 30 : Randy
32 CCUS 31 : Rencana
33 CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34 CCUS 33 : Bercerai
35 CCUS 34 : Pulang
36 CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37 CCUS 36 : Tiba di Bandung
38 CCUS 37 : Berkumpul
39 CCUS 38 : Bias Cahaya
40 CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41 CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42 CCUS 41 : Terdampar
43 CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44 CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45 CCUS 44 : Mengunjungi
46 CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47 CCUS 46 : Nama Saya...
48 CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49 CCUS 48 : Mengagumi
50 CCUS 49 : Mencurahkan
51 CCUS 50 : Bakti Sosial
52 CCUS 51 : Meminta Bantuan
53 CCUS 52 : Rencana Melamar
54 CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55 CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56 CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57 CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58 CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59 CCUS 57 : Ruko
60 CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61 CCUS 59 : Terkejut
62 CCUS 60 : Nanti Malam
63 CCUS 61 : Persiapan
64 CCUS 62 : Ikatan Batin?
65 CCUS 63 : Lamaran Ana
66 CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67 CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68 CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69 CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70 CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71 CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72 CCUS 70 : Membuka Tabir
73 CCUS 71 : Pelukan
74 CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75 CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76 CCUS 74 : Terjebak
77 CCUS 75 : Digerebek?
78 CCUS 76 : Jalan Keluar
79 CCUS 77 : Lelaki Idaman
80 CCUS 78 : Lelaki Itu...
81 CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82 CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83 CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84 CCUS 82 : Bertandang
85 CCUS 83 : Orang Yang Sama
86 CCUS 84 : Dahlia
87 CCUS 85 : Pemakaman
88 CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89 CCUS 87 : Persiapan
90 CCUS 88 : Melamar
91 Pariwara (Iklan)
92 CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93 CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94 CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95 CCUS 92 : Malam Pengantin
96 CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97 CCUS 94 : Janji Seroja
98 CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99 CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Prolog
2
CCUS 1 : Wanita Simpanan
3
CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4
CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5
CCUS 4 : Ibu
6
CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7
CCUS 6 : Melepas Rindu
8
CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9
CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10
CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11
CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12
CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13
CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14
CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15
CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16
CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17
CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18
CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19
CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20
CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21
CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22
CCUS 21 : Fakhru
23
CCUS 22 : Persiapan
24
CCUS 23 : Kembali Gagal
25
CCUS 24 : Hati yang Luka
26
CCUS 25 : Berteman?
27
CCUS 26 : Teror?
28
CCUS 27 : Takut
29
CCUS 28 : Pindah?
30
CCUS 29 : Menjaga
31
CCUS 30 : Randy
32
CCUS 31 : Rencana
33
CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34
CCUS 33 : Bercerai
35
CCUS 34 : Pulang
36
CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37
CCUS 36 : Tiba di Bandung
38
CCUS 37 : Berkumpul
39
CCUS 38 : Bias Cahaya
40
CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41
CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42
CCUS 41 : Terdampar
43
CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44
CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45
CCUS 44 : Mengunjungi
46
CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47
CCUS 46 : Nama Saya...
48
CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49
CCUS 48 : Mengagumi
50
CCUS 49 : Mencurahkan
51
CCUS 50 : Bakti Sosial
52
CCUS 51 : Meminta Bantuan
53
CCUS 52 : Rencana Melamar
54
CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55
CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56
CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57
CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58
CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59
CCUS 57 : Ruko
60
CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61
CCUS 59 : Terkejut
62
CCUS 60 : Nanti Malam
63
CCUS 61 : Persiapan
64
CCUS 62 : Ikatan Batin?
65
CCUS 63 : Lamaran Ana
66
CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67
CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68
CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69
CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70
CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71
CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72
CCUS 70 : Membuka Tabir
73
CCUS 71 : Pelukan
74
CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75
CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76
CCUS 74 : Terjebak
77
CCUS 75 : Digerebek?
78
CCUS 76 : Jalan Keluar
79
CCUS 77 : Lelaki Idaman
80
CCUS 78 : Lelaki Itu...
81
CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82
CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83
CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84
CCUS 82 : Bertandang
85
CCUS 83 : Orang Yang Sama
86
CCUS 84 : Dahlia
87
CCUS 85 : Pemakaman
88
CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89
CCUS 87 : Persiapan
90
CCUS 88 : Melamar
91
Pariwara (Iklan)
92
CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93
CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94
CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95
CCUS 92 : Malam Pengantin
96
CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97
CCUS 94 : Janji Seroja
98
CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99
CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!