Semua dimulai dari tujuh tahun yang lalu. Saat mereka belum mengenal, apalagi memendam benci. Saat mereka masih mencari arti diri dan ingin membuat kisah hidup yang mereka anggap berarti.
❇❇❇
Asya berjalan pelan untuk mengikuti Ibu Desi yang kini menjadi wali kelas barunya. Sesekali matanya melirik, memerhatikan setiap sudut sekolah tempat dia akan menghabiskan masa pelajarnya yang kurang dari setahun itu. Rapi.. itulah kesan yang dia dapatkan dari SMA Harapan ini.
"Asya, nanti kamu akan ditempatkan dikelas saya, kelas XII IPA 2. Ibu harap kamu bisa bersosialisasi dengan baik ya..," ucap Ibu Desi lembut, membuat Asya mengalihkan pandangannya yang sebelumnya masih terpaku ke setiap sudut sekolah yang dia jelajahi.
Asya menoleh lalu mengangguk mengiyakan perkataan wali kelasnya itu.
Beberapa menit berjalan Asya pun sampai dikelas barunya. Dia lalu masuk, dan berjalan berdampingan dengan ibu Desi.
"Selamat pagi anak-anak..," sapa ibu Desi keseluruh muridnya.
Para murid yang sebelumnya masih mengobrol ria lantas melirik dan seketika berlari panik ke kursi masing-masing. Tak lupa pula mereka memasang ekspresi bingung karena melihat wajah asing di samping wali kelasnya itu.
"Mulai sekarang akan ada murid baru dikelas kita.. Ayo Asya, perkenalkan diri.."
Sesaat Asya memandang menyusuri setiap sudut ruang yang akan dia tempati. Dia menghela napas panjang, mengaturnya berulang-ulang agar tak terlalu gugup nantinya. "Perkenalkan nama saya Asya Arsellia, bisa dipanggil Asya. Saya pindahan dari SMA Taruna Mandiri..," ucap Asya lantang dengan satu tarikan napas.
Ibu Desi menoleh kepada Asya dan tersenyum lembut, kemudian pandangan dia edarkan -- mencari kursi kosong untuk Asya duduki. "Asya kamu duduk disebelah Naura ya..," ucapnya seraya menunjuk ke sudut kelas paling kanan di mana kursi kosong itu berada.
Asya mengangguk patuh lalu dengan santai menuju kursi yang dimaksud.
Naura teman sampingnya menoleh lalu mengubah posisi duduknya menghadap teman sebangkunya ini. Tangannya ia sodorkan pertanda ingin memulai pertemanan. "Kenalin nama gue Naura.."
"Nama aku Asya.." Asya tersenyum seraya menyambut sodoran tangan tersebut.
"Gue harap lo betah sekolah di sini.. Oh ya, kenalin juga ini yang duduk di depan kita namanya Lyla sama Esfi..," lanjut Naura memperkenalkan dua temannya yang juga telah berubah posisi duduk menghadap mereka.
"Nanti waktu istirahat kita bakal ngajak lo keliling sekolahan. Lo mau kagak??"
"Mau..," jawab Asya cepat tanpa ingin membuang kesempatan itu.
❇❇❇
Asya meneguk habis segelas teh dingin untuk menyegarkan kerongkongan yang kering akibat berkeliling satu sekolah tadi. Tak lupa jari lentiknya membasuh peluh yang susah berkompromi apalagi jika sudah mengenal kata lelah.
"Gimana, lo capek??". tanya Naura seraya menyodorkan segelas minuman dingin ke Asya yang nampaknya masih kehausan.
Asya mendongak lalu dengan senang hati menerima minuman itu. "Iya capek.. luas juga ya sekolah ini.."
"Itu sih belum seberapa Sya, lo belum juga liat perpus, lab apalagi lapangan basket. Duh.. kalau ngomong lapangan basket, kok gue jadi inget si ganteng Zidan, ya??" Lyla tersenyum sumringah berhiaskan ekspresi yang hanya dia tunjukan jika dia sedang berbicara soal lelaki bernama Zidan itu.
Sadangkan Naura memutar bola matanya jengah. "Hedehh!! Kumat lagi ni bocah.."
Asya yang sedari tadi memperhatikan ingin tertawa melihat tingkah kedua teman barunya. Merasa tertarik, Asya menyondongkan tubuh mendekati. Entah mengapa dia merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih. "Emangnya Zidan itu siapa??"
Mata Lyla terbelalak karena mendengar pertanyaan Asya yang menurutnya tak masuk akal. "What?? Gue tau lo anak baru Sya.. Tapi, siapa sih yang gak tau Zidan?? Kegantengannya itu udah menyebar luas Sya.. Bener lo gak tau??".
Asya menggeleng tak mengerti. Karena jujur saja walaupun Lyla mendeskripsikan Lelaki bernama Zidan itu Asya tetap tidak mengenalnya.
Lyla mendekati Asya, satu tangannya dia letakkan di pundak temannya itu, mengisayaratkan untuk mendekat. Membuat Naura yang tadinya tak perduli akhirnya ikut bergabung juga.
"Lo pada jangan bilang-bilang ini ke siapapun ya, terutama Esfi. Dan untuk lo Sya, Zidan itu the most wanted boy di SMA Harapan ini. Udah jago main basket, ganteng, berprestasi lagi. Tapi bukan ini yang mau gue bilang.. Gue baru dapet info ini dari bokap gue kemaren kalau ternyata Zidan itu cucu orang tajir melintir. Kakeknya itu yang punya perusahaan gede, cuma dia gak mau bilang kesiapapun. Kalau gak salah namanya Van.. Van.. Van apaan ya?? Ahhh tau ah.. pokoknya itu..," jelas Lyla sedikit berbisik.
"Oo pantes dia itu s'lalu gonta-ganti motor sport..," jawab Naura menimpulkan.
Asya yang masih bingung hanya bisa melihat dua temannya ini bergantian. Dia jadi makin penasaran siapa Zidan itu sebenarnya.
Grukk.. Grukk..
Suara aneh tiba-tiba terdengar hingga memecahkan obrolan yang sedang asik-asiknya mereka bicarakan. Lyla dan Naura dengan kompak memandang Asya yang mematung dengan wajah sedikit memerah, karena tentu saja suara itu berasal darinya.
"Lo laper Sya?." tanya Lyla sedikit menahan tawa.
Asya mengangguk dan mengusap lembut perutnya yang kelaparan.
"Beli bakso gih buat ilangin laper lo.. Mau gue temenin??"
"Gak usah Ra, aku beli sendiri aja.. Emangnya dimana jualnya??"
Naura menunjuk salah warung yang berada tepat di belakang mereka. "Tuh tempatnya.. Sya,lo gak kenapa-napa sendiri belinya??"
"Gak kenapa-napa.. Yaudah aku beli bakso dulu ya.." Asya beranjak pergi menuju tempat yang ditunjuk Naura tadi.
"Bang.. pesen satu mangkok ya.. pedes.."
Beberapa menit kemudian pesanannya siap. Setelah membayar, Asya lalu mengambil mangkok panas berisi bakso itu dan membawanya dengan hati-hati.
"Itu Zidan!!"
"Wihh gila!! Gue terpana.."
"Zidan.. Liat sini!!"
"Zidan.."
Terdengar kehebohan di seluruh penjuru kantin, suara-suara yang mengelu kan orang yang baru saja menjadi topik pembicaraannya tadi.
Dan tiba-tiba..
Dug..
Prank..
"Aww.. panas banget.." Asya mengaduh menahan rasa panas yang menghinggap di tangan karena bakso yang dia bawa tumpah dan mengenainya.
Sedangkan lelaki yang menabraknya hanya mematung, diam dan tak berbicara.
Yuda lelaki di sampingnya menyolek untuk menyadarkan temannya itu. "Zidan.. Woi sadar!! Bantuin dong tu cewe yang lo tabrak. Kasian tuh tangannya ketumpahan bakso.."
Zidan mengerjab cepat, tersadar dan seketika berjongkok untuk menyetarakan tinggi dengan Asya yang jatuh terduduk karenanya. Matanya tak lepas dari wajah Asya. "Kamu.. gak apa-apa?? Sorry.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Heny Ekawati
pasti biangx esfi yg buat mereka salah paham
2021-08-30
0
Aam Sumiati
Panas yee
2020-12-31
0
Erni Fitriana
panas dan... panassssss...nSih nnya gak papaaa.. udah gitu slow respon lagiiii..... keeukkk juga nih pake cedukan bakso😡😡😡😦... ini permukaan ketemuan zidan sama asya yah.. trus cinta zidan ditolak kayaknya y sama asya🤔🤔🤔🤔
2020-12-05
1