"Bu, seminggu lagi Rain PKL, terus yang bantuin ibu siapa?" tanya saat ia membereskan pakaiannya ke dalam lemari.
Sang ibu yang sedang fokus menonton televisi, menoleh lalu tersenyum.
"Kamu tenang aja besok abang kamu bakal dateng ke sini, dia katanya mau tinggal di sini. "jawab sang ibu lalu kembali menonton televisi.
Rain tampak senang karena abang sepupunya ini sangat dekat dengannya, dan Rain selalu dimanjakan.
" Bang Refal, bu? "tanya Rain antusias lalu duduk di samping sang ibu. Bu Ratna mengangguk dan mengelus rambut rang putri.
" Kangen aku sama abang, bu, udah lama kan dia ngga ke sini. "lanjut Rain sambil memeluk sang ibu.
" Kamu jangan nyusahin abang kamu ya! "nasihat Bu Ratna, karena ia tahu betapa manjanya sang putri pada abang sepupunya itu. Bahkan dulu Refal sempat ngumpet di atas genteng, karena diajak Rain untuk main boneka, maen lompat tali, sampai Refal benar-benar kewalahan.
Refal adalah anak semata wayang dari kakaknya Bu Ratna. Karena anak tunggal ia merasa senang saat Rain lahir, bahkan Refal sudah menganggap Rain seperti adik kandungnya sendiri. Sehingga apa yang diinginkan Rain selalu ia penuhi.
Namun semenjak ayah Rain meninggal, dan keluarga Refal juga harus pindah karena tugas sang ayah. Refal jadi jarang bertemu dengan Rain. Refal mendapat panggilan kerja di kota Rain, bahkan kantornya juga tak jauh dari kedai Bu Ratna.
"Udah sekarang kamu tidur gih! Besok kan harus sekolah. "ucap sang ibu sambil mendorong bahu anaknya menuju kamar.
" Iya deh bu, ibu juga istirahat jangan tidur malem-malem! "ucap Rain sambil mencium kedua pipi sang ibu, lalu ia pun masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang lelah.
Keesokan pagi
Seperti biasa Rain dan Bu Ratna sudah berangkat ke kedai setelah subuh. Rain dan Bu Ratna sudah melakukan kegiatan rutin mereka di sana, sampai waktu untuk pergi sekolah Rain tiba, ia pun pamit berangkat ke sekolah.
"Bu, Rain berangkat dulu ya, ibu hati-hati di sini, oya abang bakal jam berapa ke sini? "tanya Rain sampai suara pintu kedai terbuka dengan seorang pemuda tinggi tegap memakai ransel datang menyapa mereka.
" Pagii,,, Rain Ibu! "ucap suara bariton yang Rain rindukan.
" Abaaaang...! "teriak Rain sambil menghambur ke pelukan sang abang.
" Udah gede ya adeknya abang, sekarang! "ucap Refal sambil memeluk erat Rain.
Kemudian melepaskan pelukannya dan mencium tangan Bu Ratna.
" Ibu apa kabar? "tanyanya sambil terus memeluk Bu Ratna seperti ibu kandungnya sendiri.
" Ibu baik, Fal, kamu sekarang udah dewasa ya, ganteng kaya ayah kamu! "ucap Bu Ratna sambil mengelus rambut putranya.
Rain yang terlalu senang kedatangan sang abang hingga ia lupa kalo sekarang udah siang.
" Astagfirullah, bu, Rain telat, Rain berangkat dulu ya! "teriak Rain kemudian mengucap salam dan berlari menuju ke sekolahnya.
Saat berlari tanpa memperhatikan jalan, tiba-tiba.
" Bruuuuk..! "
" Aaaaaw...! "pekik Rain karena ia terjatuh menabrak seseorang. Rain tak melihat ke arah orang yang ditabraknya, ia hanya melihat sekilas orang tersebut tinggi tegap dan memakai setelan Jas hitam.
" Maaf, Pa saya buru-buru! "ucap Rain saat berhasil berdiri,kemudian ia membungkukan badannya dan kembali berlari.
Orang tersebut hanya bergeming tanpa menjawab permintaan maaf Rain. Ia menatap terus ke arah Rain berlari sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia.
" Ngapain lo, Dav? "ucap Dio sambil menatap ke arah yang Davian lihat, tapi nihil tidak ada apa-apa di sana. Kemudian Dio pun merangkul Davian dan mengajaknya ke Kedai Bu Ratna untuk sarapan.
" Katanya lo mau ketemu cecan anaknya punya kedai! "lanjut Dio sambil berjalan menuju kedai.
Davian hanya menatap jengah pada Dio kemudian berucap.
" Udah ketemu gue, tadi dia nabrak gue, tapi heran kok dia ga ngenalin gue ya? "ucapnya sambil menggaruk pangkal hidungnya.
Dio yang mendengar pernyataan Davian langsung terbahak.
" Sumpah lo, seorang Davian dicuekin cewek, bocah pula! "ledek Dio sambil terus terkekeh.
" Berisik lo, gue udah ga nafsu balik lah! "jawab Davian sambil berbalik arah.
" Jangan dong gue udah laper, Dav, lagian tinggal berapa langkah doang lu! "omel Dio,kemudian mendorong Davi yang seolah malas untuk pergi.
Ketika mereka masuk ke kedai tampak Bu Ratna dan seorang pria bertubuh tinggi di sebelahnya sedang membantu.
" Siapa cowo itu? "tanya Davian saat mereka duduk di sebuah meja.
Dio hanya mengangkat bahunya dan menunggu pesanan. Davian memutar bola matanya jengah.
Tak berapa lama pesanan mereka datang, yang mengantar cowok tinggi tadi.
" Selamat menikmati, Pak! "ujarnya ramah, kemudian berlalu.
Davian hanya menatap makanan di depannya tanpa bernafsu untuk memakannya. Ia hanya mengaduk-ngaduk makanannya sampai dering ponsel mengalihkannya.
Davian mengangkat telpon dari seseorang, kemudian dia beranjak dari duduknya dan hendak meninggalkan kedai tersebut.
"Gue duluan ada urusan! "ucapnya dingin dan bergegas ke kasir untuk membayar sarapannya.
Walau seorang Davian sangat dingin, tapi kepada orang tua ia selalu hormat.
" Maaf bu meja no 9 jadi berapa? "ucapnya pada Bu Ratna. Bu Ratna pun menyebutkan berapa yang harus dibayar, namun saat ia akan memberikan kembaliannya, Davian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kemudian berlalu.
" Ko pemuda itu mengingatkan aku pada seseorang tapi siapa ya? "gumamnya sambil memasukan kembali uang kembalian tadi ke dalam laci.
Refal yang baru datang setelah mengantar pesanan, melihat ke arah Bu Ratna.
" Kenapa, Bu? "tanya Refal.
" Eh,, ngga apa-apa kamu udah sarapan belum? "ucap Bu Ratna mengalihkan.
Refal menggelengkan kepalanya.
" Ya udah sana sarapan dulu mumpung lagi sepi,maaf ya kamu baru dateng malah langsung bantuin ibu! "ucap Bu Ratna sambil mengusap bahu Refal.
Di Sekolah
Rain sedang fokus belajar di kelas, nafasnya terlihat masih ngos-ngosan.
" Lo tumben ampe telat, Rain? "bisik Ikoh.
" Abang gue dateng, Koh!"jawab Rain berbisik juga. Ikoh terlihat mengerutkan keningnya, ia baru tahu kalo sahabatnya mempunyai seorang abang.
"Abang? "tanya Ikoh. Rain hanya mengangguk kemudian kembali fokus. Jam pelajaran hari ini cukup penuh, hingga membuat Rain dan Ikoh lelah.
Jam istirahat mereka sudah duduk di kantin, dengan kepala mereka bersandar di meja.
" Lelah banget gue hari ini, Koh! "ucap Rain malas.
" Sama. "
Tak berapa lama pesanan mereka datang. Kemudian mereka melahap makanan mereka hingga pertanyaan Ikoh membuat Rain menghentikan suapannya.
" Rain, katanya lo mau cerita tentang Kak Reza? "tanya Ikoh disela makannya. Rain menyimpan sendok ke mangkok baksonya kemudian, ia menarik nafas dalam.
" Dia masih sayang sama gue, Koh, tapi mamahnya ngga suka sama gue, bahkan Kak Reza langsung dijodohkan dengan Kak Rena karena orang tua mereka bersahabat. "jelas Rain dengan sendu.
" Gue juga nyadar siapa gue, walau gue masih sayang sama dia, tapi dia pasti lebih milih mamanya, Koh! "lanjutnya.
Ikoh langsung pindah duduk ke samping Rain kemudian memeluk sahabatnya.
" Sabar, Rain gue ngerti apa yang lo rasain, gue berdoa semoga lo dapat jodoh terbaik di hidup lo! "ucap Iko memberi semangat.
Rain mengangguk dan mengusap air matanya yang entah kapan sudah mengalir ke pipinya. Rain sebenernya nerima aja saat diputusin Kak Reza, namun yang ia ngenes tuh, tiap hari harus ketemu dan Kak Reza selalu bersama Kak Rena.
Saat mereka kembali memakan bakso yang tinggal sedikit, Rain dan Ikoh dikejutkan oleh beberapa cowok yang menghampiri mejanya.
"Hai cantik! "ucap cowok putih, dengan pakaian berantakan ngga rapih. Rain dan Ikoh saling pandang, kemudia beranjak hendak meninggalkan kantin. Namun saat mereka akan melewati mereka, tangan Rain dan Ikoh tiba-tiba dicekal oleh cowo itu.
" Mau kemana cantik, temenin aku lah disini! "ucapnya yang membuat Rain dan Ikoh jengkel.
" Lepasin gue! "bentak Rain sambil menepiskan tangan cowok itu kasar. Ikoh jugq berlaku sama.
Saat cowok itu mendekat hingga Rain dan Ikoh terpundur tiba-tiba Kak Reza datang dan menghadang cowok di hadapannya.
" Kalo berani jangan sama cewek lo! "bentak Kak Reza.
" Wiiis.. Ada pahlawan kesiangan! "ledek cowok itu yang diteriaki oleh 3 orang temannya.
Rain yang sudah merasakan firasat buruk menarik tangan Kak Reza untuk menjauh dan tidak berurusan dengan mereka.
" Udah, Kak, antepin aja, ayo kita ke kelas aja! "ajak Rain walau Kak Reza masih bergeming. Rain terpaksa menarik Kak Reza dibantu oleh Ikoh.
Akhirnya mereka sampai di kelas Rain. Kak Reza terlihat memandangi Rain dengan penuh cinta, tapi Rain mengalihkan pandangannya. Ia takut tidak bisa melepaskan Kak Reza orang yang ia cintai.
"Makasih, Kak! "ucap Rain lirih,kemudian ia masuk ke kelas, namun tangannya ditarik Kak Reza.
" Rain,, I LOVE U! "bisiknya pada telinga Rain, yang membuat Rain merona. Setelah itu Kak Reza pergi. Rain masih mematung saat Kak Reza sudah menghilang dari pandangan.
" Rain! "panggil Ikoh.
" Yah"
"Lo baik-baik aja, kan? Muka lo ampe merah gitu! "ucap Ikoh khawatir.
" Emm,, ngga apa-apa gue baik-baik aja, Koh. "jawab Rain sambil memegang pipinya yang terasa panas kemudian beranjak dan duduk di bangkunya.
" Koh,,,! "panggil Rain saat Ikoh sudah duduk di sampingnya.
" Hm"
"Gimana gue bisa move on kalo dia bersikap terus kaya gitu ke gue? "ucap Rain pelan.
" Maksud lo? "
" Kak Reza bilang I love u ke gue! "bisik Rain.
" Yaaah pantes muka lo merah gitu! "ucap Ikoh sambil terkekeh.
Sekitar jam 2 siang mereka akhirnya pulang.
Rain dan Ikoh berjalan pulang sambil terus bercanda.
" Rain kenalin gue sama abang lo ya, gue ampe lupa nanya gara-gara ada cerita Kak Reza. "ucap Ikoh sambil terus berjalan.
" Iya, ntar gue kenalin bawel amad sih lu! "jawab Rain santai.
Tak berapa lama mereka sampai di kedai, terlihat suasana kedai masih agak rame. Bu Ratna dan Refal sedang duduk di dekat meja kasir.
" Assalamualaikum, Bu, Abang! "ucap Rain sambil masuk bersama Ikoh.
" Astagfirullah, ganteng banget abang lo, Rain! "bisik Ikoh sambil menarik lengan sahabatnya.
Rain menyalami Ibu dan abangnya, diikuti oleh Ikoh.
" Kenalin, Bang, sahabat Rain, Alfikoh Janita! "ucap Rain saat Ikoh terus menyikut lengannya. Ikoh langsung menjulurkan tangannya, yang disambut ramah oleh bang Refal.
" Refal"ucapnya sambil tersenyum ramah.
Ikoh hampir loncat-loncat kegirangan, namun ia tahan. Setelah itu mereka makan siang dulu, lalu berbincang dengan Bang Refal dan Bu Ratna.
Kegiatan mereka terhenti saat pintu kedai terbuka.
"Rain kamu ngga apa-apa kan? "ucap suara bariton itu.
Semua menoleh ke sumber suara.
Bersambung.....
Moga up nya cepet ya... 😘
Makasih sama netizen julid yang udah koreksi cerita aku...
Selain like, komen, bintang, dan vote, saran dan kritik juga aku tunggu...
Happy Reading 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aqiyu
pemerannya kenbanyakan hurup depannya "R" dan "D"
2021-09-03
0
Hasanah Ana
seru
2021-05-02
0
Nova.sw7
sorry sorry...
akunya baru ngeh..klok ikoh tu cewek😂😂🤦🤦
2020-12-21
1