Pulang

"Kamu" ucap Davian saat melihat Renata berada di hadapannya.

Renata langsung menghambur ke pelukan Davian.

"Aku kangen, yank!" ucapnya sambil memeluk Davian erat. Davian hanya terdiam,kemudian ia pun melepaskan pelukan Renata.

"Tunggu!"ucapnya, lalu ia pergi ke dalam kedai dan mengambil kunci motornya.

Davian mengajak Renata pergi dari kedai Bu Ratna, ia melajukan motornya ke rumah Dio.

Setelah sampai di rumah Dio, Davian langsung masuk dan terlihat Dio sedang bersama seorang gadis.

"Dav, ngapain lo kemari? "tanya Dio kaget saat pintu rumahnya terbuka, gadis yang duduk di pangkuannya pun beringsut turun.

Davian tidak menjawab, ia hanya menunjuk ke arah belakang saat Renata mengikutinya. Dio pun mengangguk kemudian Davian berlalu ke kamarnya yang biasa ia tempati di rumah Dio.

Dio pun kembali ke aktivitasnya semula, walau gadis itu sempat merasa risih, tapi ia menjelaskan kalo hal itu sudah biasa dan tidak akan mengganggunya.

Sementara di kamar, Davian mulai mencumbui gadisnya, namun hasratnya saat ini tetap tidk bangkit walau ia sudah mencumbui Renata dengan liar.

"Shit!" umpatnya dalam hati. Saat ini entah kenapa fokusnya terbagi, padahal hal ini sudah lama ia inginkan.

Renata tampak cemberut saat Davian berhenti mencumbunya.

"Kamu kenapa sih?" tanya Renata dengan kesal. Davian hanya menghembuskan nafasnya kasar saat Renata menanyakan hal itu. Tanpa aba-aba Renata langsung menciumi Davian dengan liar, ia ingin membangkitkan hasrat lelakinya yang biasanya sangat mudah tergoda.

Tak lama kemudian, pusat inti Davian bereaksi saat Renata mulai menggerayangi setiap inci tubuhnya, bahkan mereka sudah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya. Bagaimanapun menahan, Davian tetap seorang lelaki dewasa yang membutuhkan hal itu.

****

Tak terasa waktu PKL Rain berakhir, besok adalah waktu untuk Rain pulang. Saat ini Rain dan Alfikoh sudah membereskan semua barangnya, mereka hendak pulang menggunakan bis pagi ini.

"Gue seneng banget, Koh, akhirnya kita bisa pulang, kangen sama ibu!" ucap Rain pada sahabatnya yang sibuk dengan tali tasnya yang melorot.

"Sama gue juga, Rain, gue kangen sama abang lo!"jawabnya sambil tertawa lepas.

"Sue."

Sekitar jam 10 pagi mereka akhirnya pulang setelah acara perpisahan dengan pihak hotel. Rain dan yang lainnya menggunakan bis yang sama. Mereka benar-benar menikmati perjalanan pulang mereka.

Saat di pertigaan tiba-tiba ada mobil oleng dari arah depan sehingga membuat bus yang ditumpangi Rain dan kawan-kawannya hilang kendali dan menabrak mobil lain di depannya.

"Braaaaak.... " suara tabrakan bus pun tak terelakan, bus terjungkal dan semua penumpang terluka termasuk Rain dan kawan-kawannya.

Semua yang ada di sana mengerubungi kecelakaan itu, polisi datang bersama dengan beberapa ambulance.

Di Kedai

Bu Ratna tampak gelisah, entah kenapa perasaannya tidak enak sejak tadi pagi, bahkan barusan gelas yang dipegangnya tiba-tiba jatuh.

Davian juga ijin katanya akan balik kampung dulu, sehingga membuat Bu Ratna mengatasi kecemasannya sendirian.

Saat ia melihat televisi, ada breaking news tentang kecelakaan hari ini. Ia begitu takut, akan keselamatan anak semata wayangnya. Terlihat jelas di layar televisi para medis membopong para korban, bahkan dari bis terlihat sangat banyak, sementara di mobil satunya lagi terlihat jelas sosok pria bertubuh tinggi kekar dengan darah menutupi wajahnya.

Saat Bu Ratna sedang fokus melihat televisi, ponselnya berbunyi nyaring.

"Halo,,,!" ucap Bu Ratna gugup. Saat mendengar penjelasan dari sebrang telpon, ia langsung terduduk lemas sambil menangis,membuat para tamunya melirik heran.

"Iya saya akan kesana sekarang!" ucap Bu Ratna mengakhiri telponnya.

Para tamu langganan yang memang sudah mengenal Bu Ratna dengan baik menghampiri pemilik kedai tersebut.

Bu Ratna pun menceritakan kejadian yang menimpa putri semata wayangnya, secara otomatis kedai langsung ditutup, dan ada beberapa pelanggan yang siap mengantar Bu Ratna ke tujuan.

Rain dan korban lainnya masih terbaring di ranjang rumah sakit. Ada beberapa dari mereka yang sudah sadar bahkan diperbolehkan pulang karena luka ringan. Rain masih tampak tak sadarkan diri, bahkan pria bertubuh tinggi di sampingnya pun sama.

Bu Ratna sampai ke Rumah Sakit dengan tergesa, ia juga sambil terus mengusap pipinya yang basah. Hingga akhirnya ia sampai di ruang IGD tempat Rain dan para korban lainnya dirawat.

"Raiiin..!" pekik Bu Ratna tertahan saat melihat anak gadisnya terbaring lemah dengan beberapa luka di dahi, tangan dan kakinya. Tak berapa lama Rain siuman setelah ada tangan hangat membelai kepalanya.

"Ibu..!" lirihnya. Bu Ratna langsung memeluk putri semata wayangnya.

"Mana yang sakit, Nak?" ucap Bu Ratna sambil melihat beberapa luka di tubuh anaknya. Rain hanya menggeleng pelan, kemudian ia bertanya tentang keberadaan Ikoh sahabatnya.

"Dia baik-baik saja Rain, sudah ada ibu dan ayahnya datang ke sini." jawab Bu Ratna.

Setelah mengurus semuanya, akhirnya Rain dipindahkan ke ruang rawat inap. Saat Rain dipindahkan, Bu Ratna sempat melihat ke arah ranjang di samping Rain yang di isi pria bertubuh tinggi, ia merasa kenal dengan sosok itu, tapi kemudian ia kembali fokus pada putrinya. Rain ditempatkan di ruang Cempaka 1.

Setelah Bu Ratna masuk ke ruangan Rain.

Di ruang IGD datang sepasang suami istri dengan tergesa.

"Mana anak mami, Pih?" ucap perempuan yang terlihat modis dan cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi. Sang suami mengelus punggung sang istri menenangkan kemudian ia menayakan pada perawat di sana.

Perawat tersebut kemudian menunjukan pria yang berbaring tepat bersebalahan dengan ranjang Rain tadi.

Dia masih belum sadarkan diri, banyak perban di tubuhnya, bahkan kepalanya juga terbungkus dengan perban.

"Davian..!" pekik Mami Sherly sambil memeluk tubuh kekar anak semata wayangnya.

Sang papi mengurus semuanya, dia meminta agar putranya ditempatkan di ruang VVIP Rumah Sakit ini.

Tak berapa lama, Davian pun dipindahkan ke ruang VVIP, untuk dirawat lebih intensif. Sang mami tetap menangis melihat putra semata wayangnya.

"Dav,, ini mami sayang!" lirih Mami Sherly sambil menggenggam tangan putranya.

"Tenang, Mi, Davi pasti sembuh, papi sudah meminta agar dokter spesialis di sini yang merawat anak kita." ucap Papi Rangga sambil memeluk bahu sang istri.

Sang mami menatap putra semata wayangnya yang tetap terlelap.

"Bangun sayang, ini mami!" ucap sang mami sekali lagi. Tapi tak disangka ada pergerakan dari tangan Davian,kemudian ia bergumam.

"Rain,, Rain,,,!"gumamnya pelan, yang membuat papi dan mami nya saling tatap.

"Rain?" ucap keduanya.

Bersambung....

Hai apa kabar semua semoga tetap sehat ya... Maaf agak lama up nya 2 hari kemaren author rehat dulu...

Semoga cepet up dan ga ada typo lagi...

Happy Reading

#dirumahsaja

Terpopuler

Comments

Fitri Nurhayati

Fitri Nurhayati

q ko GK ikhlas ea rain sama Davian... cos davian bekas

2022-03-21

1

Widi Nuhgraeni

Widi Nuhgraeni

jnagan biarkan Davian berbuat biadab lagi sama cewek Thorrr

2021-01-02

1

Ina Kirana

Ina Kirana

alfikoh lho Davi

2020-12-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!