MDM-Part 17

Asya berusaha berhenti dari isakannya,tangannya terkepal dan beberapa kali memukul-mukul dadanya yang terasa amat sesak. Sakit,itu yang Asya rasakan saat ini,baru saja dia merasa dibutuhkan dan kini semua hilang setelah perbuatan Zidan kepadanya.

Zidan mendekat dan memegang bahu Asya ragu. Lelaki itu membawa Asya dalam dekapannya yang hangat,mengelus pucuk kepala Asya perlahan dan penuh perasaan. "Maaf.. cuma itu yang bisa gue bilang ke lo Sya.. gue akan menjauh dan gue janji semua akan baik-baik aja setelahnya.. gue harap lo bahagia..".

Entah mengapa,melihat Asya seperti itu,membuat hati Zidan meringis. Tak bisa ditampik rasa dihatinya mungkin kembali hadir,tanpa sepengetahuannya sendiri. Zidan hanya masih merasa,semua yang dia lakukan karena rasa benci itu belum berkurang. Tapi entahlah..

Zidan melepaskan pelukannya dan bangkit lalu meninggalkan Asya yang masih terduduk menung. Asya mencerna segala perkataan Zidan padanya. Apakah lelaki itu menjauh?? apa dia tak akan mengganggu dan berbuat hal tak senonoh lagi padanya??. Yang jelas ada seberkas kelegaan dihati Asya yang masih perih. Satu yang dia harapkan,Zidan akan menepati janji itu dan menjauhinya.

✳✳✳

Asya melakukan rutinitasnya seperti biasa,tak ada yang aneh kecuali Zidan yang bersikap lebih baik kepadanya selama sebulan ini. Itu membuat hati Asya lega bahkan lebih dari sebelumnya,hanya saja dia tak menyangka bahwa lelaki itu menepati janji.

Saat ini Asya tengah berdiri di depan komplek apartemennya,menunggu seseorang yang beberapa hari ini mengisi relung hati dan menemani hari-hari.

Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depannya,Asya tersenyum sumringah menyambut lelaki yang kini bergelar sebagai kekasihnya.

Dia menghampiri mobil itu,dimana Raihan telah menunggu disana. Ya.. Asya telah menjalin hubungan dengan Raihan dua minggu lalu. Setelah memikirkan dan menimangnya dalam.

Raihan membawa Asya kedalam dekapan,mengecup puncak kepalanya lembut. "Aku kangen..". Ujarnya manja.

Asya melepaskan pelukan Raihan darinya dan memandang lelaki itu heran. "Kangen?? baru aja ketemu tadi malem.. lebay kamu..". Asya mencubit pipi Raihan,hingga membuat lelaki itu terpekik sedikit sakit.

Raihan mengelus-elus pipinya,jujur entah berapa kali Asya sudah melakukannya,bahkan kini dia rasa itu telah berubah jadi kebiasaan kekasihnya itu.

"Sakit Sya.. liat nih pipi aku merah..". Jari Raihan menunjuk bercak merah yang terasa berkedut di pipinya.

Asya menggapai pipi Raihan dan mengelusnya pelan. "Maaf..". Ujar Asya berbalut sesal.

Tiba-tiba Raihan terkekeh geli,melihat ekspresi Asya yang mengecut membuatnya tak sanggup untuk tak tertawa. "Hahaha.. Sya kamu lucu banget sayang..". Tangan Raihan memegangi perut yang terasa sakit karenanya.

Wajah Asya seketika suram,dirinya beringsut meninggalkan Raihan yang masih sibuk dengan kekehannya,membiarkan lelaki itu sendiri hingga Raihan tersadar bahwa Asya telah pergi.

Raihan berlari kecil,mendekati Asya. Tangannya mengapai lengan Asya dan menariknya lembut. "Sorry Sya.. abisnya kamu lucu banget kalau cemberut kaya tadi..". Ujarnya seraya tersenyum.

Asya berbalik dan memandang Raihan lekat. "Tapi gak usah ketawain kaya tadi lagi ya.. kalau diulang aku marah..". Ancam Asya yang dibalas anggukan oleh Raihan.

Tak lama kemudian Raihan menuntun tangan Asya menuju mobil,membuka pintu dan mempersilahkan Asya masuk. Setelah Asya masuk,Raihan berlari kecil ke pintu kemudi dan memasukinya juga. Melajukannya ke kantor Asya,mengantar kekasihnya itu.

✳✳✳

Iris Zidan terpaku,memandang penuh intimidasi kearah dua orang yang tengah berpelukan mesra. Tangannya terkepal kuat,rahangnya mengetat menahan rasa sesak bercampur muak. Tak ada yang lebih sakit dihatinya,kecuali melihat Asya sedang bersama lelaki yang diketahui telah bergelar sebagai kekasih perempuan itu.

Zidan ingin beringsut mendekat lalu dengan sekuat tenaga melayangkan bogeman mentah kepada lelaki itu. Namun dia urungkan,karena mengingat janji yang telah dibuatnya kepada Asya untuk tidak mengganggu kehidupannya lagi.

"Pak Zidan??". Seseorang menepuk bahunya dan memandangnya heran penuh tanda tanya.

Zidan menoleh mengalihkan pandangan,lalu menatap lelaki paruh baya yang berada di hadapannya. "Oh.. maafkan saya Pak Roni.. Ayo mari kita lanjutkan diruangan saja.".

Zidan pun pergi dengan masih memandang Asya dan Raihan dengan lirikan tajam sebelum akhirnya pandangannya terhalang lalu menghilang.

Di lain tempat.

Asya menepuk punggung kekar Raihan pelan,mengingatkannya untuk segera mengakhiri pelukan mereka. "Raihan.. lepasin donk pelukannya.. gak enak diliatin orang..". Bisiknya lirih.

Raihan melepaskan dekapannya lalu tersenyum kepada Asya. "Iya.. iya.. yaudah aku pergi dulu ya..". Pamitnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Asya sendiri.

Asya memandang mobil Raihan sampai mobil itu menghilang di tikungan jalan. Hingga sebuah senggolan mengenai tubuh dan membuatnya terkejut lalu dengan cepat berbalik. "Fany??". Dahi Asya berkerut, mendapati sahabatnya tengan tersenyum aneh kepada dirinya.

"Iri gue sama lo Sya.. lo udah punya pacar,tapi gue belum..". Ekspresi Fany mengecut,membuat Asya tersenyum karena menganggapnya lucu.

"Sabar Fan.. aku yakin kamu cepat atau lambat,pasti akan dapet orang yang sayang sama kamu kok..". Hibur Asya.

Fany mengangguk lalu menatap Asya binar. Ada rasa bahagia ketika melihat Asya yang ada di hadapannya ini tersenyum. "Iya gue tau Sya.. tapi tau apa yang paling bikin gue seneng?? liat lo bahagia..". Ungkap Fany jujur.

Asya terhenyuh,ada rasa haru yang datang menghampiri. Sekali lagi,Asya merasa beruntung bisa memiliki sahabat seperti Fany. "Thanks Fan.. kamu yang terbaik..".

"Yaudah ayo kita masuk.. gue heran sama lo,lo telat mulu datengnya..". Sindir Fany.

"Mana ada Fan.. baru juga beberapa kali..". Ucap Asya membela diri.

✳✳✳

Zidan menyesap kopi hitamnya perlahan,merasakan kafein yang mengalir membasahi tenggorokannya. Pandangannya tetap kosong,rasa yang sebenarnya asing dia ungkapkan. Perasaannya seketika menggelap,begitu mengingat seberkas kejadian dimana Asya memeluk Raihan mesra.

Kepalanya tertunduk,sikunya bertumpu pada lutut lalu dengan kasar jemarinya *** rambut frustasi. Sudah satu bulan ini dia menjaga jarak dan membiarkan Asya tetap tenang setelah apa yang dia lakukan dulu. Tapi,Sejujurnya Zidan tak tahan dengan semua ini. Pernah sekali dia ingin menyambangi apartemen Asya,melepaskan segala rasa yang telah dia tahan lalu dia luapkan. Apalagi fakta bahwa apartemen Asya bersebelahan dengan apartemen kakaknya makin membuatnya gelap mata. Tapi sekali lagi Zidan mengurungkan niatnya,tak ingin menginkari janji yang telah dibuatnya sendiri.

Zidan bangkit lalu melirik arloji yang tersungging indah di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 14.00 wib,waktu yang tepat untuknya beristirahat sejenak.

Kakinya melangkah,menuju kamar pribadi miliknya. Jasnya dia buka dan disampirkan disofa yang tersedia,dasi yang mencekik dia longgarkan begitupun dengan dua kancing atas kemejanya.

Lelaki itu berjalan pelan lalu dengan cepat membaringkan tubuhnya diranjang yang empuk itu. Matanya terpejam,membayangkan penuh ironi hidupnya kini. "Kenapa lo selalu ada dipikiran gue Sya??". Lirihnya kelam. "Andaikan lo bukan dia.. kita pasti gak kaya gini..". Sambungnya kemudian.

Mata Zidan kembali terbuka,maniknya memandang lesu kearah langit-langit ruangan kamarnya. Dirinya bangkit lalu terduduk dipinggir ranjang,tangannya merogoh saku mengambil selembar foto usang.

Jarinya lembut membelai potret digenggamnya,senyum tersungging dibibir kala mengingat kejadian dimana foto itu diambil,saat itu Zidan dan Asya tengah makan bakso,sebagai kompensasi lelaki itu kepada Asya karena telah menumpahkan baksonya dikantin sebelumnya.

Tanpa sadar air mata mengalir,membasahi pipi dan rahang tegas milik Zidan. "Sya.. gue kangen masa lalu kita..". Ucapnya lirih tanpa sadar.

✳✳✳

"Asya.. mungkin besok aku pergi ke london untuk bahas proyek kerja sama dengan pihak investor. Jadi rencananya aku pergi selama tiga minggu,kamu gak apa-apa kan??".

Tanya Raihan disela dirinya mengemudi.

Asya menoleh,mengalihkan pandangannya dari layar handphone lalu menatap Raihan. "Gak apa-apa.. lagi pula besok aku juga ambil cuti tiga hari mau ke Bandung,kunjungin keluarga Om aku..".

"Oh.. kalau gitu aku bisa anter kamu Sya.. soalnya penerbangan aku sore..". Tawar Raihan.

Asya menggeleng dan kembali memusatkan pandangannya pada layar handphone lalu mengetikkan sesuatu. "Gak usah Raihan,aku berangkat sendiri aja.. lagi pula kamu harus siap-siap..". Tolak Asya halus,tak ingin membuat Raihan bersedih.

Dua puluh menit kemudian,mereka sampai di komplek apartemen Asya. Raihan beranjak dari mobil lalu membuka pintu,mempersilahkan Asya keluar.

"Aku bisa keluar sendiri Raihan.. kamu jangan kaya gitu donk..". Protes Asya karena mendapat perlakuan yang dia tak suka.

Raihan tersenyum dan menggenggam tangan Asya penuh sayang. "Masa aku gak boleh manjain pacar sih..". Godanya.

Asya memandang Raihan,wajahnya bersemu merah dan genggaman tangannya pun dia eratkan. "Terimakasih kamu udah terima aku Raihan.. walaupun kamu tau aku gak punya orang tua lagi dan hidup sendi..". Kalimat Asya terhenti begitu Raihan menutup mulutnya.

"Kamu gak usah bilang kaya gitu Sya.. aku gak suka kamu bilang itu.. inget kamu gak sendiri,masih ada sahabat,teman,saudara.. dan.. jangan lupa kamu punya aku..".

Asya mengangguk lalu memeluk tubuh tegap Raihan,membenamkan kepalanya dalam dada bidang lelaki itu. "Aku tau Han..". Ucapnya lirih.

Raihan membalas pelukan Asya dan mengelus pucuk kepalanya lembut. "Aku sayang kamu Sya..". Jujur Lelaki itu.

Tak lama kemudian Raihan melepaskan pelukannya dan memandang Asya lekat,kepalanya sedikit menunduk menipiskan jarak diantara mereka.

Satu tangannya menangkup wajah Asya lalu Ibu jarinya mengusap lembut permukaan bibir kekasihnya yang sedikit basah dan merekah. "Boleh??".

Tanya Raihan ragu.

Asya memandang wajah Raihan yang hanya berjarak beberapa senti saja,lalu mengangguk memberi persetujuan. Tanpa menunggu lama Raihan mengecup bibir Asya,menyesapnya perlahan dan memberi lumatan disana. Mata Asya terpejam,tangannya *** kemeja Raihan posesif karena mendapatkan perlakuan lembut dari lelaki itu.

Jauh dari mereka,Zidan tertegun. Melihat dengan matanya sendiri bagaimana Asya begitu menikmati lumatan demi lumatan yang Raihan berikan.

Rahangnya mengetat,menahan semburat amarah yang seketika memuncak,tangannya kuat terkepal. "Gue gak bisa tahan Sya.. gue harus ingkarin janji.. gue mau lo jadi milik gue,dan harus seutuhnya.. bahkan cowo itu.. gue rasa,gue akan nyingkirin dia..". Desisnya tajam,penuh dengan tekanan yang mengancam.

Terpopuler

Comments

Heny Ekawati

Heny Ekawati

makax jgn sok jdi lelaki lo akn kemakn dendam lo sendiri

2021-08-30

0

Zelianty

Zelianty

cemburu nih y🤣🤣🤣

2021-07-02

0

Alea Wahyudi

Alea Wahyudi

dasar Zidan maunya apa si, giliran asya udah bahagia dia ga trima huff.....

2021-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 MDM-Part 1
2 MDM-Part 2
3 MDM-Part 3
4 MDM-Part 4
5 MDM-Part 5 flashback
6 MDM-Part 6 flashback2
7 MDM-Part 7 flashback3
8 MDM-Part 8 flashback4
9 MDM-Part 9 flashback5
10 MDM-Part 10 flashback end
11 MDM-Part 11
12 MDM-Part 12
13 MDM-Part 13
14 MDM-Part 14
15 MDM-Part 15
16 MDM-Part 16
17 MDM-Part 17
18 MDM-Part 18
19 MDM-Part 19 21+
20 MDM-Part 20
21 MDM-Part 21
22 MDM-Part 22
23 MDM-Part 23
24 MDM-Part 24
25 CURHAT N INFO DARI AUTHOR
26 MDM-Part 25
27 MDM-Part 26
28 MDM-Part 27 21+
29 MDM-Part 28
30 MDM-Part 29
31 MDM-Part 30
32 MDM-Part 31
33 MDM-Part 32
34 MDM-Part 33
35 MDM-Part 34
36 MDM-Part 35
37 MDM-Part 36
38 Part Visual Tokoh Utama.
39 MDM-Part 37
40 MDM-Part 38
41 MDM-Part 39
42 MDM-Part 40
43 MDM-Part 41
44 MDM-Part 42
45 MDM-Part 43
46 MDM-Part 44
47 Bukan Up
48 MDM-Part 45
49 MDM- Part 46
50 MDM- Part 47
51 MDM- Part 48
52 MDM- Part 49
53 MDM- Part 50
54 MDM- Part 51
55 MDM- Part 52
56 MDM- Part 53
57 MDM- Part 54
58 MDM- Part 55
59 MDM- Part 56
60 MDM- Part 57
61 MDM- Part 58
62 MDM- Part 59
63 MDM- Part 60
64 MDM- Part 61
65 MDM- Part 62
66 MDM- Part 63
67 MDM- Part 64
68 MDM- Part 65
69 MDM- Part 66
70 MDM- Part 67
71 MDM- Part 68
72 MDM- Part 69
73 MDM- Part 70
74 MDM- Part 71
75 MDM- Part 72
76 MDM-Part 73
77 MDM-Part 74
78 MDM- Part 75
79 MDM- Part 76
80 MDM- Part 77
81 MDM- Part 78
82 MDM-Part 79
83 MDM- Part 80
84 MDM- Part 81
85 MDM- Part 82
86 MDM- Part 83
87 MDM- Part 84
88 MDM- Part 85
89 MDM- Part 86
90 MDM- Part 87
91 MDM- Part 88
92 MDM- Part 89
93 MDM- Part 90
94 MDM- Part 91
95 MDM- Part 92
96 MDM- Part 93
97 MDM- Part 94
98 MDM- Part 95
99 MDM- Part 96
100 MDM- Part 97
101 MDM- Part 98
102 MDM- Part 99
103 Promosi
104 MDM- Part 100
105 Promosi (Lagi)
106 MDM- Part 101
107 MDM - Part 102 (END)
108 MDM - Part 103 (Raihan&Ana)
109 MDM - Part 104 (Raihan&Ana)
110 MDM - Part 105 (Raihan&Ana)
111 MDM - Part 106 (Raihan&Ana)
112 MDM - Part 107 (Raihan&Ana)
113 MDM - Part 108 (Raihan&Ana)
114 MDM - Part 109 (Raihan&Ana)
115 MDM - Part 110 (Andi dan Fany)
116 MDM - Part 111 (Andi&Fany)
Episodes

Updated 116 Episodes

1
MDM-Part 1
2
MDM-Part 2
3
MDM-Part 3
4
MDM-Part 4
5
MDM-Part 5 flashback
6
MDM-Part 6 flashback2
7
MDM-Part 7 flashback3
8
MDM-Part 8 flashback4
9
MDM-Part 9 flashback5
10
MDM-Part 10 flashback end
11
MDM-Part 11
12
MDM-Part 12
13
MDM-Part 13
14
MDM-Part 14
15
MDM-Part 15
16
MDM-Part 16
17
MDM-Part 17
18
MDM-Part 18
19
MDM-Part 19 21+
20
MDM-Part 20
21
MDM-Part 21
22
MDM-Part 22
23
MDM-Part 23
24
MDM-Part 24
25
CURHAT N INFO DARI AUTHOR
26
MDM-Part 25
27
MDM-Part 26
28
MDM-Part 27 21+
29
MDM-Part 28
30
MDM-Part 29
31
MDM-Part 30
32
MDM-Part 31
33
MDM-Part 32
34
MDM-Part 33
35
MDM-Part 34
36
MDM-Part 35
37
MDM-Part 36
38
Part Visual Tokoh Utama.
39
MDM-Part 37
40
MDM-Part 38
41
MDM-Part 39
42
MDM-Part 40
43
MDM-Part 41
44
MDM-Part 42
45
MDM-Part 43
46
MDM-Part 44
47
Bukan Up
48
MDM-Part 45
49
MDM- Part 46
50
MDM- Part 47
51
MDM- Part 48
52
MDM- Part 49
53
MDM- Part 50
54
MDM- Part 51
55
MDM- Part 52
56
MDM- Part 53
57
MDM- Part 54
58
MDM- Part 55
59
MDM- Part 56
60
MDM- Part 57
61
MDM- Part 58
62
MDM- Part 59
63
MDM- Part 60
64
MDM- Part 61
65
MDM- Part 62
66
MDM- Part 63
67
MDM- Part 64
68
MDM- Part 65
69
MDM- Part 66
70
MDM- Part 67
71
MDM- Part 68
72
MDM- Part 69
73
MDM- Part 70
74
MDM- Part 71
75
MDM- Part 72
76
MDM-Part 73
77
MDM-Part 74
78
MDM- Part 75
79
MDM- Part 76
80
MDM- Part 77
81
MDM- Part 78
82
MDM-Part 79
83
MDM- Part 80
84
MDM- Part 81
85
MDM- Part 82
86
MDM- Part 83
87
MDM- Part 84
88
MDM- Part 85
89
MDM- Part 86
90
MDM- Part 87
91
MDM- Part 88
92
MDM- Part 89
93
MDM- Part 90
94
MDM- Part 91
95
MDM- Part 92
96
MDM- Part 93
97
MDM- Part 94
98
MDM- Part 95
99
MDM- Part 96
100
MDM- Part 97
101
MDM- Part 98
102
MDM- Part 99
103
Promosi
104
MDM- Part 100
105
Promosi (Lagi)
106
MDM- Part 101
107
MDM - Part 102 (END)
108
MDM - Part 103 (Raihan&Ana)
109
MDM - Part 104 (Raihan&Ana)
110
MDM - Part 105 (Raihan&Ana)
111
MDM - Part 106 (Raihan&Ana)
112
MDM - Part 107 (Raihan&Ana)
113
MDM - Part 108 (Raihan&Ana)
114
MDM - Part 109 (Raihan&Ana)
115
MDM - Part 110 (Andi dan Fany)
116
MDM - Part 111 (Andi&Fany)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!