Tubuh Asya menggeliat,matanya mengerjab mengembalikan kesadaran saat sinar bening berhasil menyeruak dari jari-jari pentilasi jendela dan menggelitik kelopak matanya. Asya bangun dan merenggangkan tubuh,berusaha menetralisir rasa pegal yang mendera. Matanya memicing melihat sekitar,sejenak hatinya sesak diliputi rasa perih yang membuncah. Entahlah.. rasa sesal kini menyeruak dari balik hatinya yang rapuh.
Raihan...
Hanya satu nama itu yang menjadi fokusnya. Membayangkan wajahnya yang s'lalu tersenyum dan melemparkan kebahagiaan,membuat Asya merasa bersalah. Apa yang akan dikatakannya nanti,saat Raihan ada dihadapannya??. Asya bahkan tak bisa membayangkan raut kecewa dan benci yang tergurat diwajah lelaki itu. Apakah dia masih pantas merajut kasih setelah menghianatinya??.
Semua memang diluar kehendak Asya. Tapi,fakta bahwa dia menikmati sentuhan bahkan mendamba membuatnya merasa hina. Dia telah salah,menyakiti orang yang tulus menyayangnya tanpa memandang siapa dirinya. Sesaat bayang kejadian saat bersama Raihan terputar.
Bagaimana Raihan menyatakan perasaannya,bagaimana lelaki itu merengkuh tubuh rapuhnya serta cara lelaki itu membahagiakannya,walaupun hubungan mereka bisa dihitung jari.
Tangis pecah tanpa disangka,tubuhnya bergetar mendera,rasa bersalah yang ikut menghujam. Tubuhnya meringkuk memeluk diri sendiri,mencoba untuk tenang dan menyiapkan jawaban.
Tak berapa lama isak Asya mulai berhenti,terganti dengan sesegukan hasil dari tangisan tadi. Asya turun, menjejakkan kakinya pada lantai keramik yang dingin,lalu keluar dari kamar Zidan. Hening terasa,tak ada orang satupun di apartemen ini kecuali Asya.
Tangannya yang bergetar mengambil sebuah tas selempang yang terongok di lantai. Membukanya dan merogoh handphone lalu menyalakannya. Missed call dari Raihan ternotif rapi di layar ponsel. Dengan ragu Asya memencet nomor itu,menghubunginya dan sesaat menunggu sambungan.
'Asya.. ini bener kamu?? aku khawatir kamu gak angkat telepon dari semalem..'. Semburat kegelisaan terdengar jelas di suara Raihan begitu panggilan tersambung.
Mata Asya berkaca,tangannya spontan mendekap mulut,menutupi isakan yang hadir kembali.
'Asya?? kamu masih disana kan??'.
Perempuan itu menghela napas panjang,menormalkan suara isakan yang sempat hadir kembali,tak lupa jemarinya mengusap lembut butir bening disudut mata. "I.. iya Raihan.. aku masih disini.. kamu kaya mana disana??". Ucap Asya terbata.
'Syukurlah,semua lancar Sya.. tinggal beberapa pertemuan dan meeting abis itu tanda tangan kontrak,aku bisa langsung ke Singapur buat jenguk nenek aku..'.
"Oh.. baguslah Raihan,aku harap semua lancar..".
'Makasih sayang,kamu slalu semangatin aku.. aku jadi kangen kamu deh..'.
Dada Asya sesak,dia juga merindukan lelaki itu. Senyumannya,dekapannya dan sayangnya. "Aku juga kangen kamu sayang..". Ucap Asya sendu.
'Kamu kok kedengerannya sedih gitu.. kenapa Sya??'.
Asya mengerjab beberapa kali,lalu tersenyum lembut. "Nggak.. aku cuma mau minta maaf sama kamu Raihan..".
'Minta maaf?? buat apa??'.
"Bukan buat apa-apa kok.. Oh ya Raihan,aku dipanggil Om aku.. aku tutup dulu ya teleponnya..". Ujar Asya terburu.
'Iya.. i love you sayang..'.
"Love you too..".
Tutt..
Sambungan terputus.
Dada Asya sesak,membebani rongga dada hingga bahkan tak sanggup bernapas. Kakinya goyah dan ambruk seketika,inikah rasa bersalah??. Asya bahkan belum pernah merasakannya sebelumnya.
"Maafin aku Raihan.. aku udah hianatin kamu.. aku.. aku.. hiks..".
Suara Asya tercekat bahkan tak sanggup melanjutkan kata lagi. Tubuhnya lemah dan seketika berbaring di lantai ubin yang menyalurkan dingin mencekam. Memaksanya untuk terpejam sesaat dan merasakan remasan kuat perasaan bersalah.
"Maaf Raihan..".
✳✳✳
Zidan memasuki lift dengan menenteng dua paper bag berisi beberapa potong baju yang dibelikannya untuk Asya. Jarinya menekan tombol lift dan menuju lantai dimana apartemennya berada.
Ting..
Pintu lift terbuka,Zidan melangkah menuju apartemen dan menekan sandi pintu itu hingga pintu apartemennya terbuka kemudian.
Tubuh Zidan kaku,matanya membulat terbelalak. Sesaat detak jantungnya seakan tertahan,melihat tubuh Asya tergolek lemah di lantai dekat sofa. Zidan menjatuhkan paper bag yang dipegangnya dan melangkah gontai ke tempat Asya terbaring. Dirinya berlutut dan dengan ragu,tangannya yang bergetar terangkat,memegang tubuh Asya yang lemah.
"Asya.. Sya..". Tangan Zidan menggoyang tubuh Asya pelan namun tak ada respon yang berarti.
Seketika tangannya beringsut memeluk tubuh Asya,membawanya ke dalam dekapan tubuhnya. Sepercik kelegaan terpatri jelas di wajah khawatir Zidan,dia masih merasakan kehangatan tubuh Asya dan deru napasnya yang teratur.
Manik Zidan menelisik wajah cantik yang terlelap dihadapannya,bekas air mata masih terlihat jelas di sudut mata yang terpejam dan sepanjang pipi tirus perempuannya itu. Zidan bangkit,merengkuhnya kedalam gendongan lalu membawanya ke kamar dan dibaringkan ke ranjang.
Setelah membaringkan Asya di ranjang,Zidan memutuskan keluar dan duduk di sofa untuk melihat dan memeriksa beberapa dokumen terkait dengan progres perusahaannya. Sesekali matanya melirik ke arah kamar, dimana Asya berbaring dan tak lupa menajamkan pendengaran,jika saja Asya memanggilnya dan membutuhkan sesuatu.
Tanpa sengaja mata Zidan melihat handphone Asya yang tergeletak tak jauh dari kakinya,tubuhnya membungkuk dan tangannya menggapai handphone itu. Tiba-tiba seberkas rasa penasaran muncul,dengan ragu Zidan menghidupkan handphone itu dan memeriksa kontak yang tersimpan disana.
Rahangnya yang ditumbuhi bulu halus mengetat,tangannya berurat menggenggam handphone itu kuat. "Lo masih berani telepon cowo itu Sya?? dan lo masih nangisin dia setelah apa yang udah kita lewatin bersama??". Geram Zidan tajam.
Zidan bangkit,tangannya mengepal menahan semburat rasa kesal yang harus diluapkan segera. Dengan kasar dia menarik lengan Asya yang sedang tertidur pulas hingga tubuh lemah itu terduduk. Mata Asya terbuka paksa,kasadarannya belum sepenuhnya kembali.
"Lo masih telepon cowo itu Sya?! gue udah bilang jauhin dia!! putusin dia!!". Bentak Zidan dengan nada kasar nan tinggi,hingga membuat kesadaran Asya penuh seketika.
"Zi.. Zidan??". Ucap Asya lemah terbata.
Tangan Zidan *** dan menggoncang bahu Asya kuat,hingga perempuan itu meringis kesakitan. . "Gue udah bilang putusin dia!! gue gak suka lo berhubungan sama dia Sya!!".
Bentak Zidan.
Asya mengernyit dalam,pikirannya belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang lelaki ini katakan. "Maksud kamu apa Zidan?? aku gak ngerti..". Ujar Asya selembut mungkin.
Zidan berdecak kemudian mendorong tubuh Asya kuat. Dirinya bangkit dan bersedekap,memandang nanar Asya yang berusaha terbangun dari sungkurannya.
"Gue gak nyangka,lo dengan gak tau malunya masih nelpon cowo yang namanya Raihan itu.. setelah apa yang udah kita lewatin kemarin..". Desis Zidan pelan namun penuh tekanan.
Mata Asya membulat,memandang Zidan dengan penuh intimidasi. "Apa hak kamu hah?? kamu bukan siapa-siapa yang bisa larang aku untuk menghubungi siapa pun!! aku punya kehidupan sendiri dan bahkan aku punya orang yang aku sayangi.. dan asal kamu tau.. orang itu Raihan!! orang yang bikin aku bahagia selama ini..". Asya meluapkan segala kekesalannya bahkan tanpa jeda,membuat Zidan yang ada dihadapannya makin geram.
Zidan kembali mendekati Asya dan menarik pundak perempuan itu kasar hingga tubuh Asya hampir bertabrakan denga tubuhnya. "Lo bisa bilang apapun Sya.. tapi tubuh lo ini gak bisa bohong.. lo suka sentuhan dari gue dan gue bisa buktiin itu lagi kalau lo mau..". Bisik Zidan sensual tepat di telinga Asya.
Asya menggeram,tangannya yang lemah mendorong tubuh Zidan menjauh. "Brengsek!! jaga ucapan kamu!!".
Senyum sinis tersungging mengerikan di bibir Zidan,tangannya mengusap dagu dan menatap nanar ke arah Asya. "Yang gue bilang bener Sya.. jadi gue kasih lo waktu buat mutusin cowo itu.. atau gue akan kasih tau dia,apa yang kita lakuin kemarin di kamar ini..". Desis Zidan.
Asya terpaku diam tak bisa berbuat apapun. Bagaimana perasaan Raihan nanti,jika mengetahui dirinya sudah ternoda??. Bagaimana perasaan Raihan nanti,jika tau dia berbohong dibelakangnya??. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otaknya saat ini.
"Pikirkan itu baik-baik Sya.. sebelum gue ngasih tau Raihan yang sebenernya..". Titah Zidan sebelum meninggalkan Asya sendiri.
✳✳✳
Asya sudah bersiap dengan memakai pakaian yang diberikan Zidan. Wajahnya memang tampak sembab,matanya pun sedikit bengkak karena tangisannya yang pecah tadi.
Asya keluar dari kamar dan melangkah mendekati pintu tanpa memperdulikan Zidan yang menatapnya telisik. Tangannya meraih knop pintu dan hendak membukanya,namun sebuah tangan meraih lengan Asya dan menariknya. "Mau pergi kemana Sya??". Zidan bertanya dengan suara tingginya.
Asya berpaling menatap Zidan datar,tak ada ekspresi berarti disana. "Ke suatu tempat..". Jawabnya singkat.
Zidan mengernyit dalam. "Kemana?? lo mau ketemu Raihan?!".
"Curiga banget.. aku gak ketemu Raihan,aku mau ke suatu tempat.. Kalau kamu gak percaya ikut aku aja..".
"Ok.. gue ikut.. lo tunggu gue..". Zidan berbalik,bergegas masuk kekamar dan bersiap. Sedangkan Asya memilih duduk di sofa menunggu Zidan.
Selang beberapa menit kemudian Zidan keluar dengan penampilan rapinya. "Ayo Sya..". Zidan menarik tangan Asya dan membawanya keluar apartemen lalu memasuki lift.
"Mau kemana?? Biar gue anterin..". Tanya Zidan begitu mereka masuk ke dalam mobil.
Asya menoleh,menatap Zidan dalam. Kesedihan tampak jelas tergambar di wajahnya bahkan kini matanya tambak berkaca. "Mau ketemu papah sama mamah..". Suara Asya terdengar pelan namun tersirat kerinduan yang teramat dalam.
Terpaku Zidan melihat Asya,hatinya terhenyuh dan terasa sakit. Perasaan sesal kini tersirat dalam,dia bahkan lupa bahwa Asya sudah tak memiliki orang tua. "Ok.. gue anterin lo Sya..". Zidan berpaling tak sanggup melihat wajah Asya yang sendu.
Zidan pun melajukan mobilnya ketempat yang ingin Asya kunjungi. Tak ada percakapan selama di perjalanan,hanya ada sunyi yang mendekap dan menyalur di antara mereka berdua.
"Pah.. Mah.. Asya datang..". Lirih Asya dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
kaya mana ????? maksudnya apa se yyyy
2023-10-08
0
Endang Purwati
gak pengen.konentr sebenarnya ...tapi remuk rasanya baca asya diperlakukan seperti itu sma Zidan ....😭😭😭😭 dilecehkan berulang-ulang kaeena dendam yg bukan pada tempatnya...sebuah kesalah pahaman yg entah kapan Zidan akan mengetahui nya..
pengen rasanya asya pergi jauuuhhh...ninggalin semua keruwetan iniii ...😭😭😭😭🙈🙈
2022-02-28
0
Zhanty Damayanti
tokoh Asya gini amat sih...
2021-09-02
0