Davian mengusap wajahnya gusar saat ia menceritakan pengalaman pertamanya dengan Diandra. Ia masih mengingat wajah gadisnya saat itu.
"Dia keaakitan, Yo!" ucapnya lirih.
Dio hanya mengangguk, ia tak sanggup berkomentar apapun tentang kisah masa lalu sahabatnya yang baru ia ketahui.
Jam dinding berdetak lebih kencang, karena hanya keheningan yang membentang diantara mereka saat ini. Hingga kantuk menghampiri keduanya. Mereka pun terlelap dan berkelana ke alam mimpi.
********
Pagi ini mami Sherly sudah berkutat di dapur bersama para asinten rumah tangganya. Walaupun di rumah ini ada banyak asisten rumah tangga tapi urusan masak memasak mami Sherly yang urus, mereka hanya membantu menyiapkan bahan makanan saja.
Dio dan Davian masih anteng dengan mimpi mereka. Hingga ketukan di pintu membuat keduanya terusik.
"Davi,,, Dio,,,, bangun nak udah siang kita sarapan bareng!" teriak mami Sherly sambil mengetuk pintu kamar Davian. Lama tak ada jawaban akhirnya ia pun menerobos masuk dan melihat sang putra masih bergelung dibalik selimutnya, sementara Dio terbaring di sofa besar di kamar itu. Keduanya tampak lelap.
Mami Sherly sebenarnya tidak tega, tapi mereka tetap harus sarapan, akhirnya ia pun membangunkan keduanya dengan menarik selimut mereka, dan menggoyangkan bahunya. Ternyata berhasil, keduanya terbangun dengan mengucek matanya yang perih.
"Ngapain sih, Mi? Davi masih ngantuk!" ucapnya serak sambil akan kembali berbaring, namun ditahan oleh mami Sherly.
"Ngga, ngga, ayo cepet mandi, kita sarapan bareng, kamu juga Dio, cepetan!" ucap sang mami saat melihat Dio akan kembali bebaring.
"Masih ngantuk tante!" ucap Dio serak.
Bukan mami Sherly kalo kalah dengan kedua pemuda di hadapannya. Dengan sigap ia merentangkan kedua tangannya dan mulai menjewer kedua kuping pemuda dihadapan.
"Aduuuh ampuun!!" teriak keduanya.
"Capetan mandi!" ucap sang mami tegas kemudian melepas jewerannya dan berlalu dari kamar sang putra.
Saat sang mami sudah ada di meja makan membereskan beberapa piring dan gelas, sang papi dateng sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang.
"Pagi sayang!!" ucapnya sambil mencium pelipis istrinya.
"Mana anak-anak?" lanjutnya saat melihat kursi masih kosong.
"Lagi pada mandi." jawabnya sambil menuang air putih ke gelas.
Sang papi melihat raut wajah istrinya yang sedikit kesal. Ia tau pasti banyak drama pas bangunin anak bujangnya.
"Ga abis jewer lagi kan mi? Mereka udah pada dewasa, Mi, masa dijewer mulu kaya anak sd." ucap sang papi kemudian duduk di kursinya.
"Ya abisnya disuruh bangun malah, mo tidur lagi!" balas sang mami. Tak lama kemudian suara langkah dari lantai atas terdengar.
Davian dan Dio tampak sudah segar, mereka kemudian menyapa kedua orangtuanya, Davi seperti biasa mencium pipi sang mami. Kemudian duduk di tempat biasa, Dio juga mengikuti Davian duduk di sampingnya.
Akhirnya mereka sarapan bersama tanpa ada obrolan apapun, hanya suara denting sendok dan piring yang beradu.
"Oya hari ini, Davi diem aja di rumah ga boleh ke kantor dulu, kamu Dio anterin tante ke Bu Ratna itu ya!" ucap sang mami saat menyelesaikan sarapannya.
Belum sempat Davian dan Dio menjawab, tiba-tiba suara dering ponsel papi Rangga berbunyi, kemudian beliau pun mengangkatnya dan berbicara serius dengan orang di sebrang.
"Mi, hari ini mami mesti ikut papi ada acara dadakan di kantor, mami harus hadir." ucap sang papi kemudian beranjak dan tak lupa mengusap kepala putranya.
"Baik-baik di rumah ya, Dav!" ucapnya.
"Iya dengerin kata papi, awas kalo pergi-pergi lagi, awasin dia ya, Yo!" lanjut sang mami kemudian beranjak ke kamarnya untuk berganti baju.
"Siap tante!" jawab Dio dengan tangan seperti memberi hormat.
Davian hanya berdecak, lalu ia pun berlalu ke ruang keluarga. Dio pun langsung mengikuti sahabatnya dari belakang. Sementara meja makan dibereskan oleh asisten rumah tangganya.
Davian dan Dio duduk di sofa sambil menyalakan televisi. Mereka masih sama-sama terdiam dan fokus pada layar televisi.
"Dih bosen gini, ngapain kek, Dav?" ucap Dio membuka percakapan. Davian menoleh sekilas kemudian kembali ke layar besar di hadapannya.
Dio kemudian berdiri dan meregangkan ototnya yang kaku.
"Kemana lo?" tanya Davian datar sambil melihat ke arah sahabatnya.
"Kesel gue kita jalan yuk! Ya sekitaran rumah lo aja lah, mumpung papi mami lo udah pergi." ajak Dio sambil melangkahkan kakinya keluar rumah. Davian pun kemudian mematikan televisi dan mengikuti Dio.
****
Di Kedai
Tampak Bu Ratna dan Rain sedang melayani para pelanggan. Rain hari ini ngga masuk sekolah, ia izin. Entah kenapa sejak kejadian si om itu dia jadi merasa khawatir terhadap keadaan sang ibu.
"Rain, tolong kamu belikan bahan ini, sudah banyak yang abis!" ucap sang ibu sambil memberikan list belanjaan yang harus Rain beli.
"Bahan-bahan ini mesti belanja di minimarket yang agak jauh itu ya, Bu?" tanya Rain sambil mengabsen beberapa bahan yang ada di list.
"Iya sayang ga papa kan?" ucap Bu Ratna sambil memberikan beberapa uang ratusan ribu. Rain memeluk sang ibu kemudian menggelengkan kepalanya, "ga papa, Bu, kan udah biasa juga," ucapnya.
Rain pun bergegas pergi menggunakan ojek di sekitaran kedai, karena ia pikir lebih cepat dan efisien, apalagi jaraknya lumayan jauh.
"Bang, entar tungguin ya, biar Rain ga usah susah-susah nyari ojek lagi." ucap Rain saat menaiki ojek tersebut.
"Siap neng!" ucap Bang Ojek bernama Samidi itu.
Sekitar 20 menit menggunakan ojek, akhirnya mereka sampai pada tempat yang dituju. Bang Samidi menunggu di parkiran sementara Rain masuk ke minimarket tersebut. Ia mulai mendorong troli dan membawa bahan-bahan yang ada di list.
Tinggal beberapa bahan lagi, namun bahan itu terletak di rak paling atas, hingga membuat Rain kesulitan untuk mengambilnya.
"Aduuh, gimana nih, pelayannya lagi pada sibuk membereskan barang!" gumam Rain sambil terus mencoba melompat untuk meraih barang yang ia butuhkan. Namun nihil tetap saja loncatannya tak sampai. Hingga sebuah tangan mengambil barang tersebut.
"Om!" pekik Rain tertahan saat tahu yang mengambil barang itu Davian.
"Ck,, om lagi sudah saya bilang, saya bukan om kamu!" ucapnya sambil berdecak namun barang yang Rain butuhkan ia simpan di troli.
Rain nampak salah tingkah, kemudian meminta maaf. Namun ia masih berdiri disana karena sebenarnya barang yang ia butuhkan lebih dari satu.
"Emm,, saya butuh beberapa buah lagi_" ucap Rain tak melanjutkan panggilannya. Davian pun membantu gadis mungil itu dengan membawakan beberapa barang yang dibutuhkan Rain, yang semuanya berada di rak paling atas.
Setelah selesai Rain mengucapkan terimakasih, kemudian berlalu ke kasir. Sementara Davian masih berdiri di tempat semula dengan memandang gadis mungil itu meninggalkannya.
"Lucu sih, tapi masa iya gue suka sama bocah?" gumamnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Davian pun pergi ke tempat minuman, ia sebenarnya akan membeli minuman untuk dirinya dan Dio, tapi saat masuk ia melihat seorang gadis melompat-lompat hendak meraih sesuatu di rak paling atas.
Davian sempat tertegun dan terus memperhatikan gadis itu, hingga ia merasa puas, apalagi saat melihat raut wajah gadis itu yang tampak putus asa, memang semua pegawai sedang sibuk membereskan beberapa barang yang baru masuk.
Setelah mengambil minuman yang ia mau, Davian pun bergegas ke kasir, masih tampak gadis itu di depan kasir, belanjaannya yang banyak membuat ia menunggu cukup lama. Kemudian Davian dengan sengaja memasukkan minuman yang ia beli ke belanjaan Rain untuk dihitung.
Rain sempat menoleh sesaat, namun kemudian ia membayar semuanya termasuk minuman Davian.
Belanjaan yang banyak membuat Rain kesusahan saat membawanya ke luar, dengan senang hati, Davian membantu membawakan barang Rain sampai tempat parkiran, bang Samidi sudah menunggunya di sana.
"Nih, uang buat ganti bayar minuman tadi!" ucap Davian datar sambil menyodorkan uang seratus ribuan.
Rain merentangkan kedua tangannya sambil menggelengkan kepalanya kuat.
"Ngga usah, aku mau berterima kasih karena udah dibantuin sama Om, eh_" ucap Rain kemudian melipat bibirnya karena lupa memanggilnya om.
Davian mendekatkan tubuhnya ke arah Rain kemudian berbisik.
"Kayanya kamu sering lupa ya,, lebih baik kamu panggil saya, Mas, daripada jadi ponakan mendingan jadi calon istri aja deh." bisiknya yang membuat Rain membulatkan kedua matanya.
"Apaan si, ngga jelas." gerutu Rain kemudian berbalik dan menghampiri bang Samidi.
"Ayo cepetan, Bang, jalan!" ucap Rain saat sudah duduk di jok belakang.
"Makasih ya minumannya!" teriak Davian sambil terkekeh.
Rain berlalu begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Davian.
Sementara Dio menunggu di kursi taman dekat minimarket tersebut, bahkan sesekali menggoda cewe yang melewatinya.
Bersambung....
Happy Reading 😘😘
Selamat menjalankan ibadah puasa yang pertama ya, semoga selalu sehat.
Tapi jan lupa juga like, komen, sm. Votenya ya😂😂😂
Makasih yang udah selalu nunggu cerita ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Mien Mey
an** jay s rain dikasih cwo bekas nyuntiik sana sini...
2020-12-21
2
Ina Kirana
kesel
2020-12-07
0
Wǃϱϑyä
Apa susah nya blng kakak abang ke
Orang gak mau di panggil om
2020-12-01
1