"Akhirnya .... kamu datang juga Li!"
Di sebuah ruangan khusus, Laura sudah menyambut kedatangan Dahlia dan juga Seroja. Sebuah ruangan yang dihiasi oleh lampu tumblr yang berkerlap-kerlip begitu cantik. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah sofa, meja rendah, dan juga sebuah peralatan audio, yang jika ditilik secara seksama, ruangan ini biasa dipakai untuk karaoke.
Dahlia mendaratkan bokongnya di atas sofa ruangan ini. Ia mengambil bungkus rokok dari dalam tas yang ia bawa dan mengeluarkan isinya. Ia nyalakan korek api dan mulai menghisap sesuatu yang dipenuhi dengan zat nikotin itu.
"Itu sudah pasti Ra. Aku pasti akan datang memenuhi janjiku kepadamu bahwa aku akan berusaha untuk membawa Seroja ke tempat ini." Dahlia mengepulkan asap rokok yang ia hisap itu dan seketika membuat ruangan ini sedikit dipenuhi oleh asap putih. "Karena aku rasa, tempat yang tepat bagi Seroja adalah di sini. Di sini ia akan jauh lebih bisa mendatangkan manfaat untukku dan pastinya untukmu juga bukan?"
"Hahahaha kamu memang benar Li. Di sini, anakmu itu akan sangat bermanfaat. Dan pastinya akan menjadi primadona di tempat ini."
Mendengar Laura tergelak, membuat Dahlia juga ikut tergelak lirih. Ia tautkan pandangan matanya ke arah Seroja yang terlihat masih berdiri terpaku itu. "Sampai kapan kamu akan berdiri di situ? Duduklah! Sungguh hanya merusak pemandangan saja."
Seroja membawa tubuhnya untuk bisa menjangkau sofa yang masih kosong, dan ia pun mendaratkan bokongnya di atas sofa itu. Kepala wanita itu menunduk. Jemarinya juga terlihat saling bertautan seakan menjadi sinyal bahwa saat ini ia merasakan kegugupan, ketakutan dan kebimbangan.
Diam-diam Laura menatap lekat wanita yang saat ini duduk di hadapannya ini. Dalam hati ia bersorak gembira, karena mulai malam ini ia akan mendapatkan peliharaan baru yang pastinya bisa dijual dengan harga mahal.
"Anak kamu benar-benar sempurna Li. Lihatlah, wajah, tubuh dan kulitnya juga terlihat cantik sekali. Aku pastikan anakmu ini akan menjadi primadona di tempatku ini."
"Haha itu benar sekali. Maka dari itu aku begitu bersemangat mengurus anak ini sejak kecil. Itu karena agar ketika dia beranjak dewasa seperti saat ini, dia bisa membalas budi terhadapku."
Seroja sedikit terkesiap. Kepala yang sebelumnya menunduk, seketika mendongak. Ia tautkan sorot matanya ke arah sang ibu.
"Ibu, apa maksud ibu tentang balas budi? Apakah selama Seroja dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibu merupakan salah satu hutang budi? B-bukankah itu sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab Ibu sebagai orang tua yang melahirkan anaknya? "
Akal sehat Seroja bahkan tidak bisa bekerja secara maksimal tatkala mencoba mencerna setiap kata demi kata yang keluar dari bibir sang ibu. Apakah seorang wanita bergelar ibu yang melahirkan dan membesarkan putrinya dianggap sebagai hutang budi yang harus dibayar oleh seorang anak di masa depan nanti? Lalu makna dari sebuah nyanyian kasih ibu dengan lirik hanya memberi tak harap kembali itu berada di mana jika saat ini sang ibu berbicara tentang balas budi? Semakin wanita berusia dua puluh lima tahun itu memahami ucapan sang ibu, justru semakin menyeretnya ke dalam jurang prasangka bahwa ia memang bukanlah anak kandung Dahlia.
Namun, gegas Seroja buang jauh-jauh pemikiran seperti itu. Mungkin dulu ia pernah melakukan sebuah kesalahan sewaktu masih kecil yang membuat sang ibu sedikit memperlakukannya berbeda.
Dahlia tergelak lirih pada saat Seroja mempertanyakan tentang apa yang menjadi kerisauan hatinya. Ia matikan puntung rokok ke sebuah asbak kecil yang berada di atas meja dan tersenyum sinis ke arah wanita muda itu.
"Aku memang memiliki tanggung jawab untuk membesarkanmu, namun apakah tidak ada niat darimu untuk membalas semua jasa-jasa yang telah aku berikan? Bohong jika aku menyekolahkan kamu hingga SMK tanpa adanya sebuah harapan agar kelak suatu saat nanti kamu bisa membalas semua jasa-jasa ku, salah satunya dengan memberikan jatah bulanan untukku!"
"T-Tapi Bu ... tanpa bekerja di sini pun Seroja bisa menghidupi Ibu dan juga Manda. Seroja pasti mampu."
Dahlia terlihat membuang nafas sedikit kasar. Ia memijit-mijit pelipisnya karena tetiba didera oleh rasa pening yang menyergap kepalanya. "Sudah cukup! Aku tidak mau berdebat lagi perihal ini denganmu Ja! Perihal ini sudah kita bahas tatkala kita masih ada di rumah. Jadi saat ini, menurut lah kepadaku. Dan buktikan bahwa kamu bisa membahagiakan aku dengan cara yang instan."
Dahlia mulai bangkit dari posisi duduknya dan sedikitmerapikan pakaiannya. "Sudahlah, aku akan pulang. Kamu kerjakan saja pekerjaanmu dengan baik dan sempurna. Dan seharusnya kamu itu berterimakasih kepadaku, karena akulah yang akan menjadikanmu sebagai primadona di tempat ini."
Dahlia mengayunkan kakinya untuk meninggalkan ruangan ini. Dan saat ini hanya tinggal tersisa Seroja dan Laura seorang.
Seroja semakin terperangah dengan apa yang diucapkan oleh Dahlia. Apa yang bisa dibanggakan dengan menjadi primadona wanita malam? Apakah dengan menjadi primadona, dirinya akan menjadi sumber penghasil pundi-pundi uang yang banyak untuk mucikari? Dan apakah dengan menjadi primadona, ia akan sering bergonta-ganti menemani para lelaki hidung belang baik hanya sekedar duduk-duduk di sebuah ruangan sembari menstimulasi jemari mereka untuk menjamah setiap lekuk yang berada dalam tubuhnya? Atau bergonta-ganti pasangan untuk menemaninya di ranjang?
Bulu-bulu halus Seroja yang berada di tengkuk maupun ceruk lehernya seketika meremang. Wanita itu bergidik ngeri tatkala membayangkan tubuhnya dijamah oleh orang-orang di luar sana. Sedangkan Laura yang menangkap sinyal pias dari wajah wanita cantik di depannya ini hanya bisa tersenyum simpul. Dalam hati, ia memiliki sebuah mimpi bahwa sampai kapanpun ia akan mempertahankan Seroja untuk menjadi peliharaannya.
"Sudahlah, jangan gugup seperti itu Ja. Kamu tenang saja. Jika sudah terbiasa, kamu pasti akan memiliki sebuah penilaian bahwa pekerjaan ini memang sungguh nikmat. Sudah nikmat, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah pula. Pasti akan sangat menguntungkan untkmu."
"T-Tapi saya ... "
"Sudahlah. Lebih baik saat ini kamu bersiap-siap!"
Seroja terperangah dengan kedua alis yang saling bertaut. Sebagai pertanda bahwa ia tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Laura. "M-maksud Mami apa? "
Senyum seringai muncul di bibir Laura. "Sudah ada yang membooking kamu. Dan kamu akan diajak lelaki itu untuk pergi ke hotel!"
🍁🍁🍁🍁
Seroja PoV
Aku berlari sekencang mungkin menembus pekat malam untuk menjauh dari area sebuah hotel yang berada di pusat kota. Tak kuhiraukan lagi sudah berapa jauh aku berlari tanpa alas kaki. Dengan wajah kusut penuh dengan peluh dan tetes-tetes air mata dan juga rambut yang sudah terlihat berantakan. Otot-otot betis yang sudah terasa begitu kaku bahkan aku abaikan sama sekali. Yang terpenting saat ini aku bisa menjauh dari tempat yang hampir saja mengantarkanku ke depan pintu gerbang kehancuran hidupku. Bahkan orang-orang yang masih melintasi jalanan ini menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya, seakan tidak mengusikku. Aku tetap abai dengan apa yang mereka pikirkan terhadapku.
Kubawa tubu ini untuk sedikit menepi di taman kota yang aku lintasi tatkala ku rasakan sepertinya tak mampu lagi aku untuk berlari. Aku sedikit membungkuk memegang ke dua lututku yang terasa sudah sangat kaku dan gegas ku dudukkan tubuhku di salah satu bangku taman yang terbuat dari beton ini.
"Aaaaaaawww.... Dasar ja*lag sialan!!"
Pekikan suara lelaki berusia kisaran empat puluh tujuh tahun itu kembali terngiang di telingaku. Sebelum sampai di tempat aku berdiri saat ini, aku lebih dulu dibawa pergi oleh salah satu tamu mami Laura yang notabene akan menjadi pelanggan pertama untukku. Lelaki dengan postur tubuh tambun, perut membuncit, dan kepala sedikit pelontos. Sungguh bentuk fisik lelaki yang sama sekali tidak pernah terpikirkan di dalam benakku untuk mengambil keperawananku. Di sebuah hotel kelas deluxe tubuhku digiring untuk menjalankan pekerjaan sebagai wanita malam.
Aku merasa semakin jijik dengan apa yang telah dilakukan oleh lelaki itu. Tanpa melakukan negosiasi apapun terhadapku, ia membuka jas, kemeja, kaos dalam kemudian melemparnya ke sembarang arah. Wajah yang dipenuhi oleh naf*su bej*at dan siap menerkam tubuhku yang berada di hadapannya.
Pandanganku nyalang ke depan tatkala kuingat bagaimana lelaki itu memaksaku untuk memanjakan miliknya dengan mulutku.
Kedua bola mataku terbelalak sempurna. Rasa sesak itu kembali menyergapku. Rongga-rongga dada milikku seakan dipenuhi oleh segala luapan emosi jiwa yang bercampur menjadi satu. Rasa takut, marah, muak, jijik dan entah apa itu seakan menjadi satu. Hingga semua terangkai dalam butiran-butiran kristal bening di pelupuk mata dan tanpa menunggu waktu lama, butiran-butiran bening itu jatuh satu per satu.
"Ayo ******* lekas lakukan. Aku sudah tidak sabar untuk dimanjakan olehmu!"
Ku hela nafas sedikit dalam. Saat itu yang bisa lakukan hanyalah mencari celah agar bisa keluar dari tempat terkutuk itu. Ku seka air mata yang menetes dan kucoba untuk menyunggingkan senyum penuh kegetiranku.
Lelaki tambun itu sedikit melenguh tatkala jemari lentik milikku membelai lembut memainkan pu*ting miliknya. Mungkin apa yang aku lakukan benar-benar bisa membuatnya merasakan sebuah sensasi rasa geli dan nikmat yang menjadi satu.
Sejenak ku lupakan harga diri dan prinsip hidup yang aku pegang kuat-kuat hingga detik ini. Rasanya sungguh miris, berakting seolah-olah menjadi seorang wanita malam yang begitu lihai dalam melayani para pelanggan, padahal dunia seperti ini tidak pernah aku jamah sama sekali.
"Aaahhhh ... aku sungguh sangat ingin segera merasakannya. Ayo, masukkan milikku ini ke dalam mulutmu. Dan berikan ia kehangatan!"
Kembali kuingat bagaimana lelaki itu sudah semakin bernafas*u untuk segera menyatukan raganya denganku. Namun, aku tidak boleh kalah dengan keadaan. Saat itu yang ada di dalam benakku, aku harus bisa segera keluar dari tempat itu.
Aku mengambil posisi jongkok. Kedua mataku menyipit tatkala benda asing itu nampak jelas di hadapanku. Mengesampingkan rasa jijik, aku mulai menyentuh benda pusaka milik lelaki ini dengan jemariku. Perlahan aku mengusapnya sehingga membuat mata lelaki tambun itu terpejam karena merasakan sebuah kenikmatan.
Melihat suasana sudah semakin berpihak untuk bisa lari dari tempat ini, Aku memegang resleting celana yang masih belum ditanggalkan oleh lelaki itu dan....
"Aaaa aaahhhh hhh.... Kurang ajar!"
Lelaki tambun itu memekik kesakitan tatkala benda pusakanya terjepit resleting celana yang sengaja aku naikkan. Wajahnya meringis sembari mencoba untuk menjauh dari tubuhku. Melihat ada kesempatan, aku berancang-ancang untuk segera melarikan diri dari tempat itu. Dan pada akhirnya membawaku di tempat ini.
Air mata ini kembali menetes tatkala memori otakku memutar ulang kejadian apa yang baru saja aku alami di sebuah kamar hotel yang sudah dipersiapkan oleh lelaki itu. Aku membuang nafas penuh kelegaan karena aku masih bisa untuk berlari dari sesuatu yang akan menjadi awal kehancuran hidupku. Setidaknya saat ini aku masih bisa menjaga apa yang sudah sepatutnya aku jaga dan aku pertahankan, yaitu keperawanan.
.
.
. 🍁🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
ℒℴℴ𝓃𝓀Ryuzein•𖣤᭄😎
kali ini lolos ak tau selanjutnya?
2022-02-17
0
Wanda Harahap
sayangnya setelah lama, berjuang dan mempertahankan keperawanan akhirnya....
Seroja seperti Dahlia juga.......
menjual tubuh demi uang....
miris padahal prinsip hidupnya tidak seperti itu
takdir ....🤤🤤🤤
2021-11-17
0
🌹Dina Yomaliana🌹
ngak kebayang kalau kesucian Seroja diambil sama lelaki tambun itu😭😭😭 ya Allah, membayangkan nya saja membuat ku jijik dan ngeri, merinding dan ngak tau harus berkata apa lagi😭😭😭😭😭😭😭 untuk Seroja cerdas, dan bisa melarikan diri disaat yang tepat🥺🥺🥺🥺 kalau tidak, ah pasti hal buruk sudah terjadi padanya😭😭
2021-10-16
0