Seroja PoV
Hari masih gelap kala ku langkahkan kaki ini menyusuri ruas jalan beraspal salah satu sudut kota Jawa bagian barat. Entah sudah berapa jauh jarak ini aku tempuh, namun rasa-rasanya tidak ada tempat tujuan untukku berlabuh. Bising suara kuda-kuda besi masih sedikit memekak telinga. Meski malam masih membalut pergantian waktu kali ini, nyatanya tidak membuat para pengendara itu untuk berdiam diri di dalam rumah. Entah apa yang mereka lakukan dan yang mereka cari. Mungkin saja hanya ingin berburu detik-detik suasana malam yang akan merangkak ke pagi.
Mobil-mobil pickup yang biasa digunakan untuk mengangkut sayuran pun juga sudah nampak berseliweran. Pengemudi melajukan mobil yang ia bawa menuju perkebunan yang nantinya akan segera mereka bawa ke kota untuk didistribusikan.
Langkah kaki ini terasa berat, mungkin sama beratnya dengan beban batin yang saat ini ku rasakan. Jiwaku terlalu rapuh untuk menerima semua kejadian yang menghantamku bertubi-tubi di malam ini. Sungguh aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan setelah ini. Apakah aku tetap menjalankan peranku menjadi manusia yang tidak lagi memiliki kehormatan? Atau apakah aku mati saja agar segera terlepas dari belenggu derita ini?
Tertatih ku coba untuk melarikan diri dari tempat terkutuk itu yang seandainya ku ingat justru semakin dalam menikam hati ini. Tak ku perdulikan lagi rasa perih di sela paha yang masih terasa hingga ujung kepala. Dan pastinya rasa perih yang masih senantiasa bergelayut manja dalam dada.
Rasa sesak juga kian mendera. Layaknya dihimpit oleh dua bongkahan batu besar yang membuat sulit bernapas. Kupikir semakin jauh ku langkahkan kaki ini menjauh dari rumah terkutuk itu, luka ini akan menghilang bersamaan dengan jejak langkah tiada berarah ini. Namun pada kenyataannya seonggok daging bernyawa dalam tubuh ini semakin remuk redam, tak tahu, bagaimana ia bisa kembali ke bentuk semula.
Bulir-bulir bening penuh luka yang berkumpul di pelupuk mata juga semakin menganak sungai. Siap untuk mengalir deras hanya dengan satu kedipan saja. Kudongakkan kepala, mencoba menahan air mata itu. Namun semakin aku tahan, justru bulir-bulir itu semakin deras mengalir.
Langit tiba-tiba saja menghitam. Menampilkan gumpalan-gumpalan awan berwarna pekat, seperti sedang berupaya membentuk tetes-tetes air langit kemudian akan ia turunkan hingga menjadi hujan lebat yang mengguyur permukaan bumi. Angin juga terasa berhembus kencang, membuat hawa dingin tiba-tiba merasuk dan menusuk tulang.
Gelegar suara petir mulai terdengar di dini hari ini disertai dengan kilat yang nampak jelas seperti berlomba-lomba menampakkan keberadaannya. Sedikit demi sedikit air langit mulai menetes, berubah menjadi rintik hujan dan setelahnya rintik hujan itu berubah menjadi hujan lebat yang terasa menusuk ketika mengenai kulit. Air hujan yang begitu lebat ini layaknya air mata luka yang jatuh dari pelupuk mataku.
"Tuhan... Apakah Engkau benar ada? Jika memang ada, di manakah Engkau di saat aku berada di dalam situasi seperti ini? Situasi di mana aku sendirian menghadapi kepelikan hidup dan tidak ada satupun yang bisa kujadikan sebuah sandaran!"
Di bawah deras air hujan, aku berteriak lantang layaknya seorang hamba yang mempertanyakan keberadaan Tuhannya. Selama ini aku mencoba untuk selalu berperilaku baik dengan siapapun, bahkan terhadap seseorang yang selalu berperilaku buruk terhadapku. Namun apa? Apa yang aku dapatkan? Yang aku dapatkan hanyalah sebuah suratan takdir yang semakin menghempaskan aku ke dalam jurang kehancuran semata.
Sesuatu yang selalu aku jaga baik-baik, dengan tidak membiarkan seorang pun menjamahnya namun justru terenggut paksa oleh manusia biadap yang tidak jauh berbeda dengan seekor binatang. Tanpa perasaan dia merenggutnya tanpa menyisakan sesuatu yang pantas aku banggakan selain hanya sisa puing luka dan lara dalam jiwa.
Apa yang bisa aku banggakan saat ini menjadi seorang wanita ketika mahkota paling berharga yang aku miliki telah terkoyak, tercabik bahkan hilang ditelan oleh kebiadapan manusia setengah iblis itu? Masih adakah setitik asa yang bisa membuatku bertahan? Coba beritahu aku jika itu masih ada?
Tubuhku meluruh di bawah air langit yang turun begitu deras. Kepalaku menunduk, menyaksikan air mata yang terjatuh dari telaga bening milikku yang telah melebur menjadi satu dengan air langit ini. Aku tergugu sembari memukul-mukul dada dan juga kepala, berharap Tuhan akan segera mencabit nyawaku saja. Aku sudah kehilangan semua. Kasih sayang ibu dan ayah, dekapan penuh kasih dan sayang dari keluarga, kehormatan sebagai wanita dan semua yang dapat membuatku mengecap apa itu bahagia. Jadi, apalagi yang membuat diriku masih tetap bertahan di kehidupan yang seperti neraka ini? Sungguh lebih baik aku mengakhiri semuanya saat ini.
Aku kembali menegakkan kepala. Kutatap suasana depan wajahku yang semakin ramai dipenuhi oleh kendaraan bermotor yang berlalu lalang dengan tatapan nyalang. Aku mulai bangkit untuk kembali melangkahkan kaki ini meski tanpa ku tahu kemana harus berhenti.
Kuputar tubuhku sembilan puluh derajat, bermaksud untuk menyebrangi ruas jalan yang membentang ini. Sesekali kulihat sorot lampu mobil yang sedikit mengusik penglihatanku, namun aku tidak perduli. Suara klakson pun terdengar bersahutan, memberikan sinyal agar aku berhati-hati dalam berjalan, namun sekali lagi, aku tidak perduli. Bahkan jika sampai aku tertabrak salah satu mobil ini, aku pasti akan sangat bersyukur. Dengan begitu, aku bisa lepas dari penderitaan ini.
Hingga pada akhirnya....
Tiiiiinnn... Tiiiiinnn.....
"Kak Seroja, Awaaaaaassssssss!!!!"
Bruk.. Brakk.... Brakkkk!!!
Tubuhku rasanya didorong oleh sesuatu yang begitu kuat dan membuatku terhempas di bahu jalan. Aku tersungkur, dalam posisi tengkurap. Kesadaran yang setengah hilang, kini perlahan mulai berangsur kembali sepenuhnya. Ku edarkan pandangan mataku ke posisi di mana suara itu berasal dan kedua bola mata ini terbelalak, membulat sempurna tatkala kulihat tubuh gadis kecil terseret mobil beberapa meter ke depan dan terhenti tatkala mobil itu telah menabrak pembatas jalan.
"Alamandaaaaaaaa!!!!"
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤᭄😎
kalo psikis sudah terguncang akan susah buat di sembuhkan untung tidak sampai depresi atau frustasi yg berkepanjangan kalo tidak akan susah buat di tolong
2022-02-17
0
🌹Dina Yomaliana🌹
ya Allah 😭😭😭 apalagi ini? Apa karena ini Manda jadi buta?😭😭 huhuhuhu Seroja pasti akan sangat merasa bersalah, ternyata dirinya lah yang menyebabkan sang adik menjadi buta😭😭😭
2021-10-22
0
candra rahma
😭
2021-10-12
1