Asya hanya bisa mengikuti Zidan dalam diam. Matanya berkaca-kaca, menampakkan ketakutan yang begitu mendalam pada sosok lelaki tampan ini.
Memang tidak salah bagi Asya memiliki rasa takut itu, jika diingat perlakuan Zidan kepadanya dulu termasuk tak pantas. Asya hanya ingin memproteksi dirinya dari kemungkinan yang sama.
Asya memasuki lift khusus mengikuti Zidan yang masuk terlebih dahulu. Hening seketika berhembus, aura dingin makin terasa. Bahkan tangan Asya kini gemetar dilanda rasa takut karena se-lift dengan lelaki yang dia hindari.
Ting..
Pintu lift terbuka. Mereka pun sampai di basement. Mereka lalu keluar dari lift dan menuju mobil yang terparkir untuk mereka gunakan. "Saya akan mengendarainya sendiri menuju tempat meeting," kata Zidan kepada sopir.
"Baik pak." Sopir mengiyakan perintahnya, lalu meninggalkan Zidan dan Asya.
Merkapun menuju Hotel Berlian, tempat meeting akan dilaksanakan.
❇❇❇
Meeting sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Zidan sadar ternyata ekspetasi Omnya terhadap Asya memang tak berlebihan. Asya memang sekretaris yang dapat diandalkan menurutnya.
Mereka pun memutuskan pergi setelah meeting berakhir. Kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaan.
Mobil mereka melesat dijalan ibu kota, namun sesekali terjebak kemacetan yang melanda.
Hampir satu jam mereka terjebak dalam kemacetan, namun mereka tetap diam tak berkata apapun. Hingga akhirnya mereka sampai di perusahaan. Zidan memarkirkan mobil lalu keluar diikuti Asya.
"Buat laporan mengenai pertemuan dengan JK Group tadi dan atur ulang semua jadwal dalam minggu ini," perintah Zidan kepada Asya begitu mereka memasuki ruangan.
"Baik pak saya akan lakukan.." Asya menyanggupi perintah atasannya itu, lalu memutuskan untuk keluar ruangan.
Zidan menoleh dan melihat Asya beranjak pergi. "Selesaikan itu secepat mungkin dan serahkan besok."
Langkah Asya terhenti, menoleh ke arah Zidan. "Tapi pak.. sepertinya saya tak bisa mengerjakannya secepat itu."
Mata Zidan melebar, memandang Asya tajam. "Itu perintah Asya! Kalau kamu tak menyelesaikannya besok, berarti kamu tak becus untuk menjadi sekretaris saya!"
Asya kaget bukan kepalang. Setidaknya waktu dia menjadi sekretaris pak Darma, pasti dia akan diberi waktu setidaknya dua hari untuk menyelesaikannya. "Baik pak akan saya usahakan."
❇❇❇
Waktu beranjak gelap, hampir seluruh karyawan kantor sudah pulang, hanya beberapa karyawan saja yang tersisa.
Asya masih fokus didepan kompurternya untuk mengetik beberapa kalimat laporan hasil rapat dengan JK Group tadi.
Drtt.. drtt..
Asya menggapai handphone nya. Fany, nama itu yang tertera saat dia melirik layar handphone-nya sekilas. "Halo Fan..," sapa Asya membuka percakapan.
"Sya, lo gak pulang?? Ini gue sama yang lain udah nunggu di basement..," kata fany dari sebrang.
Asya menghela napas, dia terpaksa membatalkan janji dengan teman-temannya karena harus bekerja lembur malam ini. "Sorry Fan.. Coba kamu bilang sama yang lain kalau aku gak jadi nongkrong bareng mereka, soalnya aku lagi lembur nih.."
"Yah Sya.. kaya mana sih lo. Kita kan udah janji dari seminggu yang lalu.. lagian lo juga kan baru lembur kemarin lusa.." Terdengar gurat kekecewaan di sebrang.
"Yah.. kaya mana lagi. Pak Zidan nyuruh aku tulis laporan rapat tadi.."
"Yaudah deh, gue sama yang lain berangkat dulu ya, bye.."
"Bye.."
Tut..
Sambungan terputus. Asya kembali melanjutkan mengetik laporan. Beberapa saat kemudian pintu ruang CEO terbuka, Asya melirik lalu langsung tertunduk karena dia melirik Zidan keluar ruangan itu.
"Selesaikan semua dan kamu boleh pulang setelahnya.."
Asya mendongak dan terperanjat kaget saat melihat kehadiran Zidan yang tiba-tiba di hadapannya. "Eh.. baik pak."
Zidan pun pergi meninggalkannya sendiri, membuat Asya akhirnya bisa bernapas lega karenanya.
❇❇❇
Di lain tempat.
Zidan meneguk habis minuman yang ada di depannya. Menghilangkan semua penat yang melanda dirinya hari ini. Sebenarnya pekerjaannya ini tak terlalu berat, tapi situasi berubah saat dia melihat Asya dan tak bisa melakukan apapun bahkan untuk menyentuh gadis itu.
"Hei bro, udah cukup minumnya!" Andi sahabat Zidan menepuk pundaknya -- menyadarkan dirinya untuk segera berhenti.
Hal tersebut kontan membuat Zidan menoleh, dan melihat wajah sahabat yang sudah dikenalnya selama tiga belas tahun ini. "An.. lo tau gak siapa yang gue temuin hari ini??"
Andi hanya menggeleng.
Membuat Zidan melanjutkan, "Gue ketemu Asya, An.. Cewe yang udah hancurin hidup gue. Tau dia jadi apa?? Dia jadi sekretaris gue..," lanjut Zidan.
Andi terkejut lalu memegang kedua pundak sahabatnya itu. "Lo serius Dan?? kalau gitu lo jangan macem-macem, oke?? Gue gak mau lo terpuruk lagi."
"Gue sebenarnya udah tau dia kerja di kantor Om gue, karena itu gue setuju mau kerja di sana. Mungkin Tuhan kasih gue kesempatan, An. Tuhan kasih gue kesempatan buat nyelesain semua, gue gak akan sia-siain ini, dan gue akan bales semuanya.." Zidan berkata sangat optimis. Kebencian, itulah atmosfir yang Andi rasakan saat ini.
Andi menggeleng mendengar perkataan perkataan Zidan. "Lo gak boleh kaya gini, Dan.. Lo bisa anggep semua impas. Jangan lo buka luka lama, kalau lo juga nanti yang sakit.. Gue gak mau liat lo terpuruk lagi kaya dulu.."
Zidan terkekeh melihat kekhawatiran sahabatnya ini. "Impas lo bilang?! setelah hancurin kehidupan gue?? Tau apa yang paling gue benci?? Dia hidup bahagia setelah itu semua!!"
Setelah mengatakan hal tersebut Zidan beranjak pergi meninggalkan Andi. Sedangkan Andi, dia mengerti bahwa Zidan membutuhkan privasi saat ini.
"Hedehh.. Moga tu bocah kaga nekat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Risna Murni
resign aja
2022-04-04
0
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
aku udh ngeri KLO g slh mngkin slh paham dr mslh ortu
2022-03-14
0
Heny Ekawati
dendam yg tak beralasan
2021-08-30
0