3 bulan berlalu setelah Kak Reza datang ke kampus Rain, yang membuat jantung gadis itu berantakan.
Kak Reza makin gencar mendekati gadis mungil itu. Sehingga membuat mereka kembali dekat. Rain sering diantar jemput saat pergi ke kampus.
Kak Reza juga pernah bilang bahwa hubungannya dengan Kak Rena sudah berakhir cukup lama. Hal itu membuat Rain kembali membuka hatinya.
Siang ini seperti biasa Rain harus mengantarkan makan siang untuk Davian. Rain tampak bersemangat siang ini bukan karena akan bertemu Davian, tapi nanti sore Kak Reza akan mengajaknya jalan.
"Bu, Rain pergi dulu!" sambil membawa tas bekal untuk Davian,ia berangkat dengan begitu riang, yang membuat yang ibu heran.
"Tumben biasanya kalo nganterin makan siang buat Davi mukanya ditekuk."gumam Bu Ratna sambil kembali mengecek pembukuan di meja kasir. Semenjak ada karyawan Bu Ratna hanya bertugas di kasir, selebihnya karyawan dan Rain yang mengerjakan.
Di Kantor Brata
Terlihat Rain berjalan menuju kantor Davian dengan senyuman ramah terukir di bibir mungilnya. Saat ia sampai di depan pintu ruangan Davian. Mba Lena menyapanya dengan riang.
"Ciee dapet apa nih, tumben seneng banget keliatannya?" godanya sambil menghampiri gadis dengan rambut yang dibiarkan tergerai.
"Apaan si, Mba? Aku biasa aja." bantah Rain sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Ya udah deh, kalo ngga mau cerita, cepetan sana masuk, keburu bos ngomel!" ucapnya sambil mendorong tubuh gadis di depannya.
Rain pun mengangguk dan berjalan beberapa langkah untuk membuka pintu Davian, ia tak perlu mengetuk pintu lagi karena Davian yang minta.
"Om ni makan siangnya!" ucap Rain sambil menyimpannya di meja. Rain masih kekeh aja manggil Davian dengan sebutan Om, padahal ia sudah beberapa kali diperingatkan.
"Iya simpen aja di situ!" jawab Davian datar, sambil tetap fokus ke laptopnya.
"Tumben ngga ngambek gue panggil Om? Ah bodo amad lah bagus juga gue bisa langsung pulang." gumamnya kemudian beranjak menuju pintu.
"Mau kemana? Duduk!" ucap Davian tegas dan dingin tapi pandangannya masih mengarah ke laptopnya.
Hal itu membuat Rain mematung, ia heran dengan sikap Davian hari ini, padahal moodnya lagi bagus, tapi berantakan gara-gara Om rese di depannya. Tanpa membantah Rain kembali duduk di sofa yang ada di sudut.
Ia duduk sambil menjalin jari jemari tangannya, entah kenapa aura ruangan Davian serasa mencekam hari ini.
"Om, emm, mau ngapain si, aku pulang aja lah!" ucap Rain memberanikan diri saat tidak ada percakapan diantara mereka.
Davian menoleh sekilas kemudian menatap tajam ke arah Rain tanpa berkata apa pun. Hal itu membuat Rain makin menciut untuk berkata lagi.
"Kenapa si, tuh om-om nyeremin banget hari ini?" gumamnya sambil menundukan kepalanya dalam, yang sialnya ia ga pernah bawa ponsel saat mengantar makan siang untuk Davian, karena ia pikir setelah mengantar langsung balik lagi.
Namun saat ia menengadahkan wajahnya, sosok Om itu sudah tidak ada di tempatnya, yang membuat Rain makin bingung. "Kemana tuh orang?" pikiranya mulai kemana - mana, "atau jangan-jangan yang tadi itu_" pikirannya terhenti saat sebuah tangan memegang bahunya.
"Aaaaaa,,,, hantuuuu!" teriaknya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia merasa kesulitan untuk berdiri, kakinya lemas, tubuhnya sedikit bergetar.
"Hei,,, hei,,, bocah, ini aku Davian!" pekik Davian saat melihat gadis di hadapannya bergetar ketakutan, dia sempat kaget saat melihat gadis mungil itu berteriak hantu.
Rain berusaha mengembalikan fokusnya dan menghilangkan rasa takutnya saat Davian mengguncang bahunya dan berkata kalo ia dirinya. Gadis cantik itu perlahan membuka telapak tangannya yang berada di wajahnya.
Davian menghela nafas, kemudian mentap intens ke arah gadis yang terlihat menggemaskan saat ketakutan seperti itu.
"See, ini aku Davian bukan hantu!" ucapnya sambil menunjuk ke arah wajahnya sendiri. Rain mengedipkan matanya berkali-kali yang membuat bulu mata lentiknya terlihat lebih jelas.
"Maaf, Om, abis tadi dingin banget, terus pas aku liat, om udah ngga ada." jelas Rain sambil sedikit beringsut menjauh dari Davian.
"Dih, kamu beneran ngga bisa manggip yang lain selain om?" gerutu Davian kemudian berbalik menghadap ke makan siangnya.
"Susah, lidah aku pengennya manggil Om terus, ngga apa-apa ya?" jawab Rain sambil sedikit terkikik.
Davian menghela nafas berat, kemudian mengambil sendok dan mulai menyuapkan makanannya ke mulutnya.
Sementara Rain masih duduk di sampingnya tanpa melakukan aktifitas apapun.
"Ya udah, kalo gitu aku anggap itu panggilan sayang buat aku dari kamu, awas kalo ada cowo lain yang kamu panggil kaya gitu?" ucap Davian tiba-tiba hingga membuat gadis di hadapannya hampir terlonjak.
"Lah terus kalo ke om aku beneran gimana?" jawabnya polos.
Davian memutar bola matanya jengah.
"Dasar bocah, maksud aku bukan ke keluarga kamu cantiiik! Gue cium juga lama-lama!" ucapnya gemas yang membuat Rain memundurkan wajahnya.
"Oh, ya udah kalo gitu aku pamit lah, ngapain juga di sini ngga ada kerjaan juga, Dah Om!" lanjut Rain sambil beranjak dan melangkah ke arah pintu.
Davian dengan refleks langsung menarik tangan Rain, hingga gadis itu kehilangan keseimbangan dan langsung terduduk di pangkuan Davian.
"Iiiih ngapain si, Om?" omelnya sambil buru-buru beranjak dan berdiri di hadapan cowo tinggi itu.
Sementara Davian hanya terkekeh melihat tingkah gadisnya yang mengomel.
"Udahlah aku mau pulang!" gerutunya kemudian membalikan badannya.
"Ngga mau Om anter nih?" sindir Davian sambil terkekeh.
"Ngga usah!" teriak Rain sambil terus berlalu tanpa menoleh kembali ke arah Davian.
Setelah keluar dari ruangan Davian, Rain nampak menekuk wajahnya kesal, hal itu tak luput dari pantauan Mba Lena.
"Lo,, lo,,, kenapa mukanya cemberut gitu, tadi pas dateng seneng banget?" tanya Mba Lena sambil menghampiri gadis cantik itu.
"Ah biasa lah bos mba tuh lagi mode nyebelin!" gerutu Rain sambil terus berjalan dan berpamitan pada Mba Lena.
"Gue yakin nih, si bos emang demen sama tuh anak, bos-bos, tapi bagus lah daripada gue puyeng liat mak lampir mondar-mandir dimari." gumam Mba Lena kemudian kembali ke mejanya.
******
Sore hari
Rain pamit pada sang ibu saat Kak Reza menjemputnya.
"Bu, Eza minjem Rain sebentar ya?" izin Reza pada Bu Ratna.
"Iya tapi balikinnya jangan malem-malem ya, sayang anak gadis ibu cuma atu-atunya." jawab Bu Ratna sambil terkekeh. Bu Ratna termasuk ibu yang welcome pada siapa saja, tapi ia juga peka jika ada salah satu dari mereka yang berniat tidak baik.
"Ibuuu, iya lah Rain pasti balik lagi!" jawab Rain dengan manja, kemudian mereka pun berangkat.
Rain duduk di kursi samping kemudi, sementara Kak Reza fokus menyetir.
"Emm, sebenernya kita mau kemana Kak?" tanya Rain saat suasana tetap hening dari mulai mereka pergi.
Cowo putih itu menoleh sesaat kemudian memberikan senyum khasnya setelah itu, ia kembali fokus pada jalanan di depan.
"Iih ko jadi cangggung gini si?" gumam Rain sambil menoleh ke arah jendela. Hingga tak berapa lama mobil berhenti di sebuah restoran.
"Ayo turun!" ucap suara bariton di sampingnya. Rain pun kemudian turun mengikuti Kak Reza yang sudah menunggunya.
Cowo itu menggandeng tangan mungil Rain untuk masuk ke restoran. Dia sempat menanyakan pada pelayan dimana tempat yang sudah ia pesan. Kami pun diajak menuju tempat yang di maksud.
Tempatnya di ruangan terbuka, meja dan kursinya sudah didekor dengan cantik. Rain sempat menutup mulutnya saat ia melihat meja di hadapannya.
Kak Reza pun menarik gadis yang terlihat begitu cantik itu, menuju kursi yang disediakan. Rain duduk dengan sedikit canggung, karena walau bagaimanapun ini pengalaman pertamanya diajak makan malam romantis.
Rain yang mengenakan gaun biru langit, dengan lengan pendek tampak terlihat anggun.
"Aku sudah memesan makanan istimewa di sini!" ucap Kak Reza sambil duduk di hadapan Rain.
"Kamu cantik banget hari ini, Rain!" pujinya sambil menatap intens ke arah gadisnya yang tampak malu-malu, mungkin kini pipinya sudah memerah.
Tak berapa lama hidangan makan malam mereka pun tiba, Rain tampak takjub dengan hidangan di depannya yang terlihat mewah. Mereka kemudian menikmati setiap suapan hidangan tersebut.
Setelah mereka selesai, tiba-tiba Kak Reza menggenggam tangan mungil Rain, kemudia ia berkata.
"Rain Almahera maukah kamu jadi pacar kakak?" ucapnya lembut, yang membuat gadis berambut panjang itu terkesiap.
"Kak, tapi_" ucapannya terpotong saat Kak Reza tiba-tiba mengecup tangannya.
"Aku serius, aku kali ini ngga bakal ninggalin kamu lagi, Rain." ucapnya.
Rain makin membeku dengan kalimat yang terlontar dari cowok yang selalu membuat hatinya berantakan itu. Karena melihat tidak ada kebohongan saat Kak Reza mengungkapkan isi hatinya, akhirnya ia pun mengangguk.
"Ya aku mau!" jawab Rain sambil menunduk karena ia merasa pipinya panas, jika ia menatap langsung cowo di hadapannya.
Kak Reza pun tersenyum bahagia kemudian ia beranjak dan menghampiri gadisnya.
"Makasih sayang!" ucapnya lembut sambil memeluk erat tubuh mungil gadis kesayangannya.
Di tempat lain tampak seorang pria berjas mengepalkan tangannya saat melihat adegan tersebut lewat ponselnya.
"Shit!"
Bersambung.....
Happy reading...
Monmaaf agak telat up hr ini, pas lg ngetik banyak banget iklannya...
Oya makasih ya yang udah like, komen sama vote... Maaf juga blm bisa bls atu-atu kedepannya aku usahain bales ya...
Semangaaat bagi yang berpuasa and tetap dirumahaja ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aprilia Amanda
hihi panas ya dav??🤭
2022-04-16
0
Aqiyu
Reza kok kayanya ada niat terselubung,ingat waktu dia ngomong "Rain kamu bakal jadi milikku lagi" maksudnya apa coba
2021-09-03
0
Widi Nuhgraeni
Rain sama kak Reza aja..daripada sama Davian yang suka Gonta ganti dan mempermainkan cewek
2021-01-04
0