Ribuan kerlip bintang dan wajah cantik sang rembulan nampak menghiasi kanvas langit malam ini. Goresan kuas sang Maha sempurna yang telah menciptakan alam semesta dengan segala kesempurnaan yang ada. Membentangkan keindahan yang dapat dinikmati oleh setiap insan yang seharusnya dapat memupuk rasa syukur atas penciptaan alam semesta. Langit malam memang pekat, namun di balik kepekatan itu membuat netral manusia di bumi dapat menikmati segala keindahan yang ada.
Seroja berdiri di depan cermin kecil yang menggantung di salah satu dinding dalam kamar. Dengan lekat, ia menatap bayangan wajah yang terpantu daril dalam cermin itu. Perlahan, jemarinya mengusap wajah yang saat ini sudah berhias make-up tebal yang terlihat begitu sensual.
"Jika kamu terus mengusap wajahmu bisa jadi make-up itu luntur. Apa tidak bisa jika sebentar saja kamu tidak menjamah wajahmu itu? Bisa sia-sia sedari tadi tadi aku mendandanimu."
Sembari mengoleskan bedak di wajahnya, Dahlia mengajukan protes dengan apa yang telah dilakukan oleh Seroja. Wanita itu teramat heran karena sedari tadi tangan Seroja tiada henti untuk menjamah wajah yang sudah berpoles make-up itu.
"Bu, bisakah kita batalkan rencana ini? Seroja sungguh belum siap untuk bertemu dengan mami Laura."
Dengan kepala menunduk, Seroja mencoba untuk kembali bernegosiasi dengan sang ibu. Rasanya sungguh berat jika malam ini ia benar-benar akan bertemu dengan mami Laura.
Dahlia merapikan mascara yang ia pakai sembari berdecih lirih. Ia tidak habis pikir jika di detik-detik terakhir akan bertemu dengan Laura, wanita berusia dua puluh lima tahun ini masih saja bimbang.
"Hei, dengarkan aku! Kebutuhan hidupmu itu semakin hari semakin bertambah banyak. Dia akan senantiasa bertambah tanpa bernegosiasi kepadamu terlebih dahulu apakah kamu sudah siap atau belum. Lagipula kamu juga aneh, tinggal bertemu dengan Laura saja sulitnya minta ampun. Padahal jika kamu tahu, hidupmu bisa lebih terjamin jika kamu berada di bawah tangannya."
Kepala Seroja sedikit mendongak. Melalui cermin ini, ia bisa melihat wajah sang ibu yang seketika menjelma menjadi seorang wanita yang masih seperti berusia tiga puluh tahunan. Di mata Seroja, ibunya ini benar-benar lihai dalam menaklukkan berbagai macam peralatan make-up.
Sejenak ia berpikir mengapa dulu sang ibu tidak memiliki cita-cita untuk membuka salon rias pengantin saja daripada harus melakukan pekerjaan kelamnya ini. Namun semua pertanyaan itu hanya bersemayam di dalam benak Seroja saja. Karena sedikitpun ia tidak memiliki keberanian untuk mencampuri segala jalan hidup yang sudah dipilih oleh ibunya ini.
"T-tapi Seroja benar-benar tidak bisa menjalani pekerjaan ini, Bu. Seroja merasa ini semua akan melanggar prinsip hidup yang sejak dulu Seroja pegang."
"Cih... Persetan dengan semua prinsip hidup yang kamu pegang Ja. Ingat prinsip konyolmu itu sama sekali tidak bisa membuat perutmu kenyang ataupun membuatmu menjadi orang kaya. Lagipula lambat laun pasti kamu juga akan terbiasa dengan pekerjaan seperti ini. Jadi kamu jangan terlalu banyak alasan lagi. Aku seba... "
"Ibu dan kak Seroja mau kemana? Mengapa sudah berdandan cantik seperti ini?"
Tubuh gadis kecil bersuia enam tahun yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar di mana Seroja dan Dahlia berada, sukses memangkas perkataan Dahlia. Terlihat Alamanda mengayunkan kakinya untuk bisa lebih dekat dengan ibu dan juga kakaknya.
Dahlia tersenyum simpul. Ia bawa tubuhnya untuk mendekat ke arah putrinya ini dan sedikit mengambil posisi jongkok. "Ibu dan kakak pergi sebentar ya Sayang. Alamanda di rumah saja ya."
Dahlia mengusap rambut Alamanda yang dikuncir kuda itu dengan penuh kelembutan dan penuh sayang. Sebuah pemandangan yang membuat hati Seroja mencelos seketika. Hal itu dikarenakan sejak dulu ia tidak pernah diperlakukan penuh kasih seperti yang dilakukan kepada Alamanda ini. Benar saja, pemandangan ibu dan anak ini membuat dada Seroja tiba-tiba dipenuhi oleh rasa sesak tiada terkira.
"Memang Ibu dan kakak mau kemana? Manda takut kalau berada di rumah sendirian Bu."
Memasang wajah yang dipenuhi oleh rasa takut, Alamanda mencoba untuk mengungkapkan apa yang menjadi isi hatinya. Barangkali sang ibu bersedia mengajaknya pula. Namun Dahlia tetap menggeleng pelan sebagai isyarat bahwa ia tidak mengizinkan sang anak untuk ikut.
"Tidak boleh Sayang. Ibu hanya ingin mengantar kak Seroja ke rumah tante Laura saja. Setelah itu Ibu pasti akan kembali."
"Memang di rumah tante Laura sedang ada acara apa Bu? Mengapa kak Seroja berdandan cantik seperti itu?"
Dahlia tersenyum kikuk karena ia tidak dapat menjelaskan apapun bahwa dirinya akan menjual Seroja kepada Laura untuk dijadikan peliharaan sekaligus aset berharga yang dimiliki oleh mucikari itu. Bagaimanapun juga ia tidak ingin jika sang anak mengenal dunia seperti itu. Namun semuanya tidak berlaku untuk Seroja. Khusus Seroja, ia harus menuruti apa yang menjadi kemauan dan keinginan Dahlia. Dengan seperti itu ia bisa mengeksploitasi semua yang tersimpan di balik tubuh wanita itu. Tentunya untuk bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
"Tidak ada acara apapun Sayang. Tante Laura hanya ingin bertemu dengan kak Seroja saja. Alamanda tetap di rumah ya. Ibu hanya sebentar, setelah itu Ibu akan kembali."
Tubuh kecil Alamanda merapat ke tubuh Seroja yang masih nampak terpaku dengan segala keintiman dan kehangatan ibu anak yang berada tepat di depan matanya. Tangan mungil Alamanda menautkan genggamannya di jemari sang kakak dengan erat.
"Kakak sudah beradandan cantik, tapi mengapa wajah kak Seroja terlihat murung? Jika kak Seroja tidak mau menemui tante Laura, kak Seroja tetap di rumah saja ya."
Seperti merasakan sebuah firasat yang tidak baik dengan rencana sang kakak pergi ke tempat Laura, bibir kecil Alamanda berceloteh ringan memberikan sebuah usulan agar Seroja tetap tinggal di rumah. Ucapan Alamanda itu hanya ditanggapi dengan seutas senyum getir yang terlukis di bibir wanita berusia dua puluh lima tahun itu.
Bagaimana kakak tidak murung Sayang, jika sebentar lagi Kakak akan bertemu dengan awal kehancuran hidup Kakak.
Senyum di bibir Seroja masih terlihat getir. Tangannya terulur untuk membelai rambut adiknya ini dengan lembut. "Kakak tidak bersedih Sayang. Kakak terlihat murung, mungkin karena Kakak akan meninggalkan Manda."
Alamanda sedikit terkejut dengan ucapan yang keluar dari bibir Seroja. "Kakak akan meninggalkan Manda? Memang kak Seroja mau kemana?"
Seroja sedikit terkesiap. Ia sadar bahwa ia telah salah berucap. Bukan begitu maksud Kakak, Sayang. Maksud Kakak, mungkin baru besok Kakak akan pulang ke rumah. Tapi rasanya seperti lama sekali Kakak meninggalkan Manda."
Dahlia semakin dibuat jengah dengan apa yang dilakukan oleh Seroja bersama Alamanda. Ia merasa waktunya terbuang percuma dengan adegan yang di depan matanya tidak berfaedah itu.
"Sudah, sudah, sekarang Alamanda masuk ke kamar. Tidur yang nyenyak, karena besok Ayah akan pulang."
Mendengar ucapan sang ibu, seketika membuat wajah Alamanda berbinar. Gadis kecil itu seperti mendapatkan sebuah kabar bahagia yang tiada terkira. "A-ayah akan pulang Bu? Benarkah itu?"
Dahlia mengangguk pelan seraya tersenyum manis. "Itu betul Sayang. Besok ayah akan pulang, jadi sekarang Manda tidur agar besok bisa menyambut kedatangan ayah dengan badan yang segar, dan tidak mengantuk ya."
Kepala gadis itu mengangguk jua. "Baik Bu. Manda akan segera tidur." Alamanda sedikit menggeser tubuh kecilnya. Ia peluk tubuh sang kakak dengan erat, meski hanya bisa menjangkau perutnya saja. "Kakak hati-hati ya. Semoga Kakak selalu baik-baik saja dan terhindar dari segala sesuatu yang bisa membuat kak Seroja bersedih."
Setetes bulir bening lolos tanpa permisi dari kelopak mata Seroja. Mati-matian wanita itu berupaya untuk menahan segala sesak yang kian mendera. Perlahan, ia mengusap rambut Alamanda dengan lembut. "Kakak pasti akan baik-baik saja Sayang ... pasti akan baik-baik saja."
Dada Seroja terasa kian bergemuruh, layaknya gelombang air laut yang bergulung memecah batu karang dan kemudian terhempas di bibir pantai. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin, setelah ini harga diri dan prinsip hidup yang sejak dulu ia pegang kuat-kuat, akan berakhir di tangan sang mucikari.
.
.
🍁🍁🍁🍁
Akhirnya... pulih juga akun ini... 🥰 Mohon maaf, untuk part ini pendek ya Kak... inshaAllah besok kita lanjutkan kembali..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Li Permana
Semangat!
2021-10-29
0
Lenkzher Thea
Ku hadir thor dengan 10 like+favorit, lanjut dan semangat
2021-10-21
0
🌹Dina Yomaliana🌹
awal kehancuran di depan mata😭😭😭 kasihan banget Seroja, sikap Dahlia ke Manda dan Seroja bagai langit dan bumi, dibeda2kan itu ngak enak loh Dahlia😪 mereka sama-sama butuh kasih sayang tapi kamu malah mau menjual Seroja😭
2021-10-16
0