Permintaan Nania

Sania mengetok pintu kamar Nania tunjukkan etika sopan santun. Sania bisa saja langsung masuk namun tak dilakukan agar Nania tahu dia masih dihargai.

"Masuk..." terdengar kata lemah.

Sania membuka pintu kamar perlahan sembulkan kepala dari balik pintu. Nania tersenyum melihat siapa yang datang. Nania sudah duga Sania pasti datang menjenguknya. Kehangatan di pancarkan dari raut wajah Sania sudah buat Nania lega.

"Sini.." panggil Nania yang duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Wajahnya sudah lebih segar dari kemarin. Tapi tetap pucat.

Sania dekati Nania lebarkan bibir bentuk senyum manis. Sania berusaha tampak rilex walau dalam hati prihatin pada kondisi Nania.

"Gimana hari mbak? Enakan?"

Nania mangut, "Jauh enakan. Yang penting tak sesak lagi."

"Syukurlah! Oya mana Pak Bara?" tanya Sania karena tak melihat bayangan Bara.

"Katanya jumpa klien bahas masalah perbaikan jalan."

Sania menduga Bara pergi jumpa Pak Wandi. Bara tak menyimpan rahasia dari Nania adalah contoh laki baik. Omong apa adanya lebih bagus daripada bohongi bini yang lagi sakit berat.

"Benar mbak..ada perubahan mendadak. Mbak pingin makan apa biar aku belikan."

"Tak ada. Selera makan ku buruk."

Sania duduk di tepi tempat tidur Nania meraih tangan wanita sekarat itu. Sania benar kasihan pada Nania. Andai dia di posisi Nania apa bisa setegar wanita itu?

"Mbak..makan banyak biar sehat. Mbak harus berjuang. Masa mbak tega tinggalkan Pak Bara pada ulat ulat bulu menjijikkan."

"Penyakitku sudah parah San..aku jadi batu sandung Mas Bara saja. Dia jatuh gara gara aku." ujar Nania sendu.

"Kalau mbak tahu bikin susah Pak Bara maka harus sehat bayar hutang pada Pak Bara. Ngak mungkin dong aku yang bayar hutang mbak!" gurau Sania bangkitkan semangat hidup Nania.

"Aku tak mampu bertahan lebih lama. Aku menahan rasa sakit setiap hari. Kadang aku ingin bunuh diri."

"Huuusss..ngucap mbak! Allah benci orang berpikiran picik. Aku janji akan selalu ada untuk mbak ku..sumpah! Tapi dengan catatan mbak tak boleh patah arang."

"Hanya kamu yang inginkan kesembuhanku. Yang lain mau aku cepat mati. Terutama kakakku. Dia selalu kacau kan pikiranku. Ngancam hendak habisin aku. Ntahlah San! Aku pasrah.."

"Mbak...kakakmu itu sudah salah. Mata hatinya sudah buta. Tak usah open orang gitu. Kita usahakan pengobatan mbak sampai sembuh. Terpenting niat mbak mau sembuh."

"Aku suka padamu Sania..bolehkah aku minta sesuatu darimu?"

"Tentu..selama tanganku masih bisa menjangkau pasti kulaksanakan. Apa? Katakan saja."

Nania menggenggam tangan Sania erat erat sebelum utarakan niat pada Sania. Mata kuyu Nania bergerak gerak seperti hendak nangis.

Sania jadi tak tega ikutan sedih. Sania janji akan penuhi permintaan Nania walau sulit dilakukan. Semoga saja permintaan Nania tak menyulitkan Sania.

"San..mungkin ini berat bagimu. Tapi aku lakukan ini untuk lindungi aku dan Mas Bara."

"Mbak..tak usah ragu. Katakan saja!" Sania menguatkan Nania untu katakan permintaan hati.

"Baiklah! Aku mau kamu menikah dengan Mas Bara."

Sania kaget sampai bergeser dari tempat duduk semula. Sania bagai dihantam godam besar sampai kepala pusing.

Sungguh permintaan paling dahsyat dalam hidup Sania. Baru saja dia ditolak Bobby kini ada yang menawarkan dia kawin jadi bini kedua. Lelucon apa ini?

"Mbak...jangan bercanda! Aku tak mungkin ganggu rumah tangga mbak. Dan permintaan mbak berlebihan."

Nania tertawa pahit, "Sudah kuduga kau akan nolak. Aku hanya mau kamu jauhkan Mas Bara dari Nada dan Arsy. Mereka bukan wanita tepat untuk mas Bara. Kak Nada hanya mau hidup senang tak peduli soal cinta. Arsy itu mantan pacar Mas Bara. Mereka berdua selalu ganggu hidup Mas Bara. Kau berani melawan mereka maka aku minta perlindunganmu. Aku tahu kau masih muda." Nania berkata sedikit emosi bikin nafasnya terengah-engah .

Sania cepat cepat merangkul Nania bikin wanita itu tak makin terbawa emosi. Sania takut akan pengaruhi kesehatan Nania.

"Maafkan aku mbak..permintaan ini terlalu mendadak. Aku kaget..beri aku waktu untuk berpikir. Aku takut mbak sakit hati suami punya bini muda."

"Aku malah senang bini muda suamiku itu kamu. Sania... kau mau kan?" bujuk Nania berharap.

"Aku akan beri jawaban pada mbak esok hari. Tak usah pikir apapun. Semua akan baik baik. Takkan kubiarkan siapapun sakiti mbak."

"Baiklah! Mbak harap kabar baik ya!"

Sania berusaha menyenangkan Nania bikin anggukan kecil. Sania masih punya pikiran waras menikah dengan Bara. Sania tak kenal sifat asli Bara. Ntah pemarah atau peramah. Kalau dilihat dari sikap Bara dua hari ini jauh dari kata peramah. Yang ada dingin.

"Kita tak usah bahas itu lagi ya! Kita bahas yang lain. Ceritakan soal masa pacaran mbak dan Pak Bara saja. Pasti manis kayak gula aren. Asli tanpa bahan pengawet." Sania alihkan perhatian Nania dari niat aneh yang bikin jantung Sania mau copot.

"Aku dan Mas Bara tak pacaran. Ada hal bikin kami menikah." cerita Nania tak menggebu. Sania menduga pernikahan Bara dan Nania campur tangan orang tua atau hal lain yang tak boleh Sania ketahui.

"Tak usah lanjutkan. Gimana kita duduk di halaman depan? Udara cukup bagus."

"Besok saja San. Mbak masih lemas.."

"Ok..mungkin soal keluarga mbak?"

"Tidak...mereka tak ada yang peduli pada kesehatanku. Waktu Mas Bara masih jaya mereka datang tiap hari minta jatah bulanan. Setelah Mas Bara mulai surut yang ada hanya ejekan. Semua ini karena aku. Mas Bara mundur karena aku."

"Maka itu mbak harus sehat. Jangan siakan semua pengorbanan Pak Bara!"

"Aku mau bangkit asal didampingi kamu."

"Mbak tak sakit hati melihat Pak Bara membagi perhatian padaku?"

"Tidak...aku sangat bersyukur kalau kau mau jadi isteri Mas Bara. Aku sudah tempatkan suami pada tempat layak."

"Pak Bara belum tentu mau."

"Aku mau apa?" terdengar suara bass dari arah pintu.

Sania dan Nania menoleh. Bara sudah berdiri di depan pintu kamar Nania. Bara baru pulang bawa wajah lelah.

"Dasar manusia keturunan hantu. Datang selalu tak bersuara." desah Sania namun di dengar Nania. Nania tertawa tipis tanpa maksud apapun.

"Mas..sudah pulang?" tanya Nania lembut.

"Baru dari tempat jualan batang pohon bersama Pak Wandi. Kami memilih pohon untuk hijaukan perumahan." cerita Bara tanpa diminta. Kalimat ditujukan pada dua wanita di depannya. Sania lebih tepat terima kabar ini karena ini menyangkut proyek.

"Sudah ada gambaran?" tanya Sania antusias.

"Sudah...Pak Wandi puas dengan semua konsep kita. Semoga semua lancar."

"Amin...Pak bara sudah pulang aku mohon pamit dulu. Kalau ada waktu aku akan datang temani mbak Nania." Sania bangkit ijin pamit.

"Kenapa cepat sekali? Makan malam di sini saja." pinta Nania langsung sedih Sania mau pulang.

Sejujurnya Sania tak nyaman bersama Bara. Ditambah niat tak masuk akal Nania. Mana ada wanita cariin suami isteri muda. Mungkin pikiran Nania sedang kalut maka muncul ide menggelikan. Sania tak mau ambil hati soal permintaan Nania. Sekarang dia harus pulang istirahat.

"Mbak...aku masih ada dikit kerja harus selesai malam ini. Dan lagi proyek segera dikerjakan. Tak ada waktu santai. Besok aku balik sini lagi. Mbak istirahat ya!" Sania menepuk pipi tirus Nania perlahan. Nania angguk tak ada pilihan lain.

"Ingat janjimu kasih jawaban besok!"

"Iya mbakku sayang...Aku pulang dulu. Oya pak Bara! Aku sudah dapat tim kerja lapangan. Cuma ada sepuluh orang."

"Untuk sementara cukup. Kita bisa cari perlahan. Mana tahu para pekerja bisa rekom kawan mereka."

"Iya pak...aku permisi. Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam.."

"Mari kuantar!" Bara ikuti Sania sampai ke depan pintu rumah. Sania bergegas masuk ke mobil meninggalkan rumah Bara.

Perasaan Sania kurang enak terhadap Bara soal tawaran nikah Nania. Bara belum tentu tahu soal ini namun Sania merasa grogi sendiri.

Bara masuk rumah setelah mobil Sania menghilang di balik tikungan jalan. Rumah tetap sepi tanpa ada hawa segar. Tak ada tawa canda keluarga apalagi anak kecil. Bertahun menikah dengan Nania tak ada tanda Nania bakal hamil. Sekarang Nania kena kanker rahim. Harapan punya anak makin jauh dari genggaman Bara. Mungkin ini sudah takdir Bara harus hidup tanpa keturunan.

Bara kembali ke kamar berniat mandi bersih badan. Berkerja seharian cukup menguras tenaga laki ini. Sudah cukup lama Bara tak tangani proyek besar. Proyek yang diterima hanyalah kelas kecil cukup bayar gaji pegawai.

Bara ambil handuk dari lemari pakaian bermaksud mandi. Nania menatap gerak gerik Bara penuh perhatian. Wanita ini ingin sampaikan niat hati pada Bara tentang pernikahan Bara dan Sania. Namun Nania masih dipenuhi keraguan kalau Bara akan menolak macam Sania.

"Mas...ada yang ingin kusampaikan." kata Nania dengan nada bergetar.

Bara hentikan langkah menuju kamar mandi. Bara balik badan menghadap isterinya yang sedang menatap dirinya lekat lekat.

"Mau omong apa?"

"Mandilah dulu biar enak ngobrol!"

"Ok...habis ini kamu makan ya! Ingat kata dokter kamu harus banyak makan."

"Iya Mas.."

Bara tersenyum lembut lalu masuk kamar mandi. Nania berharap Bara bersedia laksanakan permintaannya. Nania mau Bara mendapat pasangan baik setelah dia meninggal. Nania tahu sisa hidupnya tak lama lagi. Dari hari ke hari penyakitnya makin memburuk. Nania sudah pasrah siap hadapi kemungkinan terburuk.

Nania mau Bara berada di tangan tepat. Harapan Nania terkabul. Tuhan mengirim seorang gadis muda di antara mereka. Gadis itu berhati mulia memompa semangat Nania untuk berjuang. Nania makin yakin jodohkan Bara pada Sania.

"Melamun terus...mikir apa?" Bara keluar dari kamar mandi menyebar harum maskulin lelaki. Nania paling suka cium bau harum suaminya yang jantan. Bara selalu lembut padanya walau apapun kesalahannya. Bara adalah sosok laki sempurna bagi isteri. Maka itu Nania tak rela kalau Bara nikahi wanita abal abal macam Nada.

"Mas.."

"Apa? Ada yang tak enak?"

Nania menggeleng, "Aku punya satu permintaan di sisa hidupku. Aku tahu hidupku akan segera berakhir."

"Ngawur...emang Sania sudah bilang apa sama kamu? Dia racuni kamu?"

"Justru Sania marah kalau aku patah semangat. Sania anak baik. Aku suka padanya."

"Syukurlah dia tak kasih racun padamu! Mas tahu dia baik. Tapi dia tetap orang lain. Tak baik asyik repotkan orang."

"Aku mau Sania ada antara kita."

Bara melongo bingung dengar kata Nania.

"Apa maksudmu?"

"Aku mau Sania tinggal bersama kita. Aku mau Mas nikahi dia."

Bara terdiam tak mampu menjawab permintaan Nania. Permintaan Nania sungguh tak masuk akal. Sudah stress Nania ini.

"Kau waras Nia?"

"Mas..hanya Sania mampu tenangkan hatiku. Dia sangat peduli sakitku. Kasih semangat, kasih kehangatan yang tak pernah kudapatkan."

"Sania yang minta kamu omong gitu?"

"Tidak Mas..tadi kutanya dia tapi dia menolak. Dia sayang padaku murni kasih sayang adik kakak. Mas harus bujuk dia."

"Nania..buang pikiran anehmu! Isteriku cuma kamu. Tak ada lain."

"Mas..aku butuh teman bicara yang ngerti aku." seru Nania agak histeris.

"Nania..bukankah ada Nada temani kamu? Dia kakakmu pasti lebih sayang padamu dari Sania. Sania hanya pegawaiku. Tak lebih."

"Mas ngak tahu penderitaanku selama ini. Kak Nada tak pernah tulus padaku. Datang ke sini hanya maki maki. Coba tanya Bik Sur! Kemarin dia yang masukkan udang dalam buburku. Aku diam saja selama ini demi kedamaian keluarga kita. Tapi Sania telah bangkitkan semangat juangku."

"Ya Allah...benarkah ceritamu tentang kak Nada? Teganya dia jahat padamu."

"Dia minta aku cepat mati supaya jadi bini mas gantiin aku! di depan mas dia pura pura baik. Di belakang selalu siksa aku. Obatku kadang dibuangnya. Mama kandungku sendiri juga jahat. Bagaimana aku tak mengharap Sania lindungi aku?"

Bara meraih tubuh kurus di hadapannya ke pelukan. Tak disangka menempatkan Nada di sisi Nania malah menyakiti Nania. Bara pikir Nada pasti akan jaga Nania karna Nania adalah adik kandungnya.

"Maafkan mas! Mas tak tahu begini jadinya. Mulai besok dia tak boleh datang sini lagi. Mas akan larang dia datang. Soal Sania tak usah bahas lagi. Dia masih muda mana mau sama Mas. Tapi mas jamin dia akan datang temani kamu kalau selesai tugas. Lupakan hal buruk ya! Kita makan dulu. Bukankah kau mau berjuang? Kita mulai dari gizi. Ok?" bujuk Bara berusaha bikin Nania tenang.

"Aku tak lapar." Nania menolak badan Bara menjauh darinya. Nania pasang wajah ngambek.

Bara menarik nafas gundah Nania tak mau makan. Kesehatan Nania bisa drop bila tak makan dengan teratur. Organ tubuh Nania tak bisa bekerja maksimal karena digerogoti kanker stadium akhir. Dia butuh asupan gizi untuk perpanjang hidup yang tak tahu kapan berakhir.

"Nania...Mas yakin Sania akan marah kalau kau abaikan nasehatnya. Bukankah kau sangat memujanya? Jadi dengarlah nasehatnya. Mas ambil makananmu ya!" rayu Bara tetap sabar.

"Nanti saja makannya kalau mas janji mau penuhi permintaanku."

"Nania...Sania belum tentu mau sama orang tua macam mas. Dia muda, cantik, pinter, menarik. Segala dia punya. Mana mungkin tertarik jadi bini Mas?"

Terpopuler

Comments

Sri Mulyati

Sri Mulyati

visualnya dong tambah seru

2022-09-30

0

Ardila Noya

Ardila Noya

hai Thor semangat nulis nya buat karya selanjutnya...tp d sni aq aga bingung sama susunan kalimatnya...bahasa nya seperti org Melayu...tp AQ ttep penasaran sama ending nya...sukses trus Thor buat karya yg bs mengegrak MT..d sni alur nya bagus tak ada kawin kontrak ..One night love..child is thrown away...alami sekali..aku suka..

2022-03-24

0

Jumi Roh

Jumi Roh

jadi terharu thor

2022-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!