"Saya ambil yang ini ya Mbak!"
Sebuah mukena berwarna merah jambu dengan motif floral, Seroja berikan kepada karyawan yang berada di salah satu outlet muslimah di sebuah mall yang tak jauh dari apartemen miliknya. Sesuai dengan janji yang telah diucapkan di depan Alamanda beberapa hari yang lalu, kali ini Seroja menyempatkan diri untuk membeli apa yang diinginkan oleh sang adik. Dan sebuah mukena baru berwarna merah jambu telah berhasil ia dapatkan.
Karyawan dengan balutan hijab dan setelan seragam khas berwarna ungu itu mengulas sedikit senyumnya. Ia terima mukena yang diulurkan oleh Seroja, untuk bisa segera ia bawa ke kasir. "Apakah ada lagi, Kak? Kebetulan hari ini brand kami sedang meluncurkan produk gamis modern yang kekinian, barangkali Kakak ingin melihatnya?"
Salah satu tugas dari karyawan outlet ini adalah memberikan informasi produk baru yang sedang launching kepada para customer. Tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk mencari target pasar, dengan cara menawarkan secara langsung kepada customer yang datang ke outlet ini, bisa menjadi salah satu strategi pemasaran untuk memasarkan produk baru. Tidak menutup kemungkinan, customer yang ditawari produk itu akan tertarik.
Senyum kikuk nampak terlukis di bibir Seroja. Mendengar karyawan outlet ini menawarkan produk gamis yang baru saja launching, membuat hatinya sedikit tersentil. Bagaimana tidak tersentil jika gamis adalah salah satu pakaian yang tidak pernah ia kenakan untuk menutupi tubuhnya. Dan pastinya akan terlihat sangat lucu jika tiba-tiba ia memakai pakaian yang menjadi ciri khas wanita sholehah itu.
"Sepertinya saya tidak tertarik, Mbak. Karena saya memang tidak terbiasa memakai gamis. Bahkan tidak pernah mengenakan pakaian itu."
"Tidak mengapa Kak, jika memang Kakak tidak tertarik. Tapi Kakak bisa lebih dulu melihatnya, bahkan boleh juga untuk mencobanya. Barangkali, Kakak langsung tertarik. Karena ini merupakan launching produk baru, maka kami juga memberikan promo yang menarik, Kak. Jika Kakak membeli dua potong, maka akan mendapatkan satu potong gamis dengan model yang sama secara geratis."
Seakan tidak ingin membuang sebuah peluang, karyawan outlet itu terus membujuk Seroja untuk melihat produk baru yang ditawarkan. Alhasil, upayanya untuk membujuk Seroja pada akhirnya berbuah manis jua. Seroja mengangguk pelan sembari tersenyum simpul mengiyakan tawaran karyawan outlet ini.
"Baiklah Mbak, saya akan lihat-lihat terlebih dahulu."
"Mari saya antar Kak!"
Seroja berjalan mengekor di belakang tubuh karyawan outlet yang mengayunkan kakinya menuju sebuah manekin yang telah berbalut sebuah gamis yang terlihat begitu simpel namun sama sekali tidak meninggalkan kesan elegan. Dihiasi dengan sebuah pasmina yang membalut kepala manekin itu, seakan semakin menyisakan kesan anggun.
"Nah, ini produk baru kami, Kak. Bahan yang digunakan begitu nyaman dan tidak menimbulkan rasa gerah, sehingga sangat cocok untuk dipakai setiap hari. Modelnya pun juga kekinian sekali, dan sangat pas digunakan untuk menghadiri acara semi formal bahkan formal sekalian."
Seroja tidak terlalu perduli dengan kelebihan yang ditawarkan oleh produk ini, ia justru larut dalam pikirannya sendiri dengan apa yang akan terjadi jika ia mengenakan gamis ini. Mungkin, bagi sebagian orang yang sering berinteraksi dengan Seroja akan menertawakan atau bahkan mungkin mencemooh, karena tidak sepantasnya seorang pendosa sepertinya memakai pakaian seperti itu. Namun, tatkala batinnya seakan berperang, ruang hati terdalamnya membujuk agar ia mengambil gamis itu.
"Baiklah Mbak, saya ambil dua. Tapi tolong dengan warna yang berbeda ya. Kalau ada, saya ingin mengambil warna hijau tosca dan juga soft pink."
"Baik Kak, akan saya siapkan."
Karyawan outlet berlalu meninggalkan Seroja untuk mengambil gamis yang menjadi keinginannya. Sedangkan wanita itu mengambil gawai yang berada di dalam tas dan mulai berselancar ke dunia maya. Melihat ada berita apa hari ini.
"Bagaimana Pa? Baju ini terlihat pas di badan Mama bukan?"
"Sempurna. Mama benar-benar terlihat cantik memakai pakaian ini!"
Percakapan dua orang di fitting room yang berada di balik punggung Seroja, sukses membuat wanita itu sedikit terusik. Suara lelaki yang berada belakang punggungnya ini terdengar begitu familiar dan seakan menarik Seroja untuk membalikkan tubuhnya. Dan benar saja, sosok lelaki yang sangat ia kenal juga tengah berada di tempat ini.
Pandangan mata Seroja dan lelaki itu bersirobok seakan sama-sama terkejut karena tanpa sengaja keduanya bisa bertemu di tempat ini. Hingga keterkejutan Seroja dan lelaki itu terpangkas tatkala karyawan outlet yang sebelumnya berbincang dengan Seroja datang kembali dengan membawa tiga potong gamis yang diinginkan oleh wanita itu.
"Ini gamis yang Kakak pesan. Semoga suka ya."
"Teri...."
"Waahhh ... gamis yang Mbak pilih ini cantik sekali. Aku juga mau yang seperti ini!"
Ucapan Seroja dan karyawan outlet terpangkas tatkala wanita yang sebelumnya berinteraksi dengan lelaki yang berada di depan fitting room mendekat ke arahnya. Wanita itu tiba-tiba meraih gamis yang berada di genggaman tangan Seroja dan memperhatikan dengan lekat.
Wanita itu menoleh ke arah Seroja sembari tersenyum simpul. "Mbak ini benar-benar sempurna. Sudah cantik, dan pandai memilih pakaian. Aku jadi juga ikut tertarik dengan gamis ini."
Seroja tersenyum kikuk. "Biasa saja Mbak. Gamis ini juga merupakan penawaran dari karyawan outlet ini. Jika dia tidak menawarkan, pastinya saya juga tidak tahu jika ada gamis ini."
Wanita itu menautkan pandangan ke arah karyawan outlet yang berdiri di samping Seroja. "Mbak, tolong ambilkan untukku gamis yang seperti ini ya. Untuk warna, aku juga ingin sama persis dengan yang dipilih oleh mbak ini. Ingat ya Mbak, sama persis."
Karyawan outlet itu tersenyum lebar. Mungkin hari ini ia teramat bahagia karena berhasil menemukan customer untuk membeli produk yang baru saja launching. "Baik Bu. Akan saya ambilkan. Mohon ditunggu sebentar."
"Aku benar-benar tidak menyangka jika Mbak ini memiliki selera yang bagus dalam berpakaian." Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Seroja, bermaksud untuk berkenalan. "Namaku Rosmala, kalau Mbak siapa?"
Seroja sedikit ragu untuk menyambut uluran tangan wanita ini. Namun pada akhirnya tangannya terulur jua. "Aku Seroja, Mbak. Seroja Ayu Anjani."
Senyum lebar terbit di bibir wanita bernama Rosmala itu. "Nama yang cantik, wajah yang cantik, dan memiliki selera yang bagus dalam berpenampilan, sungguh sempurna kamu, Mbak."
"Aku rasa mbak Rosmala terlalu berlebihan."
"Tidak, tidak, mbak Seroja ini benar-benar sempurna. Oh iya, kenalkan, ini suamiku. Namanya mas Randy Prambudi."
Tidak hanya memperkenalkan dirinya sendiri, Rosmala juga memperkenalkan lelaki yang berdiri di sisinya, yang tak lain adalah sang suami. Lelaki yang bernama Randy itu hanya tersenyum kikuk sembari mengulurkan tangannya ke arah Seroja. "Randy!"
Tidak berbeda dengan ekspresi yang ditampakkan oleh Randy, Seroja juga ikut tersenyum kikuk. Tangannya pun terulur untuk menyambut tangan Randy. "Seroja."
"Apakah mbak Seroja datang ke outlet ini sendirian? Maksudku tidak ditemani oleh suami?"
"Eh ... emmmmm ... itu Mbak, suamiku sedang ada di luar kota. Jadi tidak bisa menemaniku berbelanja."
Seroja tergagap menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Rosmala. Jantungnya seakan memompa darahnya lebih cepat dari biasanya. Menimbulkan sebuah desiran tiada terkendali dalam dadanya. Karena, lelaki yang selama ini memenuhi segala kebutuhannya adalah lelaki yang saat ini berdiri di sisi Rosmala, yang tak lain adalah suami wanita itu.
"Waahhh ... sepertinya suami mbak Seroja ini sangat sibuk ya."
"Kurang lebih seperti itu Mbak."
"Tapi meski mbak Seroja sering ditinggal oleh suami, pasti tidak akan membuat mbak Seroja khawatir akan kesetiaannya. Wajah mbak Seroja ini cantik sekali jadi aku rasa suami mbak Seroja tidak akan tergoda dengan wanita di luar sana. Berbeda denganku yang memiliki wajah pas-pasan seperti ini yang setiap hari selalu diliputi oleh rasa cemas jika sampai suamiku ini tergoda dengan wanita lain di luar sana."
Seroja dan Randy terperangah mendengar ucapan Rosmala yang tepat menghunus kedua jantung mereka. Keduanya saling mencuri pandang dengan sorot mata yang sukar untuk diartikan.
"Mama ini bicara apa? Mana mungkin aku tergoda dengan wanita lain di luar sana. Bagiku Mama adalah wanita yang paling cantik."
Memangkas segala rasa cemas yang menguasai hati Rosmala, Randy mengucapkan sesuatu yang terdengar begitu menenangkan hati. Dan benar saja, wajah wanita bernama Rosmala yang sebelumnya dihiasi oleh raut wajah sendu, kini sedikit berbinar.
"Aahhhh Papa ini, selalu saja bisa memangkas keresahanku. Tapi entahlah Pa, aku merasa Papa tengah tergoda dengan wanita lain karena beberapa bulan terakhir ini di weekend, Papa selalu saja tidak berada di rumah. Bahkan melewatkan waktu untuk bersama dengan anak-anak kita."
Ucapan Rosmala sukses menohok seonggok daging bernyawa yang bersemayam di dalam tubuh Seroja. Ternyata tidak hanya Rosmala saja yang merasa kehilangan waktu untuk bersama dengan sang suami, tapi anak-anak mereka juga.
"Itu tidak akan terjadi lagi Ma. Mulai saat ini, weekend akan aku habiskan untuk bersama kalian."
"Maaf Bu, ini gamis yang Ibu inginkan. Sama persis dengan yang dipilih oleh Mbak ini."
Percakapan Seroja, Rosmala dan Randy terhenti tatkala karyawan outlet kembali datang menghampiri mereka dengan membawa tiga potong gamis. Dengan penuh kebahagiaan Rosmala menerima gamis itu. Tak selang lama, karyawan outlet meninggalkan mereka.
"Oh iya Mbak, bisa aku minta nomor ponsel mbak Seroja? Barangkali kita bisa berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan bersama ketika kita sedang ditinggal bekerja oleh suami kita?"
"Emmmmm... apakah itu tidak terlalu berlebihan Mbak?"
"Tentu tidak Mbak, aku justru merasa sangat senang jika menemukan teman baru."
Seroja menyerah, pada akhirnya ia memberikan nomor ponselnya kepada Rosmala.
"Nah jika seperti ini aku mudah untuk bertemu dengan mbak Seroja. Semoga kita bisa menjadi teman baik ya Mbak."
"Semoga Mbak."
Rosmala menggenggam erat tangan Randy bermaksud untuk segera ke kasir dan segera keluar dari outlet ini. "Ayo Pa kita segera pulang, anak-anak pasti sudah terlalu lama menunggu kita di rumah Ibu." Rosmala kembali menautkan pandangannya ke arah Seroja yang masih terlihat begitu kikuk dengan keadaan yang nampak di depannya ini. "Mbak, aku duluan ya. Kapan-kapan aku ingin main ke tempat mbak Seroja."
"Silahkan Mbak."
Pada akhirnya Rosmala mengayunkan kakinya untuk menuju kasir, sedang Randy berjalan di belakang punggung wanita itu. Saat tubuhnya melintas di hadapan Seroja, Randy meraih tangan wanita yang menjadi simpanannya itu dan sekilas menggenggamnya dengan erat. Ia tersenyum manis seakan memberikan sebuah isyarat jika semua akan baik-baik saja.
Lagi, Seroja hanya bisa tersenyum getir. Ia memandang punggung sepasang suami istri itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia benar-benar tidak menyangka jika dunia sesempit ini, karena tanpa ia duga sama sekali, mulai hari ini ia akan semakin dekat dengan istri sah lelaki yang yang selama ini ia layani.
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mariah 12
komen pertama x karna baru mampir,, intip2 ternyata bagus ceritanya
2022-12-04
0
Ummi Alfa
No comment aza deh!
2022-02-28
0
ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤᭄😎
wah bakalan ada perang ke 12 nihh
2021-12-10
0