Zidan memberhentikan mobil didepan mansion keluarga,dimana papah dan kakaknya,Liliana tinggal. Dua minggu semenjak kembali dari Amerika dan memimpin perusahaan,Zidan tak mengunjungi keluarganya sekalipun. Dan ini kali pertama baginya menginjakkan kaki kembali disini sejak kunjungan terakhirnya setahun yang lalu.
Rasa kecewa dan kesal pada papahnya lah yang mendasari semua itu. Perceraian kedua orang tuanya tujuh tahun lalu,membuatnya membulatkan tekad untuk pergi menjauh dan menuntut ilmu diluar negeri setelah dia lulus SMA.
Zidan membunyikan klakson mobilnya beberapa kali,hingga pagar besar nan tinggi itu perlahan dibuka. Tampak seorang security menunduk hormat,ketika mengetahui bahwa Zidan lah yang datang berkunjung. Zidan kembali menjalankan mobilnya dan memarkirkannya di garasi mansion yang luas.
Zidan kemudian keluar dari mobil dan melangkah ragu menuju pintu besar penuh ukiran berwarna coklat. Tangan Zidan bergetar saat hendak membuka pintu itu namun dia kembali melanjutkan niat.
Suara decitan pintu terdengar dan sontak membuat lelaki paruh baya yang sedang menyesap tehnya,mengalihkan pandangan. Wajahnya perlahan menggambarkan siluet bahagia,melihat sosok muda anaknya yang sudah setahun ini tak dia pandang. Tubuhnya yang sedikit lemah beranjak bangkit dan berjalan menuju Zidan yang masih terdiam dengan wajah datarnya.
Tangannya yang renta memeluk tubuh tegap Zidan,melepaskan kerinduan terhadap anak keduanya ini. "Papah rindu kamu nak.. kenapa baru datang??". Suara serak sedikit bergetar itu terdengar di telinga Zidan,membuatnya sedikit meringis.
Dibalasnya pelukan sang papah dan menjawabnya setelah beberapa saat. "Maaf pah.. Reva -nama panggilan dr keluarga- baru sempat pulang sekarang..". Zidan melepaskan pelukannya dan memandang wajah lelaki tua itu.
"Ayo duduk dulu.. papah dengar dari om mu,perusahaan yang kamu pimpin berjalan baik..".
Zidan mengikuti saran papahnya dan beranjak duduk di sofa,menyandarkan punggungnya yang lelah berkendara di macetnya ibu kota. "Syukurlah pah,semua berjalan baik.. bagaimana keadaan papah??". Tanya Zidan sembari memperhatikan Rendi -papahnya- yang tampak sedikit lesu.
Simpul senyum terukir diwajah Rendi yang memiliki beberapa guratan. "Keadaan papah baik-baik saja,ada
kakak mu selalu merawat papah dan memeriksa keadaan jika perlukan..". Rendi kembali menyesap tehnya yang tersisa lalu meletakkan cangkir yang telah kosong itu kembali.
Zidan melirik sekitar,tak ada yang berbeda setelah setahun dia tak berkunjung,tetap sepi seperti biasanya. "Papah.. dimana kak Ana??". Tanya Zidan,setelah tak melihat keberadaan kakak satu-satunya itu.
Rendi tersenyum simpul,menoleh lalu melirik kearah kamar Ana -Liliana- di lantai dua. "Dia dikamar,sedang mengepak beberapa barang..".
Zidan mengernyitkan dahi,sejak kapan kakaknya berubah menjadi wanita rajin?? Apakah dia terlalu lama di Amerika hingga tak tau kakaknya berubah??. "Mengepak barang?? untuk apa??". Tanya Zidan bingung.
Rendi bangkit dari duduknya. "Ana akan pindah ke apartemen yang sudah dibelinya.. dia ingin lebih dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja.. naiklah bantu kakakmu untuk membawa beberapa barang itu,papah istirahat dulu..". Rendi pun meninggalkan Zidan menuju kamarnya untuk beristirahat.
~Liliana Revandra adalah sosok kakak dan ibu bagi Zidan. Rasa sayangnya kepada sang adik bahkan membuatnya mengurungkan niat untuk membina keluarga. Dia lebih memilih mengasuh adiknya yang saat itu masih remaja dan membutuhkan perhatian. Hingga membuat Zidan lebih terikat padanya dibandingkan pada orang tuanya sendiri.~
Zidan bangun dan beranjak menaiki tangga lalu memasuki kamar Ana yang pintunya tak ditutup. "Kakak..". Pekik Zidan mengagetkan Ana yang masih berkemas.
Ana berbalik,ketika mendengar suara orang yang amat dirindukan memanggilnya. "Reva?? kamu pulang..". Ana membiarkan barang yang baru saja dibereskan berserakan begitu saja,lalu berlari riang dan memeluk adik tersayang.
Lama mereka berpelukan,melepaskan kerinduan setelah sekian lama tak bertemu. "Kamu kenapa baru pulang??". Tanya Ana ketika pelukan mereka sudah terlepas.
Zidan hanya mengedikkan bahu. "Sibuk..". Jawabnya santai.
Ana membuka mulutnya lebar-lebar,tak menyangka adiknya yang manja akan berkata seperti itu. "Apa?? sibuk?? gak usah sok-sok an deh..". Lalu Ana berpaling dan kembali melanjutkan mengepak barang tanpa memperdulikan Zidan.
Zidan mendekat dan membantu Ana. "Kak.. mau aku anterin pindahannya??". Tawar Zidan.
Ana menoleh dan mengerjabkan mata binarnya lalu mengangguk senang. "Mau donk..".
✳✳✳
Tidur Asya terganggu karena suara bising yang sedari tadi terdengar dari samping apartemennya. Matanya mengerjab mencoba menjemput kesadaran yang baru sebagian datang. Kemudian tangannya meraba-raba,mencari jam digital diatas nakas samping ranjang. Matanya sedikit mengintip untuk melihatnya. Dan tiba-tiba matanya terbuka lebar. "Apa?? jam sepuluh.. kesiangan lagi..". Pekik Asya terkejut.
Asya yang panik langsung bangkit dan berlari kecil kekamar mandi. Langkahnya terhenti saat dirinya ingat bahwa hari ini dia libur kerja. "Untung.. hari ini libur..". Asya mengusap-usap dadanya,merasakan kelegaan yang tersalur.
Langkahnya berlanjut menuju wastafel,mencuci wajah dan menyikat gigi setelahnya. Matanya sesaat terpaku melihat bekas sesasapan Zidan yang masih jelas dilehernya walau sedikit memudar. Dia menghela napas panjang,lalu keluar dari kamar mandi dan menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Setelah selesai Asya menuju dapur dan mengambil beberapa lembar roti lalu mengoleskan selai kacang kesukaannya.
Suara berisik yang tadi sempat mereda,hadir kembali bahkan kini lebih parah lagi. Asya memutuskan keluar untuk melihat keadaan dengan masih menggenggam roti lapis yang belum tandas.
"Ada yang pindahan ya??". Gumam Asya setelah melihat beberapa orang petugas memindahkan barang ke apartemen disampingnya yang sudah cukup lama tak berpenghuni.
Rasa penasarannya makin menjadi,membuat Asya melangkah mendekati pintu apartemen tetangga barunya itu dan mengintip.
Di lain tempat.
Zidan terpaku menatap heran Ana yang duduk disampingnya,bersiap keluar dari mobil. "Kak.. apartemennya disini??". Tanya Zidan yang tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.
Ana melirik Zidan heran dan mengangguk pelan. "Iya.. ini apartemennya.. memangnya kenapa?? ada yang salah??".
"Ohh.. nggak kok.. cuma kenapa harus disini??".
Ana makin bingung dengan sikap adiknya ini. "Kan apartemen ini deket sama tempat kakak kerja Rev..". Jelas Ana,lalu keluar dari mobil meninggalkan Zidan.
Zidan kemudian keluar mengikuti kakaknya yang berjalan menuju lift dan ikut melangkah masuk.
Ting..
Pintu lift terbuka tepat dilantai dimana apartemen Asya berada. Zidan melangkah ragu keluar dan mengikuti kakaknya. Langkah mereka makin dekat dengan apa yang Zidan takutkan dan benar saja,dia bisa melihat Asya sedang berdiri sambil mengintip apartemen baru kakaknya.
"Permisi..". Suara lembut Ana mengagetkan Asya dan membuat perempuan itu berbalik.
Mata mereka bertemu,membuat Asya terdiam tiba-tiba dan menjatuhkan roti lapis yang digenggamannya. "Eh.. maaf,aku permisi dulu..". Asya terbata saat melihat Zidan berada disamping Ana. Dia mengambil roti yang terjatuh lalu beranjak pergi.
Namun saat itu juga dengan cepat Zidan mencekal tangan Asya,membuat langkahnya terhenti seketika. Asya menoleh menatap sinis lelaki yang hampir merebut harga dirinya kemarin dengan bejatnya. "Lepas.. lepas Zidan..". Desis Asya tajam.
Ana menatap heran kedua orang didepannya. "Re.. Reva dia siapa??". Tanya Ana memastikan.
Zidan melirik Ana dan tersenyum lembut. "Kak.. ini temen aku,oh ya kak.. tunggu aku ya,ada yang mau aku omongin sama dia..". Zidan menarik tangan Asya memasuki apartemen perempuan itu. Sedang Ana beranjak pergi untuk melihat apartemen barunya.
✳✳✳
Asya berdiri,menyilangkan kedua tangan bersedekap. Matanya memandang Zidan yang terduduk santai di sofanya dengan pandangan tajam,menelisik ekspresi lelaki itu untuk mencari jawaban.
Zidan merasa risih manakala perempuan itu menatapnya benci. Zidan bangkit dan mendekati Asya,hingga membuat perempuan itu terpundur takut. "Ka.. kamu jangan deket-deket aku..". Asya terbata,tubuhnya pun bergetar dilingkupi rasa trauma yang tiba-tiba hinggap.
Langkah Zidan terhenti,ketika melihat semburat rasa takut diwajah Asya yang bahkan hampir menangis itu. Itu memang salahnya yang tak dapat menahan amarah karena Asya mengentengkan peringatannya. Zidan sadar bahwa dia hampir saja merenggut kehormatan Asya kemarin,jikalau perempuan itu tak memberontak dan mendesaknya berhenti. Zidan bahkan telah meloloskan seluruh pakaian Asya dan menatap lekuk tubuhnya yang terbentuk indah dan begitu menggoda. Namun kini Zidan sedikit merasa bersalah,melihat setiap jejak kekasaran yang terpahat jelas dikulit halus Asya,memerah bahkan berubah kehitaman walaupun sedikit memudar. "Maaf..". Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Zidan.
Mata Asya membulat,menatap Zidan dengan bola mata yang berkaca-kaca. "Maaf?? aku gak salah dengar kamu ngomong itu Zidan??". Asya terkekeh ditengah kepedihan yang melanda.
Zidan kembali mendekati Asya dan kini bahkan memeluk perempuan itu tiba-tiba. "Sorry Sya.. kemarin gue kelepasan..". Zidan melepaskan pelukannya,tangannya meraih ceruk leher Asya yang sedikit terhalang rambut perempuan itu. "Bekas ini.. gue minta maaf,gue gak akan ulang asalkan lo jangan deket sama cowo lain.. kaya yang gue bilang kemarin..". lanjutnya lembut namun penuh ancam. Membuat Asya bergedik takut lalu sedikit menunduk dan meringis kemudian. Dia merasa hidupnya kini terkekang oleh rasa benci posesif dari lelaki yang sedang memandangnya ini.
"Dan.. gue harap lo gak bilang apa-apa ke kakak gue. Atau mungkin gue akan buat perhitungan kaya yang lo alami kemarin bahkan lebih.. Paham?!". Desis Zidan kembali mengancam.
Saat ini Asya hanya bisa mengangguk mengiyakan segala perintah dari lelaki iblis dihadapannya,tanpa berani melawan karena takut akan ancaman.
Zidan menatap Asya dan tersenyum devil,lalu mendekat dan mencium kening Asya lembut. "Good.. itu yang harus lo lakuin memang..". Zidan mengelus pipi Asya lalu beranjak pergi dari apartemen itu.
✳✳✳
Keesokan harinya.
Pintu kamar mandi terbuka,menampakkan sosok perempuan dengan wajah segar berseri sempurna. Asya sengaja pulang cepat hari ini,untuk menghadiri acara reuni kampusnya yang akan diselenggarakan di sebuah ballroom hotel bintang lima. Kakinya melangkah,menuju lemari besar yang terletak di sisi samping kamar. Tangan halusnya memilah beberapa dress pakaian,yang akan digunakan untuk menghadiri reuni yang sedikit formal itu.
Beberapa menit kemudian,Asya sudah siap dengan penampilan cantiknya. Tubuhnya yang ramping dibalut dress berwarna hitam diatas lutut dipadukan dengan high heels berwarna hitam pula,serta tak lupa kalung kristal putih yang membingkai leher jenjang nan indah miliknya. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan tergerai,menyeruakkan bau harum semerbak menyentuh kalbu.
Asya melangkah kembali menuju cermin dan menatap sekilas pantulan diri. "Cantik..". Gumamnya Asya memuji sendiri. Tak lupa Jarinya yang lentik mengambil hand bag diatas meja rias lalu berjalan keluar apartemen untuk segera barangkat.
Diluar apartemen.
Ana dan Zidan beserta dengan kedua teman adiknya Andi juga Yuda,sedang berada diluar apartemen. Menikmati senja dengan memandang suasana eksotis matahari yang hampir menyentuh kaki bumi.
Suara decitan pintu seketika mengalihkan pandangan mereka,kepada sesosok gadis cantik berpenampilan formal yang keluar dari apartemen tetangga.
"Eh.. Yud.. liat tuh ada cewe cantik..". Andi menyenggol temannya,untuk melihat Asya yang baru saja keluar dari apartemen dan kini sedang memandang mereka.
Zidan beranjak meninggalkan Ana beserta kedua temannya,mendekati Asya lalu mengenggam tangan perempuan itu. "Asya.. ikut gue..". Zidan menarik tangan Asya menuju lift lalu memasukinya.
Andi dan Yuda saling berpandangan,menampakkan wajah yang saling melempar tanda tanya. "Itu Asya??". Ujar mereka berdua nyaris bersamaan.
"Iya cewe cantik itu Asya.. aku juga bingung ada hubungan apa Zidan sama cewe itu..". Kata Ana.
Andi dan Yuda hanya terdiam,mereka mana mungkin bisa memberitau Ana bahwa Zidan ingin menghancurkan hidup perempuan yang kini menjadi tetangganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Havefun
dari cerita ini authornya membuat tokoh wanita di sini seperti perempuan rendahan
2022-06-29
0
atmaranii
eh tar d acara reuni jgn2 ktmu Rayhan LG...kyany Dy seniorny deh
2021-08-03
0
Erni Fitriana
hadowwwwww... inilah dunia novel... dunia dalam genggaman author😋
2020-12-06
1