CCUS 6 : Melepas Rindu

"Terimakasih banyak untuk kirimannya ya Mbak. Manda pasti akan senang sekali. Dan terimakasih juga untuk gamisnya. Aku benar-benar merasa tidak enak hati."

"Sama-sama Sus... Maaf, aku tidak bisa datang langsung ke rumah. Aku hanya khawatir jika sampai membuat ibu kambuh lagi. Aku titip Manda dan juga ibu ya Sus.".

"Iya Mbak. Inshaallah, aku akan menjaga ibu Dahlia dan juga Manda dengan baik."

Percakapan antara suster Ana dan Seroja melalui sambungan telepon berakhir tatkala Manda mengayunkan kakinya untuk menjangkau area teras. Suster Ana kembali menyimpan ponsel ke dalam saku gamisnya dan mendekat ke arah gadis kecil itu.

"Manda mau kemana, Sayang?"

Manda yang baru saja keluar dari kamar sejenak menghentikan langkah kakinya. Masih sambil menatap arah depan, gadis kecil itu sedikit mengulas senyumnya. "Manda ingin duduk di teras Sus. Suster Ana sedang berbicara dengan siapa?"

Suster Ana mendekat ke arah Manda. Ia pegang bahu gadis kecil itu dan perlahan ia bawa untuk duduk di kursi kayu yang berada di ruangan ini.

"Suster Ana sedang berbicara dengan kak Seroja melalui telepon, Sayang. Apa Manda tahu, apa yang diberikan oleh kak Seroja untuk Manda?"

Manda menggeleng pelan. "Tidak Sus. Manda tidak tahu. Memang kak Seroja membelikan apa untuk Manda?"

Suster Ana meraih paper bag yang sebelumnya ia letakkan di bangku kecil yang berada di sudut ruangan. Ia letakkan paper bag itu di atas pangkuan Manda.

"Kak Seroja membelikan mukena baru untuk Manda. Mukena ini cantik sekali Sayang. Sama persis dengan wajah Manda yang juga cantik ini."

Mendengar penuturan suster Ana membuat binar-binar kebahagiaan terlukis jelas di wajah gadis kecil itu. Tangannya meraba-raba sebuah paper bag berwarna cokelat itu dan mengeluarkan isi yang tersimpan di dalamnya.

"Suster, benarkah ini mukena baru untuk Manda?"

"Benar, Sayang. Bukankah kak Seroja sudah berjanji untuk membelikan mukena untuk Manda? Dan hari ini kak Seroja menunaikan janji itu."

Dengan penuh semangat, Manda membuka resleting tas yang membungkus mukena. Ia merentangkan kedua tangannya untuk membentangkan mukena itu. "Sus, mukena ini berwarna apa?"

"Mukena ini berwarna merah jambu Sayang, sama seperti warna kesukaan Manda."

"Benarkah itu Sus? Mukena ini pasti sangat cantik."

"Tentu Sayang, mukena ini terlihat sangat cantik apalagi jika Manda yang memakainya." Suster Ana meraih mukena yang berada di tangan Manda dan ia pasangkan di tubuh Manda. "Mashaallah ... kamu benar-benar cantik Sayang. Kak Seroja memang pandai memilih. Mukena ini sungguh sangat pas di badan Manda."

Kebahagiaan itu masih terlihat jelas di wajah Manda. Senyum manis tiada henti terbit di bibir gadis kecil itu. "Apakah setelah ini Manda bisa memulai untuk shalat Sus?"

Suster Ana menganggukkan kepalanya meski ia sadar bahwa apapun gerak tubuh yang ia tampakkan di depan Manda tidak akan diketahui oleh gadis kecil itu. "Tentu Sayang. Mulai hari ini Manda bisa mulai untuk shalat lima waktu. Nanti Manda dan suster Ana bisa shalat berjamaah."

"Tapi Manda belum bisa untuk membaca bacaan shalat dan juga gerakannya. Lalu, bagaimana cara Manda bisa mengerjakan shalat lima waktu?"

Raut kebahagiaan yang sebelumnya terlukis di wajah Manda, perlahan memudar. Sejauh ini, ia sama sekali belum pernah untuk mengerjakan apa itu yang dinamakan shalat. Sehingga membuat wajahnya sedikit sendu. Ia teramat takut jika Sang maha penggenggam kehidupan tidak akan mengabulkan doa-doanya dikarenakan ia belum bisa dan belum hafal gerakan shalat.

Dengan penuh kelembutan, Ana mengusap kepal Manda yang berbalut mukena itu dengan lembut. Satu amanah lagi yang harus ia kerjakan yakni bisa membimbing Manda untuk menjadi generasi penerus yang mengenal siapa Tuhannya. Dengan mengenal Allah, Ana percaya jika kelak gadis kecil ini yang akan menjadi penyelamat keluarganya dari siksa api neraka.

"Manda tidak perlu risau. Nanti sebagai langkah awal, suster Ana yang akan mengajari Manda untuk melakukan gerakan shalat. Sedang untuk bacaannya, yang terpenting Manda bisa menghafal surah Al-fatihah terlebih dahulu dan untuk yang lain termasuk bacaan shalat, Manda bisa mendengarkan melalui ponsel suster Ana."

Kesenduan yang sebelumnya sedikit terbias di wajah Manda, kini perlahan mulai menghilang. Mendengar ucapan Ana seakan kembali menghadirkan semangatnya untuk menjadi anak shalihah.

"Apakah setelah Manda rajin shalat lima waktu, doa-doa yang Manda panjatkan bisa segera dikabulkan oleh Allah, Sus?"

Ana masih terlihat mengusap-usap kepala dan bahu Manda dengan penuh sayang. Ia tersenyum penuh arti melihat gadis kecil di hadapannya ini begitu bersemangat untuk mulai mengenal siapa Tuhannya. Pastinya dengan ritual ibadah wajib yang dalam sehari sebanyak lima kali ia tunaikan.

"Allah maha pengasih dan juga maha penyayang, Sayang. Jadi Manda harus yakin dan percaya bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa-doa yang Manda panjatkan. Kalau suster Ana boleh tahu, apa yang menjadi doa Manda?"

Tatapan mata Manda nampak sedikit menerawang. Gadis kecil itu terlihat seperti memikirkan sesuatu. "Manda hanya ingin ibu dan kak Seroja selalu bahagia, Sus. Dan kelak bisa masuk ke dalam surga." Tautan pandangan yang sebelumnya Manda arahkan ke depan, perlahan ia geser ke arah bawah. Kini kepala gadis kecil itu sedikit menunduk. "Manda juga akan berdoa, semoga suatu saat nanti, Manda bisa kembali melihat."

Suster Ana tidak lagi bisa membendung segala keharuan yang tiba-tiba muncul ke permukaan hatinya. Sebuah doa sederhana yang terucap dari bibir kecil gadis ini namun sejatinya memiliki makna yang begitu dalam. Suster Ana menarik tubuh Manda untuk ia bawa ke dalam dekapannya.

"Sungguh mulia hatimu Sayang. Asal Manda tahu, yang menjadi sumber kebahagiaan ibu dan juga kak Seroja adalah kehadiran Manda. Anak shalihah yang kelak bisa menyelamatkan ibu dan kak Seroja dari siksa api neraka. Suster Ana percaya jika suatu hari nanti Allah pasti akan mengabulkan doa dan pinta Manda."

🍁🍁🍁

Rintik gerimis terlihat membasahi bumi tatkala Seroja tengah duduk di salah satu kafe yang berada di pinggiran kota. Saat ini masih pukul dua siang, namun suasana di luar sana terlihat gelap. Nampaknya kumpulan awan mendung masih enggan untuk memudar dan tetap memilih untuk bergerombol membentuk bulu-bulu domba, meskipun ia sudah berhasil memuntahkan sebagian isi di dalam perut berupa titik-titik air itu.

Seroja menyimpan ponselnya ke dalam tas. Setelah percakapannya dengan suster Ana melalui telepon berakhir, wanita itu memanggil salah seorang waiters untuk memesan salah satu menu kopi favorit yang ada di kafe ini. Setelahnya, ia kembali fokus melihat keadaan di luar yang sudah dihiasi dengan rintik air hujan.

Wanita itu terlihat sedikit lega karena hanya dalam waktu beberapa saat saja, mukena dan gamis untuk Manda, suster Ana dan juga sang ibu telah tiba di tempat tujuan. Seroja terpaksa menggunakan jasa kurir untuk bisa mengantarkan benda itu sampai di rumah yang ditinggali oleh ketiga orang itu. Karena, akan sangat berbahaya jika ia mengantarkannya sendiri. Bisa-bisa sang ibu kembali terguncang.

Tak selang lama, waiters itu kembali menghampiri Seroja. Dan setelah secangkir vanilla latte beserta fish and chips tersaji di hadapan Seroja, dan mempersilakan customernya untuk menikmati sajian ini dengan penuh keramahan, waiters itupun segera berlalu meninggalkan Seroja untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sembari menyesap secangkir vanilla latte, Seroja masih enggan untuk menggeser pandangannya dari rintik air langit yang semakin lama semakin melebat. Ia masih terkesima dengan salah satu fenomena alam seperti ini. Meski rintik air hujan itu nampak begitu kecil, namun tetap saja dapat menimbulkan denting suara yang nyaring tatkala merembet ke dalam indera pendengaran manusia.

"Sayang ... maaf, aku datang terlambat."

Suara bariton yang tetiba terdengar di samping tubuh Seroja, membuat pikiran wanita itu sedikit terusik. Suara bariton itu sepertinya mampu menarik paksa kesadarannya yang sebelumnya menghilang entah kemana. Seroja menautkan pandangan ke arah sumber suara dan terlihat seorang lelaki tampan dengan mantel berwarna cokelat mendekat ke arahnya.

Seroja mengulas sedikit senyumnya. Seutas senyum yang menjadi sebuah isyarat bahwa ia teramat bahagia bisa bertemu kembali dengan lelaki ini. "Tidak apa-apa Mas. Aku juga belum terlalu lama menunggu."

Lelaki yang tidak lain adalah Randy itu mulai melepas mantel yang ia pakai. Ia letakkan mantel itu di atas punggung kursi kosong yang ada di hadapan Seroja dan perlahan ia langkahkan kakinya untuk duduk di sisi Seroja.

"Bagaimana kabar kamu Sayang? Aku sungguh merindukanmu!"

Randy merapatkan tubuhnya untuk bisa lebih dekat dengan Seroja. Ia belai lembut pipi wanita di sampingnya ini sembari merapikan anak-anak rambut Seroja yang terlihat sedikit berantakan. Tidak ada ekspresi wajah yang ditampakkan oleh Seroja selain sapuan warna merah jambu di tulang pipinya. Sebagai pertanda jika saat ini ia tengah tersipu malu.

"Aku baik-baik saja Mas. Apakah pekerjaanmu sudah selesai?"

Randy memberikan sebuah kecupan intens di kening Seroja. Seakan mencurahkan segala rasa yang ia miliki untuk wanita itu. Entah perasaan apa yang ia miliki. Namun perlakuan Randy terhadap Seroja terlihat lebih dari sekedar hubungan sesaat. Randy selalu memperlakukan Seroja layaknya istri sahnya.

"Sudah Sayang. Tiga hari aku ada di luar kota. Dan tatkala semua urusanku sudah selesai, aku bersegera menemuimu." Tangan Randy meraih jemari tangan Seroja dan ia berikan kecupan di buku-buku jemari wanita itu. "Aku bersegera menemuimu karena aku benar-benar merindukanmu."

Perlakuan dan ucapan Randy yang seperti inilah yang selalu membuat hati Seroja dipenuhi oleh kehangatan. Hanya dari Randy lah ia bisa merasakan bagaimana bahagianya diperlakukan istimewa oleh seorang laki-laki. Yang mungkin sedari dulu tidak pernah ia dapatkan.

Seroja melingkarkan lengan tangannya ke pinggang Randy dan meletakkan kepalanya di dada bidang lelakinya ini. "Aku juga sangat merindukanmu Mas."

Ia cium harum aroma tubuh lelaki bernama Randy ini yang semakin membuat Seroja tidak ingin jauh darinya. Jika hanya sebatas wanita simpanan sebagai pemuas na*fsu hubungannya dengan Randy tidak akan seintim ini. Ia merasa benar-benar sudah jatuh cinta dengan lelaki ini.

"Aaahhhh ... kamu selalu saja bersikap manis seperti ini Sayang. Sehingga membuatku tidak sabar untuk segera ke apartemen. Pastinya untuk menghabiskan waktu berdua denganmu."

Seroja melerai sedikit pelukannya. Ia tatap netra milik Randy dibarengi dengan kening yang sedikit mengerut. "Kamu tidak ingin pesan kopi terlebih dahulu Mas? Sayang kalau sudah tiba di kafe ini, mas Randy tidak mencicipi hidangan yang disajikan di tempat ini."

Randy hanya menggeleng pelan sembari menyunggingkan senyum simpul di bibirnya. Tanpa basa-basi, lelaki itu mendekatkan wajahnya di pipi Seroja dan sekilas ia berikan sebuah kecupan di sana. "Jika sudah melihat wajahmu, aku seperti tidak berselera untuk mencicipi apapun Sayang."

Seroja hanya terkekeh kecil mendengar ucapan lelakinya ini. Karena menurutnya, ucapan Randy ini terdengar begitu menggelitik telinga. "Kamu bicara apa sih Mas. Seperti remaja abg saja."

Tangan Randy menyusuri kaki Seroja yang nampak begitu mulus karena wanita itu hanya memakai dress selutut saja. Perlahan tangannya menyusup ke dalam dress itu yang sukses membuat Seroja merasakan gelenyar aneh dalam tubuhnya. "Mari kita segera ke apartemen, Sayang. Aku sudah tidak sabar untuk bersegera menikmati tubuhmu yang selalu menjadi candu untukku itu."

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Nanonano 🌱

Nanonano 🌱

i can't say anything 😓

2022-03-07

0

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Kenapa Randy ndak nikah siri aza sama Seroja biar halal.

2022-02-28

0

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤​᭄😎

waah ambigu sekali gaknkuat bacanya kerna masih lajang kali yaa....

2021-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 CCUS 1 : Wanita Simpanan
3 CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4 CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5 CCUS 4 : Ibu
6 CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7 CCUS 6 : Melepas Rindu
8 CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9 CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10 CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11 CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12 CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13 CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14 CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15 CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16 CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17 CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18 CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19 CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20 CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21 CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22 CCUS 21 : Fakhru
23 CCUS 22 : Persiapan
24 CCUS 23 : Kembali Gagal
25 CCUS 24 : Hati yang Luka
26 CCUS 25 : Berteman?
27 CCUS 26 : Teror?
28 CCUS 27 : Takut
29 CCUS 28 : Pindah?
30 CCUS 29 : Menjaga
31 CCUS 30 : Randy
32 CCUS 31 : Rencana
33 CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34 CCUS 33 : Bercerai
35 CCUS 34 : Pulang
36 CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37 CCUS 36 : Tiba di Bandung
38 CCUS 37 : Berkumpul
39 CCUS 38 : Bias Cahaya
40 CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41 CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42 CCUS 41 : Terdampar
43 CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44 CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45 CCUS 44 : Mengunjungi
46 CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47 CCUS 46 : Nama Saya...
48 CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49 CCUS 48 : Mengagumi
50 CCUS 49 : Mencurahkan
51 CCUS 50 : Bakti Sosial
52 CCUS 51 : Meminta Bantuan
53 CCUS 52 : Rencana Melamar
54 CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55 CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56 CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57 CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58 CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59 CCUS 57 : Ruko
60 CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61 CCUS 59 : Terkejut
62 CCUS 60 : Nanti Malam
63 CCUS 61 : Persiapan
64 CCUS 62 : Ikatan Batin?
65 CCUS 63 : Lamaran Ana
66 CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67 CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68 CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69 CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70 CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71 CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72 CCUS 70 : Membuka Tabir
73 CCUS 71 : Pelukan
74 CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75 CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76 CCUS 74 : Terjebak
77 CCUS 75 : Digerebek?
78 CCUS 76 : Jalan Keluar
79 CCUS 77 : Lelaki Idaman
80 CCUS 78 : Lelaki Itu...
81 CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82 CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83 CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84 CCUS 82 : Bertandang
85 CCUS 83 : Orang Yang Sama
86 CCUS 84 : Dahlia
87 CCUS 85 : Pemakaman
88 CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89 CCUS 87 : Persiapan
90 CCUS 88 : Melamar
91 Pariwara (Iklan)
92 CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93 CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94 CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95 CCUS 92 : Malam Pengantin
96 CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97 CCUS 94 : Janji Seroja
98 CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99 CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Prolog
2
CCUS 1 : Wanita Simpanan
3
CCUS 2 : Jalan Setapak ke Masa Lalu
4
CCUS 3 : Rumah dan Para Penghuni
5
CCUS 4 : Ibu
6
CCUS 5 : Sepasang Suami Istri
7
CCUS 6 : Melepas Rindu
8
CCUS 7 : Bingkai Keluarga Bahagia
9
CCUS 8 : Aku Seroja (flashback)
10
CCUS 9 : Sebuah Desakan (flashback)
11
CCUS 10 : Persiapan Bertemu Pelanggan (flashback)
12
CCUS 11 : Kali Pertama Bertemu Pelanggan (flashback)
13
CCUS 12 : Batin yang Tersiksa (flashback)
14
CCUS 13 : Manusia Biadab (flashback)
15
CCUS 14 : Malam Kelam (flashback)
16
CCUS 15 : Terenggut (flashback)
17
CCUS 16 : Tragedi (flashback)
18
CCUS 17 : Tragedi 2 (flashback)
19
CCUS 18 : Alamanda (flashback)
20
CCUS 19 : Tersudut dan Terpaksa (flashback)
21
CCUS 20 : Istri yang Dirahasiakan?
22
CCUS 21 : Fakhru
23
CCUS 22 : Persiapan
24
CCUS 23 : Kembali Gagal
25
CCUS 24 : Hati yang Luka
26
CCUS 25 : Berteman?
27
CCUS 26 : Teror?
28
CCUS 27 : Takut
29
CCUS 28 : Pindah?
30
CCUS 29 : Menjaga
31
CCUS 30 : Randy
32
CCUS 31 : Rencana
33
CCUS 32 : Menjalankan Rencana
34
CCUS 33 : Bercerai
35
CCUS 34 : Pulang
36
CCUS 35 : Sebuah Keputusan
37
CCUS 36 : Tiba di Bandung
38
CCUS 37 : Berkumpul
39
CCUS 38 : Bias Cahaya
40
CCUS 39 : Teringat Masa Kecil
41
CCUS 40 : Menjemput Cahaya
42
CCUS 41 : Terdampar
43
CCUS 42 : Kumandang Suara Adzan
44
CCUS 43 : Apa Kabar Seroja?
45
CCUS 44 : Mengunjungi
46
CCUS 45 : Tiada Yang Berubah
47
CCUS 46 : Nama Saya...
48
CCUS 47 : Rasa yang Terpendam?
49
CCUS 48 : Mengagumi
50
CCUS 49 : Mencurahkan
51
CCUS 50 : Bakti Sosial
52
CCUS 51 : Meminta Bantuan
53
CCUS 52 : Rencana Melamar
54
CCUS 53 : Wanita itu Kamu!
55
CCUS 53 : Wanita Itu Kamu!
56
CCUS 54 : Aku Seorang Pendosa
57
CCUS 55 : Terikat Sebuah Janji
58
CCUS 56 : Kita Tetap Berteman
59
CCUS 57 : Ruko
60
CCUS 58 : Buka Hatimu, Fakhru
61
CCUS 59 : Terkejut
62
CCUS 60 : Nanti Malam
63
CCUS 61 : Persiapan
64
CCUS 62 : Ikatan Batin?
65
CCUS 63 : Lamaran Ana
66
CCUS 64 : Dia? Dahlia?
67
CCUS 65 : Tentang Masa Lalu -1-
68
CCUS 66: Tentang Masa Lalu -2-
69
CCUS 67 : Tentang Masa Lalu -3-
70
CCUS 68 : Tentang Masa Lalu -4-
71
CCUS 69 : Tentang Masa Lalu -5-
72
CCUS 70 : Membuka Tabir
73
CCUS 71 : Pelukan
74
CCUS 72 : Ikhlas Menerima
75
CCUS 73 : Di Balik Jendela Kamar
76
CCUS 74 : Terjebak
77
CCUS 75 : Digerebek?
78
CCUS 76 : Jalan Keluar
79
CCUS 77 : Lelaki Idaman
80
CCUS 78 : Lelaki Itu...
81
CCUS 79 : Pertemuan Kembali
82
CCUS 80 : Bersediakah Engkau?
83
CCUS 81 : Doa Empat Manusia
84
CCUS 82 : Bertandang
85
CCUS 83 : Orang Yang Sama
86
CCUS 84 : Dahlia
87
CCUS 85 : Pemakaman
88
CCUS 86 : Kedatangan Keluarga Jogja
89
CCUS 87 : Persiapan
90
CCUS 88 : Melamar
91
Pariwara (Iklan)
92
CCUS 89 : Calon-Calon Menantu
93
CCUS 90 : Mimpi dan Angan Seroja
94
CCUS 91 : Pernikahan Masal?
95
CCUS 92 : Malam Pengantin
96
CCUS 93 : Malam Pengantin #2
97
CCUS 94 : Janji Seroja
98
CCUS 95 : Fakhru dan Adiba
99
CCUS 96 : Wanita yang Menginspirasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!