"Mana yang namanya Rain?" tanya seorang pria tinggi dengan jas tersampir di lengan kokohnya.
Rain dan keluarganya menoleh ke arah sumber suara. Bu Ratna yang pertama menghampiri pria itu yang tak lain adalah Davian.
"Ada apa, Davi?" tanya Bu Ratna ramah. Namun Davian malah mengerutkan keningnya heran.
"Ibu kok tahu nama saya?" tanyanya dengan sikap dingin.
Sekarang giliran Bu Ratna yang mengerutkan keningnya.
"Kamu beneran ngga inget sama ibu?" tanya Bu Ratna meyakinkan.
Davian hanya menggeleng kepalanya mengiyakan pertanyaan pertanyaan wanita paruh baya di depannya.
Bu Ratna tampak menghela nafasnya berat. Kemudian mempersilahkan Davian duduk di kursi kosong dekat dengan meja kasir.
Bu Ratna kembali bertanya pada Davian, sambil duduk di hadapannya, sementara Rain, Ikoh, dan mba Hana tetap duduk di meja mereka sambil memperhatikan Ibu dan Davian.
"3 bulan lalu kamu maksa mau kerja di sini, selama Rain PKL. Kamu bahkan membantu pekerjaan ibu dengan baik, walau awalnya banyak sekali barang yang pecah, tapi kamu berusaha dengan baik." jelas wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik di usianya.
Davian terlihat berusaha mengingat apa yang dikatakan Bu Ratna, sampai ia memegang kepalanya, tapi nihil semuanya terjawab. Sampai Bu Ratna juga menjelaskan tentang putrinya yang memanggilnya "Om".
"Kamu bahkan selalu meminta agar Rain memanggil kamu abang!" lanjutnya.
Davian sekarang mencengkram rambutnya, kemudian ia terlihat kesakitan saat mendengar lanjutan cerita Bu Ratna tentang putrinya.
"Aaaaarrgh...!" erangnya kemudian ia terjatuh dari kursi dan tak sadarkan diri.
Semua yang ada di kedai tampak panik, untung ada beberapa pelanggan pria yang mau membantu membopong tubuh besar Davian ke kamar yang ada di oedai tersebut.
"Aduh, Bu, gimana ini kita mesti menghubungi siapa?" tanya Rain panik saat melihat keadaan Davian. Sang ibu hanya menggeleng, ia juga sama bingungnya dengan sang putri.
Namun, tiba-tiba Ikoh menghubungi seseorang dan memberitahukan keadaan Davian.
"Eh, lo ngehubungi siapa sih? Gimana kalo mereka nyalahin ibu?" tanya Rain tampak lebih panik dari sebelumnya.
"Slow dong lo, gue cuma ngehubungi asisten pribadinya, yang tadi pagi ngobrol ma gue." jelas Ikoh sambil merangkul bahu sahabatnya.
Bersamaan itu denting pintu berbunyi menandakan ada orang masuk. Dia terlihat tergesa-gesa kemudian menghampiri Rain dan Ikoh.
"Dimana Davian?" tanyanya dengan khawatir. Rain dan Ikoh kemudian mengajak pria tersebut ke kamar kedai.
Terlihat Bu Ratna sedang duduk disamping ranjang, Davian terlelap di sana. Bu Ratna langsung menghampiri Dio, asisten Davian, ia pun menceritakan kejadian sebelum Davian pingsan.
Dio hanya mengangguk dan mengusap punggung Bu Ratna untuk menenangkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Akhirnya Dio pun izin untuk membawa Davian ke rumah sakit, ia dibantu oleh beberapa pelanggan yang masih ada di kedai untuk mengangkat tubuh Davian ke mobilnya.
Setelah Davian dibaringkan di jok belakang mobil, akhirnya Dio pun pamit dan berlalu meninggalkan kedai.
"Ngapain sih lo, pake ke kedai sendirian, Dav?" ucap Dio berbicara sendiri, tampak raut khawatir di wajahnya.
Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di rumah sakit, Davian langsung dibawa ke ruang IGD dengan brangkar. Dio menunggu di luar sambil mondar-mandir dengan ponsel di tangannya. Ia bingung apa harus menghubungi orang tua Davian atau tidak, sampai akhirnya ia putuskan untuk menghubungi om Rangga.
Dio masih menunggu di luar sampai Om Rangga dan Tante Sherly datang dengan sedikit berlari.
"Gimana Davi, Yo?" tanya tante Sherly khawatir, ia terlihat sedikit berantakan karena tadi sebelum ke rumah sakit, tante Sherly sedang memasak di rumahnya.
"Dokter masih memeriksanya, tante!" jawab Dio.
"Dasar bandel udah dibilangin jangan kerja dulu, malah kekeh jadi kaya gini kan, Pi!" omel tante Sherly pada sang suami.
Om Rangga hanya mengelus punggung sang istri, karena ia tahu kalo ia menjawab omelannya akan tambah panjang.
Dokter pun keluar dan memberitahu kalo Davian sudah siuman, dan untuk menjaga kesehatannya agar ia tidak terlalu dipaksa untuk berfikir keras mengingat sesuatu. Karena efeknya kepalanya akan terasa sakit dan mengakibatkan hilang kesadaran seperti hari ini.
Orangtua Davi mengangguk dan berterimakasih pada dokter, kemudian mereka bergega masuk untuk menemui putranya. Tampak Davian sedang berusaha duduk dan bersandar pada kepala ranjang, sang mami langsung menghampiri putranya dan menjewer kuping Davian dengan gemas.
"Aduuuuh, ampuun mi!" teriak Davian sambil memegang tangan maminya yang anteng bertengger di kupingnya.
"Udah mami bilangin jangan dulu kerja, jadi kaya gini kan!" omelnya kemudian melepas jewerannya.
"Udah, mi, malu diliatin!" bisik papi Rangga.
"Abis anak kamu tuh ngeselin, selalu aja bikin khawatir!" gerutunya.
Sang papi hanya mengangguk, sementara Dio berusaha menahan tawanya agar tidak meledak, karena yang ia tahu sosok Davian itu disegani banyak orang, bahkan mereka takut untuk berhadapan langsung dengannya. Sementara sekarang di hadapannya sang mami dengan leluasa menjewer dan mengomelinya.
"Iya, iya mami maafin, Davi!" ucap Davian sambil mengelus kupingnya. Dia juga menyorot tajam pada Dio saar melihat sahabatnya itu berusaha menahan tawa.
"Pokonya mulai besok kamu ngga boleh kerja dulu, biar Dio yang urus, iya kan?" ucap mami Sherly sambil melihat ke arah Dio meminta persetujuan. Dio pun mengangguk mengiyakan.
Setelah mendapat resep obat, akhirnya mereka diperbolehkan pulang, Dio yang menebus obat untuk Davian, sementara pria tinggi itu pulang bersama orangtuanya.
Dio mengikuti mobil Om Rangga dari belakang. Dia diminta untuk menjelaskan semuanya di rumah.
Akhirnya mereka sampai di rumah Davi. Semua bergegas masuk termasuk Dio.
Mereka semua duduk di sofa, Davi sendiri memilih berbaring di sofa besar, karena kepalanya masih sedikit agak pusing.
Mami Sherly sedang mengintrogasi Dio dengan beberapa pertanyaan. Sementara sang papi hanya diam mendengar semua penjelasan Dio.
Mereka sempat terperanjat saat mendengar nama Bu Ratna. Namun ternyata Dio maupun Davian tak menyadari itu.
"Oke kalo gitu kamu besok anter tante ke sana ya, Yo!" ucap mami Sherly mengakhiri introgasinya.
"Dan kamu, anak bandel papi, istirahat di rumah ngga boleh kemana-mana!" lanjutnya sambil menatap tajam ke arah Davian.
"Dih, mami kalo Davi bandel aja dibilang anak papi!" gerutu Papi Rangga.
"Ya emang bandel nya pasti nurun dari kamu, Pi!" jawab Mami Sherly.
Davi dan Dio hanya terkekeh melihat perdebatan sepasang suami istri di hadapannya, yang tetap terlihat romantis di mata mereka, walau usia mereka sudab tidak muda lagi.
Kemudian Davian beranjak dari berbaringnya, dan akan melangkah meninggalkan mereka.
"Anterin gue ke kamar, Yo!" ucapnya. Kemudian Dio pun beranjak dan memapah Davi. Saat mereka baru melanhkah, tiba-tiba mami Sherly berteriak.
"Mau kemana kalian?" ucapnya sambil menoleh ke arah 2 pria di depannya.
"Mau ke kamar, mi, katanya suruh istirahat, udah mami lanjutin aja mesra-mesraan ama papi!" jawab Davian kemudian berlalu.
"Hah!"
Bersambung.....
Happy Reading....
Semoga cepet up dan ga ada typo ya...
Makasih buat selalu like, komen sama vote novel ini
Aku padamu dah.. 😘 😘 😘 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ina Kirana
Ratna pasti masih bingung
2020-12-07
0
@aku
next
2020-12-01
1
Nur saja😉
ketemu sama calon besan
2020-11-27
1