Cemburu

Davian pulang ke rumahnya dengan muka ditekuk, ia bahkan uring-uringan hingga membuat sang mami heran.

"Kamu tuh kenapa si, Dav?" tanya sang mami sambil menghampiri sang putra di kamarnya.

"Mami, ngapain disini?" balik tanya Davian kaget. Sang mami hanya memutar bola matanya jengah.

"Mami heran, dari sejak kamu dateng mukanya cemberut terus, kenapa si? Ada masalah di kantor?" brondong sang mami. Davian hanya menghela nafas berat.

"Ngga apa-apa, Mi, Davi cuma cape, butuh istirahat doang." jawabnya singkat kemudian membaringkan tubuhnya.

"Ngga bisa kamu mesti mandi dulu, terus makan malem, ayo buruan!" omel sang mami yang membuat Davian ngga bisa berkutik kalo maminya sudah memberi instruksi.

"Iya, mami, bentar lagi lah!" ucap Davi malas. Sang mami pun kemudian beranjak meninggalkan kamar Davi, yang sebelumnya mengusap kepala putra kesayangannya.

"Shit, ko mau si, bocah itu balikan ama mantannya?" gumamnya sambil menutup wajahnya. Kemudian ia beranjak dan memasuki kamar mandi. Ia berendam dalam bathtub dengan air hangat, untuk merilekskan tubuhnya yang penat. Sekitar 30 menit ia berendam, akhirnya keluar dan memakai boxer untuk ia tidur tanpa memakai kaos,seperti kebiasaannya.

Davian membaringkan tubuhnya yang lelah, kemudian ia mengingat saat Dio memberitahukan kalo sore ini Rain akan pergi bersama mantan pacarnya.

Dio pun mengikuti kemana mereka pergi, sampai akhirnya mereka jadian.

"Sebenernya apa yang terjadi sama gue si? Apa bener gue suka sama tuh bocah?" gumamnya sambil terus terbayang saat ia sering menggoda gadis itu jika ia mengantar makan siangnya.

Entah kenapa ada perasaan lain di sudut hatinya saat berdekatan dengan gadis mungil itu.

Semua bayangan tentang gadis itu makin jelas, sampai akhirnya kantuk menghinggapinya, ia pun mulai memejamkan matanya dan bernafas secara teratur, bahkan panggilan sang mami sudah tak ia dengar.

"Daviii,,, cepet makan malam dulu!" teriak sang mami dari luar, tapi tak ada sahutan dari kamar, hingga ia memutuskan untuk melihat putranya. Terlihat Davi memunggunnginya, saat dipanggil kembali terdengar dengkuran halus dari sang putra.

"Mm,, Davi-Davi kebiasaan kalo tidur kaya gini." bisik sang mami sambil menyelimuti putranya dan mengecup puncak kepala sang putra. Kemudian ia pun kembali ke luar.

*********

Keesokan pagi Davian yang biasanya sudah rapi, sekarang masih bergelung di balik selimut tebalnya. Ia malas untuk pergi ke kantor pagi ini. Hingga teriakan sang mami membuatnya menutupi seluruh badannya dengan selimut.

"Daviiiii,,,, banguuun!" teriaknya sambil melangkah ke arah kamar putranya. Saat membuka pintu kamar putranya, tampak pemuda itu masih sembunyi di balik selimutnya. Sang mami langsung membuka gorden jendela sang putra. Hingga cahaya matahari yang mulai meninggi menerobos masuk melalui jendela kamar Davi.

"Hei,,, bangun masa sih udah siang gini masih selimutan!" ucap sang mami sambil menarik selimut dari tubuh putranya. Davian hanya memicingkan matanya saat cahaya matahari menerpa wajahnya.

"Ah Davi masih ngantuk, Mi!" gerutu Davian malas.

"Ih, kamu tuh kenapa si, dari semalam pasti ada apa-apa, ayo cepet cerita sama mami!" sambil mengguncang bahu putranya hingga ia terduduk.

"Masalah cewek ya, yang mana lagi, yang bajunya kurang bahan, yang dandanan menor segala ditemplokin?" lanjutnya dengan sindiran.

"Apaan si mi?" jawab Davi sambil mengusak rambutnya sendiri.

"Ya udah kalo ngga mau cerita, cepetan mandi sana kan sekarang kamu ke kantor!" lanjut sang mami kemudian beranjak dan meninggalkan kamar putranya.

Davian dengan malas beranjak dari tempat tidurnya, kemudian pergi ke kamar mandi. Terdengar suara gemericik air dari sana, Davi sudah mulai ritual mandinya.

Sekarang Davi sudah berada di kantornya, tidak ada senyuman di wajahnya. Semua karyawan tampak menciut saat berpapasan dengan atasanya ini. Mereka merasa bosnya kembali seperti saat pertama bekerja disini. Wajahnya dingin, tidak menerima kesalahan sedikitpun.

Namun saat perusahaan ini bekerja sama dengan kedai Bu Ratna, dan sang bos selalu menerima makan siang dari putri sang pemilik kedai, ada perubahan yang cukup drastis. Mereka melihat sang bos yang selalu tersenyum dan memaafkan jika ada kesalahan dari para karyawannya.

Suasana kantor terasa mencekam, apalagi tiba-tiba sang bos meminta beberapa laporan perusahaan. Semua yang masuk ke ruangannya, akan kembali dengan wajah pucat dan menunduk dalam. Mereka semua ingin segera jam makan siang tiba, namun seolah waktu berhenti, jam dinding pun berhenti berdetak.

Davian nampak uring-uringan di ruangannya. Hingga jam makan siang tiba.

"Lo tuh kenapa si, semua karyawan lo marahin kaya gitu?" tanya Dio saat masuk ke ruangan Davian. Davian hanya menatap sinis ke arah sahabatnya.

"Diem lo!" jawabnya sarkas. Dio mengangkat tangannya kemudian duduk di sofa.

"Tumben belum dianterin makan siang?" lanjut Dio saat melihat mejanya masih kosong. Tak berapa lama pintu ruangan terbuka dan datang seorang perempuan seumuran Mba Lena.

"Maaf, Pa Davi ini makan siangnya, Non Rain nya ngga bisa nganterin, ada keperluan katanya." jelas perempuan bernama Dita itu. Davi makin kesal saat gadis mungil itu tidak datang.

"Oya, makasih, simpan saja di meja, oya besok bilangin ke Rain kalo besok ia tidak datang mengantar makan siang saya, kontrak kerja samanya saya putus!" ucap Davi tegas, dan langsung mendapat anggukan dari Dita, kemudian ia pun pamit.

"Lo cemburu ya, tuh bocah udah punya cowok? Kenapa pake ngancem kaya gitu, ngga adil buat dia, Dav!" ungkap Dio saat mendengar penuturan sahabatnya.

"Bodo!" jawabnya singkat.

Di tempat lain

Nampak Rain dan Ikoh sedang memilih beberapa bahan yang akan dibuat beberapa macam makanan untuk acara bazar kampus minggu ini.

Sekarang mereka sedang makan siang di kedai bakso langganan mereka, dengan beberapa kantong belanjaan disimpan di kursi samping mereka.

"Heh, lo belum cerita ke gue, soal kemarin gimana?" tanya Ikoh sambil menambahkan saos ke mangkok baksonya.

"Mau tau banget apa mau tau aja?" goda Rain sambil menambahkan beberapa sendok sambel ke kuah baksonya.

"Dih!" jawab Ikoh sambil menatap jengah sahabatnya. Kemudian mulai menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Gue ama Kak Reza,,, mmm,,, udah_" Rain tak melanjutkan ucapnnya saat ponselnya tiba-tiba berdering. Ia mengambil ponsel dari tasnya, tertulis Om Davi disana.

"Ngapain si?" gumamnya sambil mengangkat telponnya.

"Iya!" jawab Rain namun kemudian ia menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Apaan si, ngomel-ngomel ngga jelas?" gumamnya, yang membuat Ikoh mengerutkan dahi, kemudian bertanya siapa tanpa bersuara.

"Iya,,, iya,,, bawel banget si!" jawab Rain saat kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. Kemudian salurannya terputus.

"Siapa si?" tanya Ikoh penasaran.

"Biasa si Om Rese, Koh." jawab Rain santai kemudian kembali mamakan baksonya.

"Gue rasa ni ya, tuh Om Davi lo suka deh sama lo, Rain, dilihat dari cara dia merhatiin lo, pokonya semuanya deh!" jawab Ikoh sambil mencodongkan wajahnya mendekat ke arah Rain.

"Ngga mungkin jangan ngarang deh, lagian tuh om-om udah punya cewek, bahkan di kantor aja berani mesra-mesraan, ampe risih gue liatnya." jelas Rain sambil kembali menyuapkan baksonya.

"Ngapain lo liatin si, ngga ada kerjaan?" gerutu Ikoh.

"Dih gue ngga sengaja, saat itu nganterin makan siang dia, eh pas masuk malah ada adegan gitu, gue mo langsung balik malah ditahan sama tuh om-om, justru cewe itu yang diauruh balik." bantah Rain.

Ikoh menganggukan kepalanya, kemudian mulutnya membentuk huruf O tanpa suara. Mereka pun akhirnya menghabiskan dulu bakso yang sedari tadi sempat nganggur gara-gara perdebatan kecil.

Setelah mereka menghabiskan baksonya, Rain pun membayar semuanya, dan mereka beranjak pergi meninggalkan kedai bakso tersebut. Di perjalanan pulang, mereka memilih jalan kaki, karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh dari Kedai Bu Ratna.

"Lo beneran udah jadian lagi ama Kak Reza?" pekik Ikoh kaget saat mendengar penjelasan Rain kalo ia sudah jadian sama Kak Reza. Rain hanya mengangguk dengan pipi yang mulai memerah.

"Cieee,,, selamet ya,, moga yang sekarang ngga ada gangguan lagi deh!" harap Ikoh. Tak terasa tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai di Kedai. Namun saat mereka akan menyebrang tiba-tiba

Ckiiiiiiit...

Suara mobil direm mendadak membuat keduanya shok dan mematung di tengah jalan.

"Bisa nyetir ngga sih?" Omel Rain dan Ikoh barengan sambil mengusap dadanya karena kaget, apalagi semua belanjaannya berserakan di jalan.

Sang empunya mobil keluar, dengan angkuh sambil menatap sinis ke arah Rain.

"Om!"

Bersambung....

Happy Reading... 😘 😘

Semoga tetep suka dengan cerita ini ya,,,!

Makasih yang udah ninggalin jejak... Aku padanya 😂 😂 😂 😂

Jaga kesehatan and dirumah aja

Terpopuler

Comments

Mama Rara

Mama Rara

cinta gk memandang usia...

2021-01-04

1

Ina Kirana

Ina Kirana

seru nich

2020-12-07

1

Rivaldo Akbar

Rivaldo Akbar

salah davi sendiri lah klu mmng suka sama rain lenyapin lah kebiasaan buruk lo dav

2020-11-26

6

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!