Davian sedang menemui Renata malam ini. Jangan harap seorang Davian memiliki satu cewek, ia memanfaatkan semua cewek yang datang padanya. Setelah Bu Ratna dan Rain pulang, Davian juga ikut pergi meninggalkan kedai yang sudah tertutup dan terkunci.
"Sayang kamu kemana aja? Aku kangen tau sama kamu. "ucap Renata sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Davian.
Davian mengelus rambut gadisnya, sambil bersandar pada sofa. Ia merasa lelah hari ini. Renata tiba-tiba membuka kancing kemeja Davian satu persatu, kemudian ia beralih duduk di pangkuan Davian.
Davian yang memang ingin menyalurkan hasratnya yang sempat tertunda saat bersama Tania, langsung melahap habis bibir merah Renata. Tangannya melingkar di pinggang Renata.
Namun saat Renata menurunkan gaunnya, tiba-tiba Davian teringat pada Rain. Entah kenapa bayangan bocah itu selalu terlintas saat seperti ini.
Davian mendorong Renata, dan melepaskan pagutan bibirnya. Kemudian mengangkat Renata dan mendudukannya di sofa.
"Sorry, gue mesti balik. "ucap Davian sambil berdiri dan mengancingkan kemejanya kembali.
" Tapi, Dav_"ucapan Renata terpotong karena Davian langsung menyambar bibir Renata dan melumatnya. Kemudian Davian berlalu meninggalkan kediaman Renata.
Renata sempat menggeram kesal saat Davian meninggalkannya begitu saja dalam keadaan masih berhasrat.
Sementara Davian berlalu dan langsung melajukan motornya menuju kedai. Dia ingin segera sampai di kedai dan beristirahat.
Saat ia sampai, pintu kedai sudah terbuka. Davian benar-benar kaget dan langsung memarkirkan motornya sembarang, dan bergegas masuk kedai.
"Braaak... "suara pintu kedai sengaja didorong keras, agar menimbulkan suara, sehingga maling di dalam dapat mendengarnya, begitu pikir Davian.
Rain yang kaget, langsung bersembunyi di balik meja sambil memegang penggorengan yang tadi ia ambil di rak.
Davian berjalan perlahan sambil menatap sekeliling dengan waspada sampai akhirnya ia menuju kamarnya. Saat akan membuka pintu, tiba-tiba
Buk.. Buk.. Buk...
Rain memukul tubuh tinggi itu dengan penggorengan dengan membabi buta, hingga Davian memekik.
"Aaaaw,, aduh,,, aduh,,,,! "pekik Davian sambil mengangkat tangannya menutupi kepala.
"Rasain lo, maling! "teriak Rain sambil terus memukul Davian. Davian kemudian berbalik dan memegang penggorengan yang Rain akan pukulkan lagi.
" Udah cantik! "ucap Davian sambil memegang tangan Rain dengan kedua tangannya, walaupun tubuhnya sakit tapi masih bisa ditahan.
" Ooom,,, ngapain sih ngagetin kaya gitu? "omel Rain sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Davian.
" Lah kamu sendiri ngapain malem-malem kemari? "ucap Davian sambil mengelus bahunya yang sakit.
Rain kemudian menyimpan penggorengan tadi ke tempatnya. Lalu ia membawa kotak makanan yang ibunya titipkan tadi.
" Nih, dari ibu! "ucap Rain sambil memberikan kotak makanan tadi ke arah Davian.
Davian mengerutkan keningnya, sebelum menerima kotak tersebut.
" Ini gratis ngga perlu bayar"ucap Rain jutek saat Davian masih belum menerimanya. Karena Davian lama ngga menerima akhirnya Rain menyimpannya di meja dengan kesal, kemudian ia melewati Davian. Namun saat akan berlalu Davian menarik tangan Rain.
"Hei tunggu! "ucap Davian sambil menarik Rain ke arahnya.
" Apaan sih, om? "gerutu Rain sambil menepis tangan besar Davian.
" Gue mau pulang. "lanjutnya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
Davian kemudian mengejar Rain, dan menghalangi langkahnya. Rain dengan kesal menghentakan kakinya.
" Mau apa sih, Om? Keburu malem nih mau pulang. "ucap Rain kesal.
" Aku mau bilang makasih, udah ayo aku anterin pulang,, eits satu lagi"ucap Davian sambil berbalik ke arah Rain, hingga membuatnya terpundur.
"Jangan panggil Om dong, aku kayanya seumuran sama abang kamu! "ucapnya kemudian berlalu keluar dan menyalakan motornya.
Rain yang mengikutinya dari belakang, mengunci dulu kedai, kemudian berdiri di samping motor Davian yang sudah menyala.
" Ayo naik, nungguin apa lagi! "ucap Davian sambil menoleh ke arah Rain.
" Udahlah, Om, ngga usah Rain pulang sendiri aja lah, deket ko! "tolak Rain kemudian hendak beranjak dari sana. Tapi Davian mennggenggam tangan Rain.
" Ayo naik! Panggil aku Abang atau Kakak, Mas juga boleh! "ucap Davian sambil menaikan satu alisnya.
" Dih,"jawab Rain kemudian menaiki motor Davian. Davian pun melajukan motornya dengan pelan, karena ia tahu rumah Bu Ratna deket dari sini.
"Cepetan ngapa si, mening gue jalan! "gerutu Rain saat merasa kesal laju motor yang hanya di 20km.
Davian sedang menemui Renata malam ini. Jangan harap seorang Davian memiliki satu cewek, ia memanfaatkan semua cewek yang datang padanya. Setelah Bu Ratna dan Rain pulang, Davian juga ikut pergi meninggalkan kedai yang sudah tertutup dan terkunci.
"Sayang kamu kemana aja? Aku kangen tau sama kamu. "ucap Renata sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang Davian.
Davian mengelus rambut gadisnya, sambil bersandar pada sofa. Ia merasa lelah hari ini. Renata tiba-tiba membuka kancing kemeja Davian satu persatu, kemudian ia beralih duduk di pangkuan Davian.
Davian yang memang ingin menyalurkan hasratnya yang sempat tertunda saat bersama Tania, langsung melahap habis bibir merah Renata. Tangannya melingkar di pinggang Renata.
Namun saat Renata menurunkan gaunnya, tiba-tiba Davian teringat pada Rain. Entah kenapa bayangan bocah itu selalu terlintas saat seperti ini.
Davian mendorong Renata, dan melepaskan pagutan bibirnya. Kemudian mengangkat Renata dan mendudukannya di sofa.
"Sorry, gue mesti balik. "ucap Davian sambil berdiri dan mengancingkan kemejanya kembali.
" Tapi, Dav_"ucapan Renata terpotong karena Davian langsung menyambar bibir Renata dan melumatnya. Kemudian Davian berlalu meninggalkan kediaman Renata.
Renata sempat menggeram kesal saat Davian meninggalkannya begitu saja dalam keadaan masih berhasrat.
Sementara Davian berlalu dan langsung melajukan motornya menuju kedai. Dia ingin segera sampai di kedai dan beristirahat.
Saat ia sampai, pintu kedai sudah terbuka. Davian benar-benar kaget dan langsung memarkirkan motornya sembarang, dan bergegas masuk kedai.
"Braaak... "suara pintu kedai sengaja didorong keras, agar menimbulkan suara, sehingga maling di dalam dapat mendengarnya, begitu pikir Davian.
Rain yang kaget, langsung bersembunyi di balik meja sambil memegang penggorengan yang tadi ia ambil di rak.
Davian berjalan perlahan sambil menatap sekeliling dengan waspada sampai akhirnya ia menuju kamarnya. Saat akan membuka pintu, tiba-tiba
Buk.. Buk.. Buk...
Rain memukul tubuh tinggi itu dengan penggorengan dengan membabi buta, hingga Davian memekik.
"Aaaaw,, aduh,,, aduh,,,,! "pekik Davian sambil mengangkat tangannya menutupi kepala.
"Rasain lo, maling! "teriak Rain sambil terus memukul Davian. Davian kemudian berbalik dan memegang penggorengan yang Rain akan pukulkan lagi.
" Udah cantik! "ucap Davian sambil memegang tangan Rain dengan kedua tangannya, walaupun tubuhnya sakit tapi masih bisa ditahan.
" Ooom,,, ngapain sih ngagetin kaya gitu? "omel Rain sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Davian.
" Lah kamu sendiri ngapain malem-malem kemari? "ucap Davian sambil mengelus bahunya yang sakit.
Rain kemudian menyimpan penggorengan tadi ke tempatnya. Lalu ia membawa kotak makanan yang ibunya titipkan tadi.
" Nih, dari ibu! "ucap Rain sambil memberikan kotak makanan tadi ke arah Davian.
Davian mengerutkan keningnya, sebelum menerima kotak tersebut.
" Ini gratis ngga perlu bayar"ucap Rain jutek saat Davian masih belum menerimanya. Karena Davian lama ngga menerima akhirnya Rain menyimpannya di meja dengan kesal, kemudian ia melewati Davian. Namun saat akan berlalu Davian menarik tangan Rain.
"Hei tunggu! "ucap Davian sambil menarik Rain ke arahnya.
" Apaan sih, om? "gerutu Rain sambil menepis tangan besar Davian.
" Gue mau pulang. "lanjutnya sambil berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
Davian kemudian mengejar Rain, dan menghalangi langkahnya. Rain dengan kesal menghentakan kakinya.
" Mau apa sih, Om? Keburu malem nih mau pulang. "ucap Rain kesal.
" Aku mau bilang makasih, udah ayo aku anterin pulang,, eits satu lagi"ucap Davian sambil berbalik ke arah Rain, hingga membuatnya terpundur.
"Jangan panggil Om dong, aku kayanya seumuran sama abang kamu! "ucapnya kemudian berlalu keluar dan menyalakan motornya.
Rain yang mengikutinya dari belakang, mengunci dulu kedai, kemudian berdiri di samping motor Davian yang sudah menyala.
" Ayo naik, nungguin apa lagi! "ucap Davian sambil menoleh ke arah Rain.
" Udahlah, Om, ngga usah Rain pulang sendiri aja lah, deket ko! "tolak Rain kemudian hendak beranjak dari sana. Tapi Davian mennggenggam tangan Rain.
" Ayo naik! Panggil aku Abang atau Kakak, Mas juga boleh! "ucap Davian sambil menaikan satu alisnya.
" Dih,"jawab Rain kemudian menaiki motor Davian. Davian pun melajukan motornya dengan pelan, karena ia tahu rumah Bu Ratna deket dari sini.
"Cepetan ngapa si, mening gue jalan! "gerutu Rain saat merasa kesal laju motor yang hanya di 20km.
Davian hanya terkekeh mendengar ocehan gadis beberapa waktu lalu membuatnya tertarik.
Tak berapa lama mereka sampai di rumah Rain.
Dengan cepat Rain langsung turun dari motor dan hendak masuk rumah tanpa menoleh ke arah Davian apalagi mengucapkan terimakasih.
Namun sebelum Rain membuka pintu, Bu Ratna lebih dulu membuka pintu dan melihat ada Davian di sana.
"Eh, Davi sini masuk dulu! "ucap Bu Ratna saat melhat Davian masih duduk di motornya.
" Ngga usah, Bu, makasih, Davi cuma nganterin Rain doang kasian udah malem. "jawab Davian kemudian bersiap untuk membelokan motornya.
Sementara Rain langsung masuk ke dalam menuju kamarnya. Ia masih merasa kesal atas kejadian hari ini.
Bu Ratna masih mengobrol di luar, kemudian tak berapa lama, terdengar suara deru motor meninggalkan halaman rumah Rain.
Rain sedang merebahkan tubuhnya yang lelah dan kantuk mulai menyerangnya, sehingga akhirnya ia pun terlelap.
*******
Davian sudah bangun dari subuh, kemudian ia membereskan apa yang bisa ia kerjakan di kedai, dan membuka kedai.
Selama ini mana pernah ia bebenah, semua pekerjaan dilakukan oleh asisten rumah tangga, namun semenjak ia mengenal Rain dan Bu Ratna, entah mengapa ia ingin membantu mereka dengan tangannya sendiri.
Saat Davian sedang mengelap meja, tiba-tiba pintu kedai terbuka, nampak 2 orang wanita yang udh sebulan lebih jadi bagian dari dirinya.
"Pagi, Rain, Bu! "sapa Davian ramah.
" Pagi, Davi! "balas Bu Ratna, sementara Rain hanya menoleh sekilas tanpa menjawab sapaan Davian.
" Oya, Bu, Rain bakal balik lagi ke tempat PKL nanti sore, sekitar jam 4."ucap Rain sambil menghampiri sang ibu yang sedang meracik bumbu untuk masakan hari ini.
Davian yang mendengar itu, kemudian menghampiri Rain dan Bu Ratna.
"Biar abang anter ya, Dek! "ucapnya lembut.
Rain menatap jengah ke arah Davian, entah kenapa ia selalu merasa kesal tiap Davian mengajaknya bicara.
" Ngga usah, Om, gue bisa naik bis sendiri! "ucapnya ketus, yang langsung mendapat sikutan dari sang ibu.
" Kok, manggil, Om, lagi sih, aku ngga tua-tua amat kan, Bu? "ucap Davian pada Bu Ratna. Bu Ratna malah terkekeh geli, saat tau kalo Rain masih tetap memanggilnya om.
" Iya, Rain, Davi kayanya seumuran sama abang kamu. "jawab Bu Ratna sambil tetap terkekeh. Rain hanya melengos kesal dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Davian tetap mencoba mengganggu, atau menjaili Rain agar ia tak dicuekin sama gadis mungil itu.
Seperti sekarang saat Rain sedang mencuci beberapa alat masak bekas masakan tadi,Davian tiba-tiba menarik rambut Rain yang diikat, hingga membuat Rain menggeram kesal.
"Ngapain sih, Om, ngga bisa diem apa? "omel Rain sambil menatap sinis ke arah Davian yang terkekeh.
" Abis kamu manggilnya, om, mulu, masa ganteng gini dibilang om? "jawab Davian sambil terus memainkan rambut panjang Rain.
" Iiih,, iya, iya, abang diem dah! "pekik Rain sambil menggelengkan kepalanya agar tangan Davian lepas dari rambutnya.
Rain tampak kesal dengan muka cemberut.
" Nah, gitu dong, kalo manggil Om lagi aku ngga bakal berenti buat gangguin kamu. "ucap Davian kemudian menjawil hidung mancung Rain, yang membuat Rain menahan amarahnya,kalo saja tangannya sedang tidak penuh sabun ingin sekali dia mencakar wajah cowok tinggi yang sok kegantengan itu.
Davian mulai membantu Bu Ratna melayani pelanggan, setelah puas menjahili Rain.
Pelanggan Bu Ratna makin banyak semenjak ada Davian, bahkan anak muda seumuran Rain pun banyak yang beli ke kedai tersebut hanya untuk melihat cowok tinggi ganteng itu.
Mereka rata-rata ingin dilayani oleh Davian.
Kadang Davian mendengus kesal saat ada tante-tante yang ingin selfie sama dia, tapi dia ingat selogan pembeli adalah raja, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Rain baru saja selesai membereskan alat masak yang baru dicucinya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada notif wa yang masuk.
08xxxxx: hai cantik
Rain mengerutkan keningnya saat membaca pesan dari nomor baru.
"Sapa sih ngga penting! "ucapnya kemudian ia ikut membantu sang ibu dan Davian.
Bersambung....
Moga cepet up ya...
Semoga ga byk typo lagi...
Happy Reading....
Jaga kesehatan #dirumahsaja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
lah kok di ulang😑
2022-04-16
0
Aqiyu
perasaan ga rela kalo Rain sama Davi
menurut q masih ada yang aneh tiba-tiba Davi mau kerja di kedai sedangkan dia dikantor sebagai bos.
interaksi sama Rain aja jarang....
2021-09-03
1
Ina Kirana
ternyata Devian membawa hoki
2020-12-07
1