Asya berusaha berhenti dari isakannya,tangannya terkepal dan beberapa kali memukul-mukul dadanya yang terasa amat sesak. Sakit,itu yang Asya rasakan saat ini,baru saja dia merasa dibutuhkan dan kini semua hilang setelah perbuatan Zidan kepadanya.
Zidan mendekat dan memegang bahu Asya ragu. Lelaki itu membawa Asya dalam dekapannya yang hangat,mengelus pucuk kepala Asya perlahan dan penuh perasaan. "Maaf.. cuma itu yang bisa gue bilang ke lo Sya.. gue akan menjauh dan gue janji semua akan baik-baik aja setelahnya.. gue harap lo bahagia..".
Entah mengapa,melihat Asya seperti itu,membuat hati Zidan meringis. Tak bisa ditampik rasa dihatinya mungkin kembali hadir,tanpa sepengetahuannya sendiri. Zidan hanya masih merasa,semua yang dia lakukan karena rasa benci itu belum berkurang. Tapi entahlah..
Zidan melepaskan pelukannya dan bangkit lalu meninggalkan Asya yang masih terduduk menung. Asya mencerna segala perkataan Zidan padanya. Apakah lelaki itu menjauh?? apa dia tak akan mengganggu dan berbuat hal tak senonoh lagi padanya??. Yang jelas ada seberkas kelegaan dihati Asya yang masih perih. Satu yang dia harapkan,Zidan akan menepati janji itu dan menjauhinya.
✳✳✳
Asya melakukan rutinitasnya seperti biasa,tak ada yang aneh kecuali Zidan yang bersikap lebih baik kepadanya selama sebulan ini. Itu membuat hati Asya lega bahkan lebih dari sebelumnya,hanya saja dia tak menyangka bahwa lelaki itu menepati janji.
Saat ini Asya tengah berdiri di depan komplek apartemennya,menunggu seseorang yang beberapa hari ini mengisi relung hati dan menemani hari-hari.
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti tepat di depannya,Asya tersenyum sumringah menyambut lelaki yang kini bergelar sebagai kekasihnya.
Dia menghampiri mobil itu,dimana Raihan telah menunggu disana. Ya.. Asya telah menjalin hubungan dengan Raihan dua minggu lalu. Setelah memikirkan dan menimangnya dalam.
Raihan membawa Asya kedalam dekapan,mengecup puncak kepalanya lembut. "Aku kangen..". Ujarnya manja.
Asya melepaskan pelukan Raihan darinya dan memandang lelaki itu heran. "Kangen?? baru aja ketemu tadi malem.. lebay kamu..". Asya mencubit pipi Raihan,hingga membuat lelaki itu terpekik sedikit sakit.
Raihan mengelus-elus pipinya,jujur entah berapa kali Asya sudah melakukannya,bahkan kini dia rasa itu telah berubah jadi kebiasaan kekasihnya itu.
"Sakit Sya.. liat nih pipi aku merah..". Jari Raihan menunjuk bercak merah yang terasa berkedut di pipinya.
Asya menggapai pipi Raihan dan mengelusnya pelan. "Maaf..". Ujar Asya berbalut sesal.
Tiba-tiba Raihan terkekeh geli,melihat ekspresi Asya yang mengecut membuatnya tak sanggup untuk tak tertawa. "Hahaha.. Sya kamu lucu banget sayang..". Tangan Raihan memegangi perut yang terasa sakit karenanya.
Wajah Asya seketika suram,dirinya beringsut meninggalkan Raihan yang masih sibuk dengan kekehannya,membiarkan lelaki itu sendiri hingga Raihan tersadar bahwa Asya telah pergi.
Raihan berlari kecil,mendekati Asya. Tangannya mengapai lengan Asya dan menariknya lembut. "Sorry Sya.. abisnya kamu lucu banget kalau cemberut kaya tadi..". Ujarnya seraya tersenyum.
Asya berbalik dan memandang Raihan lekat. "Tapi gak usah ketawain kaya tadi lagi ya.. kalau diulang aku marah..". Ancam Asya yang dibalas anggukan oleh Raihan.
Tak lama kemudian Raihan menuntun tangan Asya menuju mobil,membuka pintu dan mempersilahkan Asya masuk. Setelah Asya masuk,Raihan berlari kecil ke pintu kemudi dan memasukinya juga. Melajukannya ke kantor Asya,mengantar kekasihnya itu.
✳✳✳
Iris Zidan terpaku,memandang penuh intimidasi kearah dua orang yang tengah berpelukan mesra. Tangannya terkepal kuat,rahangnya mengetat menahan rasa sesak bercampur muak. Tak ada yang lebih sakit dihatinya,kecuali melihat Asya sedang bersama lelaki yang diketahui telah bergelar sebagai kekasih perempuan itu.
Zidan ingin beringsut mendekat lalu dengan sekuat tenaga melayangkan bogeman mentah kepada lelaki itu. Namun dia urungkan,karena mengingat janji yang telah dibuatnya kepada Asya untuk tidak mengganggu kehidupannya lagi.
"Pak Zidan??". Seseorang menepuk bahunya dan memandangnya heran penuh tanda tanya.
Zidan menoleh mengalihkan pandangan,lalu menatap lelaki paruh baya yang berada di hadapannya. "Oh.. maafkan saya Pak Roni.. Ayo mari kita lanjutkan diruangan saja.".
Zidan pun pergi dengan masih memandang Asya dan Raihan dengan lirikan tajam sebelum akhirnya pandangannya terhalang lalu menghilang.
Di lain tempat.
Asya menepuk punggung kekar Raihan pelan,mengingatkannya untuk segera mengakhiri pelukan mereka. "Raihan.. lepasin donk pelukannya.. gak enak diliatin orang..". Bisiknya lirih.
Raihan melepaskan dekapannya lalu tersenyum kepada Asya. "Iya.. iya.. yaudah aku pergi dulu ya..". Pamitnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Asya sendiri.
Asya memandang mobil Raihan sampai mobil itu menghilang di tikungan jalan. Hingga sebuah senggolan mengenai tubuh dan membuatnya terkejut lalu dengan cepat berbalik. "Fany??". Dahi Asya berkerut, mendapati sahabatnya tengan tersenyum aneh kepada dirinya.
"Iri gue sama lo Sya.. lo udah punya pacar,tapi gue belum..". Ekspresi Fany mengecut,membuat Asya tersenyum karena menganggapnya lucu.
"Sabar Fan.. aku yakin kamu cepat atau lambat,pasti akan dapet orang yang sayang sama kamu kok..". Hibur Asya.
Fany mengangguk lalu menatap Asya binar. Ada rasa bahagia ketika melihat Asya yang ada di hadapannya ini tersenyum. "Iya gue tau Sya.. tapi tau apa yang paling bikin gue seneng?? liat lo bahagia..". Ungkap Fany jujur.
Asya terhenyuh,ada rasa haru yang datang menghampiri. Sekali lagi,Asya merasa beruntung bisa memiliki sahabat seperti Fany. "Thanks Fan.. kamu yang terbaik..".
"Yaudah ayo kita masuk.. gue heran sama lo,lo telat mulu datengnya..". Sindir Fany.
"Mana ada Fan.. baru juga beberapa kali..". Ucap Asya membela diri.
✳✳✳
Zidan menyesap kopi hitamnya perlahan,merasakan kafein yang mengalir membasahi tenggorokannya. Pandangannya tetap kosong,rasa yang sebenarnya asing dia ungkapkan. Perasaannya seketika menggelap,begitu mengingat seberkas kejadian dimana Asya memeluk Raihan mesra.
Kepalanya tertunduk,sikunya bertumpu pada lutut lalu dengan kasar jemarinya *** rambut frustasi. Sudah satu bulan ini dia menjaga jarak dan membiarkan Asya tetap tenang setelah apa yang dia lakukan dulu. Tapi,Sejujurnya Zidan tak tahan dengan semua ini. Pernah sekali dia ingin menyambangi apartemen Asya,melepaskan segala rasa yang telah dia tahan lalu dia luapkan. Apalagi fakta bahwa apartemen Asya bersebelahan dengan apartemen kakaknya makin membuatnya gelap mata. Tapi sekali lagi Zidan mengurungkan niatnya,tak ingin menginkari janji yang telah dibuatnya sendiri.
Zidan bangkit lalu melirik arloji yang tersungging indah di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 14.00 wib,waktu yang tepat untuknya beristirahat sejenak.
Kakinya melangkah,menuju kamar pribadi miliknya. Jasnya dia buka dan disampirkan disofa yang tersedia,dasi yang mencekik dia longgarkan begitupun dengan dua kancing atas kemejanya.
Lelaki itu berjalan pelan lalu dengan cepat membaringkan tubuhnya diranjang yang empuk itu. Matanya terpejam,membayangkan penuh ironi hidupnya kini. "Kenapa lo selalu ada dipikiran gue Sya??". Lirihnya kelam. "Andaikan lo bukan dia.. kita pasti gak kaya gini..". Sambungnya kemudian.
Mata Zidan kembali terbuka,maniknya memandang lesu kearah langit-langit ruangan kamarnya. Dirinya bangkit lalu terduduk dipinggir ranjang,tangannya merogoh saku mengambil selembar foto usang.
Jarinya lembut membelai potret digenggamnya,senyum tersungging dibibir kala mengingat kejadian dimana foto itu diambil,saat itu Zidan dan Asya tengah makan bakso,sebagai kompensasi lelaki itu kepada Asya karena telah menumpahkan baksonya dikantin sebelumnya.
Tanpa sadar air mata mengalir,membasahi pipi dan rahang tegas milik Zidan. "Sya.. gue kangen masa lalu kita..". Ucapnya lirih tanpa sadar.
✳✳✳
"Asya.. mungkin besok aku pergi ke london untuk bahas proyek kerja sama dengan pihak investor. Jadi rencananya aku pergi selama tiga minggu,kamu gak apa-apa kan??".
Tanya Raihan disela dirinya mengemudi.
Asya menoleh,mengalihkan pandangannya dari layar handphone lalu menatap Raihan. "Gak apa-apa.. lagi pula besok aku juga ambil cuti tiga hari mau ke Bandung,kunjungin keluarga Om aku..".
"Oh.. kalau gitu aku bisa anter kamu Sya.. soalnya penerbangan aku sore..". Tawar Raihan.
Asya menggeleng dan kembali memusatkan pandangannya pada layar handphone lalu mengetikkan sesuatu. "Gak usah Raihan,aku berangkat sendiri aja.. lagi pula kamu harus siap-siap..". Tolak Asya halus,tak ingin membuat Raihan bersedih.
Dua puluh menit kemudian,mereka sampai di komplek apartemen Asya. Raihan beranjak dari mobil lalu membuka pintu,mempersilahkan Asya keluar.
"Aku bisa keluar sendiri Raihan.. kamu jangan kaya gitu donk..". Protes Asya karena mendapat perlakuan yang dia tak suka.
Raihan tersenyum dan menggenggam tangan Asya penuh sayang. "Masa aku gak boleh manjain pacar sih..". Godanya.
Asya memandang Raihan,wajahnya bersemu merah dan genggaman tangannya pun dia eratkan. "Terimakasih kamu udah terima aku Raihan.. walaupun kamu tau aku gak punya orang tua lagi dan hidup sendi..". Kalimat Asya terhenti begitu Raihan menutup mulutnya.
"Kamu gak usah bilang kaya gitu Sya.. aku gak suka kamu bilang itu.. inget kamu gak sendiri,masih ada sahabat,teman,saudara.. dan.. jangan lupa kamu punya aku..".
Asya mengangguk lalu memeluk tubuh tegap Raihan,membenamkan kepalanya dalam dada bidang lelaki itu. "Aku tau Han..". Ucapnya lirih.
Raihan membalas pelukan Asya dan mengelus pucuk kepalanya lembut. "Aku sayang kamu Sya..". Jujur Lelaki itu.
Tak lama kemudian Raihan melepaskan pelukannya dan memandang Asya lekat,kepalanya sedikit menunduk menipiskan jarak diantara mereka.
Satu tangannya menangkup wajah Asya lalu Ibu jarinya mengusap lembut permukaan bibir kekasihnya yang sedikit basah dan merekah. "Boleh??".
Tanya Raihan ragu.
Asya memandang wajah Raihan yang hanya berjarak beberapa senti saja,lalu mengangguk memberi persetujuan. Tanpa menunggu lama Raihan mengecup bibir Asya,menyesapnya perlahan dan memberi lumatan disana. Mata Asya terpejam,tangannya *** kemeja Raihan posesif karena mendapatkan perlakuan lembut dari lelaki itu.
Jauh dari mereka,Zidan tertegun. Melihat dengan matanya sendiri bagaimana Asya begitu menikmati lumatan demi lumatan yang Raihan berikan.
Rahangnya mengetat,menahan semburat amarah yang seketika memuncak,tangannya kuat terkepal. "Gue gak bisa tahan Sya.. gue harus ingkarin janji.. gue mau lo jadi milik gue,dan harus seutuhnya.. bahkan cowo itu.. gue rasa,gue akan nyingkirin dia..". Desisnya tajam,penuh dengan tekanan yang mengancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Heny Ekawati
makax jgn sok jdi lelaki lo akn kemakn dendam lo sendiri
2021-08-30
0
Zelianty
cemburu nih y🤣🤣🤣
2021-07-02
0
Alea Wahyudi
dasar Zidan maunya apa si, giliran asya udah bahagia dia ga trima huff.....
2021-05-05
0