Dengan langkah gontai, sepasang telapak kaki Seroja yang berbalut flat shoes warna mocha menapaki ruas jalanan beraspal di sudut kota ini. Setelah ojek online berwarna oranye yang ia tumpangi berhasil mengantarkannya di tepi jalan raya, kini langkah kakinya berbelok memasuki sebuah gang yang mana menjadi seutas benang penghubung masa-masa kecil yang telah ia lewati dengan masa dewasanya saat ini. Melintasi gang kecil ini seakan kembali menyeret ingatannya akan sebuah tempat di mana ia dibesarkan.
Rumah-rumah kecil dengan konstruksi bangunan yang sangat sederhana terlihat menghiasi sisi kanan kiri gang. Rumah-rumah yang saling berhimpitan satu sama lain dan terlihat begitu sumpek dan sesak seakan semakin membuat kesulitan untuk meraup oksigen yang berada di sekelilingnya. Namun apapun keterbatasan yang disajikan oleh tempat ini, akan tetap menjadi tempat yang menggoreskan tinta rasa yang bercampur dalam dada.
Rumah-rumah kecil yang di bagian depannya dihiasi oleh lampu-lampu Tumbler beraneka warna, di mana jika malam hari lampu-lampu itu akan berkerlip-kerlip laksana bintang di langit. Banyak rumah yang di salah satu bagian ruang dalamnya mereka sulap menjadi ruang karaoke dan ada pula yang mereka sulap menjadi ruang pijat.
"Seroja... Wah, sudah lama kamu tidak pernah terlihat. Kemana saja kamu?"
Sambutan dari salah seorang ibu paruh baya namun tetap menjaga penampilan dengan mengaplikasikan make-up tebal di wajahnya, sukses menyadarkan Seroja dari pikirannya yang tengah bernostalgia dengan masa-masa yang telah terlewat. Kepala yang sebelumnya menunduk menekuri jejak-jejak langkah kakinya mulai sedikit terangkat dan hanya dengan seutas senyum tipis tersungging di bibir merah jambunya ia tampakkan di depan wanita itu.
"Iya Mam. Beberapa bulan terakhir aku memang jarang sekali kemari, hanya beberapa kali saja. Mungkin ketika aku datang kemari, tidak berpapasan dengan Mami. Jadi Mami menganggapku tidak pernah kemari."
Ibu paruh baya dengan setelan hot pant, dan kaos putih yang nampak sedikit longgar itu, hanya tersenyum sinis tatkala pandangan matanya menangkap barang-barang branded yang melekat di tubuh wanita ini. Ia merasa bahwa Seroja melupakan satu hal.
"Begitukah? Apakah itu hanya alasanmu saja untuk menghindar dari balas budi yang sepatutnya kamu lakukan untukku?"
Seroja semakin dibuat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh wanita ini. "Maksud Mami apa? Balas budi seperti apa yang Mami harapkan dariku?"
Memutar tubuhnya sembilan puluh derajat dari posisi sebelumnya, Seroja mengayunkan kakinya untuk bisa lebih dekat dengan wanita ini. Ia masuk ke teras kecil rumah milik 'mami' dan ia daratkan bokongnya di atas sofa panjang yang berada di sana.
Sembari memainkan gawai yang berada di dalam tangannya, kemudian berselancar di dunia maya, seorang ibu yang dipanggil 'mami' oleh Seroja itu kembali tertawa renyah di hadapan Seroja.
"Apakah kamu lupa Seroja? Bahwa yang mengangkat derajat kehidupanmu saat ini adalah aku? Karena melalui aku lah kamu mengenal sosok lelaki bernama Randy yang kaya raya itu dan pastinya bisa memanjakanmu?"
Seroja mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Laura yang ia panggil dengan sebutan mami itu. "Oh ternyata maksud Mami balas budi perihal itu? Bukankah saat awal-awal aku mulai berkencan dengan mas Randy, Mami selalu mendapatkan uang dari mas Randy? Selain mas Randy memberikan uang servis kepadaku bukankah ia juga memberikan uang tips untuk Mami, sebagai ucapan terima kasih? Jadi saat ini balas budi seperti apa lagi yang Mami harapkan?"
Wanita malam yang bekerja di bawah mucikari, seperti itulah aturan mainnya. Ia dijual oleh para mucikari kepada para lelaki hidung belang yang kebanyakan dari mereka sudah beristri seakan tidak pernah merasa puas akan pelayanan wanita yang menjadi pendamping hidupnya. Hingga akhirnya mereka memilih jajan di luar.
Setiap para pelanggan yang berhasil membawa para wanita malam untuk berkencan, mucikari yang berfungsi sebagai penghubung itu selalu mendapatkan tips dari lelaki-lelaki pemburu kenikmatan sesaat itu. Lalu jika saat ini mami Laura memintanya untuk membalas budi, bukankah itu hal yang terlalu mengada-ada?
Jari-jari tangan Laura yang sebelumnya sibuk bergulir di layar gawai itu, ia hentikan sejenak aktivitasnya. Ia letakkan gawainya di meja kecil yang berada di sisi kanannya.
Laura menggiring kedua manik matanya untuk menatap lekat wajah Seroja yang tengah duduk di hadapannya. Di mata Laura sendiri, Seroja merupakan aset paling berharga yang pernah ia miliki. Selain wajah wanita itu sangat cantik, Seroja juga memiliki bentuk tubuh yang sangat proporsional. Gumpalan-gumpalan daging yang terbentuk di bagian dada dan boko*ngnya terlihat begitu sempurna. Dan tidak menyisakan sebuah kesan bagi para lelaki itu selain kesan seksi dan montok.
"Itu memang benar Seroja. Tapi sampai saat ini bukankah kamu masih berhubungan dengan tuan Randy? Dan pastinya kamu masih menikmati pundi-pundi uang darinya bukan? Tapi mengapa sudah hampir enam bulan terakhir dia tidak pernah memberikanku tips lagi? Atau mungkin dari kamu sendiri. Mengapa kamu tidak pernah memberikanku uang sebagai tanda terima kasih?"
Seroja tertawa renyah. Ingin rasanya ia mengumpat wanita paruh baya ini. Namun bagaimanapun juga ia merupakan salah satu wanita yang 'berjasa' dalam hidupnya. Berjasa dalam menjerat dan memasukkannya ke dalam gemerlap dunia yang penuh dengan kenikmatan namun sejatinya merpakan kubangan nista. Yang pastinya akan sulit baginya untuk bisa terlepas dan keluar dari jeratan sekaligus keluar dari kubangan itu.
"Apakah pantas Mami meminta imbalan lagi kepadaku setelah Mami mendapatkan imbalan yang jauh lebih banyak daripada tarifku sendiri?"
Sorot mata Laura yang sebelumnya terlihat begitu tegas menatap Seroja, kini terlihat sayu. Sedikit ia redupkan sorot mata itu sebagai pertanda jika wanita itu mulai diserang oleh sebentuk perasaan cemas.
"Kamu berbicara apa Seroja? Apa maksud dari ucapanmu itu?"
Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, merupakan satu-satunya cara bagi Laura untuk menyembunyikan rasa gugupnya atau bahkan mungkin untuk menghindar dari pertanyaan yang akan menggiringnya untuk membuka rahasia yang ia tutupi. Laura benar-benar khawatir jika wanita muda di hadapannya ini mengetahui trik yang ia mainkan di saat 'menjualnya'.
"Mami tidak perlu mengelak lagi. Karena aku sudah memiliki buktinya. Meskipun belum lama aku mendapatkan bukti ini dari mas Randy, namun sepertinya cukup bagiku untuk menjadi alasan bahwa aku tidak lagi memiliki hutang budi kepada Mami."
Seroja membuka resleting tas yang ia bawa. Ia rogoh isi dalam tas itu kemudian ia ambil gawainya. Jemarinya menyentuh sebuah folder yang berisikan rekaman suara yang mana merupakan percakapannya dengan Randy beberapa waktu yang lalu. Tepatnya tiga bulan yang lalu.
Gelombang suara bariton milik Randy yang keluar dari gawai ini perlahan mulai merembet masuk ke dalam indera pendengaran Laura. Di sana terdengar jelas bahwa Randy 'membeli' tubuh Seroja dengan tarif dua kali lipat dari apa yang telah menjadi kesepakatan Laura dengan Seroja sendiri dan itu semua tanpa diketahui oleh Seroja. Itu artinya Laura menikmati tarif tambahan itu secara cuma-cuma.
Bahkan tidak hanya tarif dua kali lipat, Randy pun juga sering membelikan Laura tas-tas mewah sebagai bentuk ucapan terimakasih karena telah mempertemukannya dengan Seroja.
Laura terkesiap mendengar penuturan Randy melalui rekaman ini. Bibirnya terkatup, lidahnya seakan kelu tidak mampu untuk berucap apapun. Suara Randy di dalam rekaman ini berhasil membuatnya tidak berkutik sama sekali. Ternyata apa yang coba ia tutupi selama ini mulai terbuka dengan jelas.
"Seroja, i-itu...."
Seroja mengakhiri rekaman Randy yang ia rasa sudah cukup membuat mulut wanita paruh baya di depannya ini terbungkam. Ia masukkan kembali gawainya ke dalam tas dan kembali menatap netra milik Laura dengan lekat.
"Mami tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Mas Randy sudah mengatakan semua. Karena Mami sudah banyak mengambil keuntungan dari tarif tubuhku maka dari itu aku tidak pernah memberikan Mami sesuatu sebagai bentuk 'balas budiku' kepada Mami."
Seroja bangkit dari posisi duduknya. Perlahan mulai mengayunkan kakinya bermaksud untuk meninggalkan rumah mami Laura ini. Namun baru tiga langkah kakinya terayun, ia hentikan ayunan langkah kakinya itu. Seroja membalikkan badan, kembali menatap tubuh mami Laura yang masih duduk terdiam di salah satu sofa kecil itu.
Resleting tas kembali ia buka. Ia ambil dompet berwarna cokelat dengan merk Louis Vuitton sama seperti tas yang ia bawa. Kemudian ia keluarkan lembaran-lembaran uang kertas berwarna merah dan ia ulurkan ke arah mami Laura.
"Beruntunglah Mami pernah memiliki seorang pela*cur seperti aku ini. Meski Mami sudah mendapatkan hasil yang begitu banyak dari menjual tubuhku, namun aku masih memiliki niat untuk memberikan Mami uang sebagai ucapan terimakasih. Terimalah uang ini. Aku rasa setelah ini aku tidak lagi berhutang budi kepada Mami."
Laura terlihat ragu untuk menerima uang yang diulurkan Seroja itu atau tidak. Namun pada akhirnya, tangannya terulur jua. Wanita paruh baya itupun menerima uang pemberian Seroja itu.
Seroja kembali tersenyum simpul. "Aku anggap urusan kita sudah selesai, Mam. Jadi setelah ini, aku harap Mami tidak lagi mengungkit-ungkit perihal balas budi. Karena selain mengurus kehidupanku sendiri, aku juga harus mengurus hidup ibu dan juga adikku. Jadi aku harap Mami tidak lagi menambah beban dalam hidupku."
Seroja memutar tumit untuk bersegera pergi meninggalkan Laura dan tempat ini. Ia kembali menghirup udara dalam-dalam. Mengisi rongga dadanya dengan oksigen. Mempersiapkan hati untuk kembali bertemu dengan ibu dan juga adiknya yang menempati di salah satu rumah di area lokalisasi ini.
🍁🍁🍁
Terimakasih banyak sudah berkenan singgah di cerita remahan kulit kuaci ini ya Kak... Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like, komentar di setiap episodenya ya... Dan bagi yang memiliki rezeki lebih, boleh juga jika ingin memberikan vote, gift maupun koin, hihihihihi pasti akan saya terima dengan penuh rasa syukur...😘😘
Atau jika tulisan ini menginspirasi, boleh juga jika di share, hihihihihi 😅😅
Banyak cinta untuk Kakak-kakak semua....❤️❤️❤️
🌹 Yakinlah, setiap tulisan yang ditulis dengan sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤᭄😎
kan bener novelnya bikin pilu
2021-12-07
1
Wanda Harahap
Miris😭😭😭😭
Melihat kehidupan yg seperti ini
bersyukur ternyata ujian dan cobaan yg diberikan Allah padaku masih jauh lebih kecil dari pada kehidupan orang2 seperti seroja
2021-11-16
0
Ratih Komala
keterpaksaaan
2021-10-14
0