Pengawal Nania

Bara perhatikan Sania melayani Nania. Sikapnya tulus seakan sedang layani kakak sendiri. Mata Bara makin terbuka terhadap sosok Sania. Gadis sebaik ini tersiakan gara Bobby tergiur kecantikan bintang sinetron top. Suatu saat Bobby pasti akan menyesal meninggalkan Sania untuk Ranti.

"Kamu makan saja Sania. Biar kusuap Nania!" Bara mengambil mangkok bubur dari tangan Sania.

"Mas Bara benar Sania. Ini sudah lewat jam makan. Kamu makan dulu. Aku bisa sendiri. Bukan kah kamu bilang aku harus semangat?" Nania menepuk punggung tangan Sania yang sudah diangkat hendak suap Nania.

Sania tersenyum, "Ya mbak.."

Bara berikan mangkok pada Nania harap bininya bisa makin mandiri. Kesehatan Nania kan makin bagus dibarengi semangat juang tinggi. Meratapi nasib akan mengantar dia makin cepat menuju ke alam baka. Bara bersyukur jumpa gadis sebaik Sania.

Sania baru muncul dalam hidupnya namun telah bawa banyak angin positif. Dalam diri Sania tersimpan power tersembunyi. Sania boleh nampak konyol namun setiap tindak tanduknya cerminkan orang terpelajar.

Semoga ke depan Sania akan beri kedamaian bagi keluarga Bara.

Akhirnya Roy datang walau agak telat. Bara yang sudah kelaparan langsung ajak Roy nikmati nasi nasi aneka rasa. Roy tak bisa makan banyak karena baru siap makan dicafe. Roy datang demi temani sahabat kental dari masa ke masa.

Nania tertidur setelah makan. Fisik Nania tak sebagus orang sehat. Nania cepat lelah tak bisa banyak aktifitas. Karena kondisi ini Nania tak berani banyak protes walau dijahati kakaknya. Nania perlu bantuan Nada sang kakak untuk lengkapi segala keperluan sehari hari. Sayang Nada ambil kesempatan ingin kuasai Bara untuk diri sendiri.

"Maaf pak..mbak Nania sudah tidur! Aku mau pulang. Besok masih ke kantor." Sania pamitan setelah Nania tertidur

Bara mengangguk. Hari sudah larut malam. Sania memang harus pulang istirahat. Bara yakin Sania cukup lelah hari ini. Dari pagi dia lakukan aktifitas tanpa kenal lelah. Teken kontrak, tinjau lokasi proyek dan terakhir temani Bara jaga Nania.

"Kau antar Sania ya Roy!" pinta Bara pada sahabatnya.

Roy angguk tak tolak antar gadis muda nan cantik. Hitung hitung jalin persahabatan lebih intim. Siapa tahu bisa klop hasilnya nada lebih mesra. Roy masih jomblo. Tak salah mencoba daun segar baru.

"Tak usah pak! Aku pulang sama taksi saja. Mobilku masih di kantor." tolak Sania halus.

"Tak baik anak gadis pulang sendiri di malam hari. Nanti diculik vampire lho!" canda Roy mengharap Sania mau diantar.

"Roy benar. Tinggalkan saja mobilmu di kantor! Besok kau datang sama taksi. Aku tak tenang kau pulang sendiri."

"Ok...Aku lelah hari ini. Besok mungkin agak telat dikit ke kantor. Jangan dipecat lho pak!" olok Sania

"Iya..hati hati di jalan! Roy...antar sampai rumahnya ya!"

"Siap! Kalau terlalu malam boleh dong diajak nginap."

"Boleh..di gudang kantor satpam. Di situ ada cewek mungil pinter cium laki mesum. Jamin bibirnya jontor disosor tikus mungil nan manis." sahut Sania bikin Roy meringis.

"Sadis amat! Masa diumpan ke tikus lapar. Bisa hilang masa depanku digerayangi makhluk menjijikkan."

"Yang penting betina toh! Makanya cari pacar!"

"Belum ketemu yang klop! Rata jumpa yang kuras kantong beli bedak. Dikerok bedak di wajah bisa dapat sepiring." ujar Roy tumpahkan isi hati.

"Di kampung saudaraku ada yang tak perlu berbedak tapi tetap berharga. Mau?" tawar Sania serius.

Roy langsung mangut. Bara memilin bibir merasa ada nada tak sedap tawaran Sania. Makin lama bersama Sania makin terasa sifat iseng Sania.

"Mau langsung lamar atau pedekate dulu?"

"Kenalan dulu dong! Masak main embat. Janda atau gadis?" tanya Roy mulai bergairah ditawari gadis cantik.

"Janda atau gadis aku tak tahu! Soalnya dia liar..suka nyari makan di mana mana. Kadang kecantol jantan tetangga juga tak tahu. Rasanya tidak gadis deh!"

Roy tersadar dikerjain Sania lagi. "Gila lhu! Mau nawarin kambing ya!"

Bara dan Sania tergelak gelak lihat Roy manyun dikerjain Sania. Roy sudah semangat kontan loyo.

"Sorry Pak Roy...cuma guyon! InsyaAllah Pak Roy akan temukan gadis impian bapak." Sania membungkuk sopan pada Roy tanda minta maaf. Roy juga tahu Sania hanya sekedar guyon.

"Amin..ayok berangkat! Sudah malam.." ketus Roy dahului Sania.

Sania memandangi Bara minta pamit tanpa keluarkan kata kata. Antara mereka masih banyak waktu ngobrol soal penyakit Nania. Sania ingin tahu riwayat penyakit Nania. Siapa tahu dia bisa kasih masukkan pada Bara cari pengobatan lebih baik.

Roy tepati janji antar Sania sampai di tempat. Setelah yakin Sania selamat masuk gedung apartemen Roy pamit. Malam merangkak jauh menuju esok penuh harapan.

Sania sangat lelah langsung mandi dan tidur menyongsong fajar. Semoga esok hari semua berjalan lebih lancar dari kemarin.

Azan subuh paksa Sania bangun menghadap Yang Maha Kuasa. Sebenarnya Sania masih ngantuk namun panggilan sholat jauh lebih penting dari sekedar tidur.

Dengan bertatih-tatih Sania masuk kamar mandi ambil air wudhu. Tersentuh air dingin subuh bangkitkan Sania dari rasa ngantuk. Seketika ngantuk Sania sirna berganti rasa haru masih diberi waktu jalani sholat. Sania puji syukur bisa laksanakan sholat tepat waktu.

Bayangan Nania dengan segala penderitaan bermain di mata Sania. Sampai kapan Nania harus menanggung derita cukup berat. Wajar wanita itu putus asa jalani hari hari tak pasti.

Sania memohon pada Illahi agar segala sakit Nania diangkat diberi kesembuhan. Nania berhak mendapat kebahagiaan bersama Bara.

Seusai sholat Sania mencoba meneleponi seseorang jauh dari mata. Sania tak segan angkat ponsel karena yakin orang yang diteleponi bakal angkat teleponnya.

"Halo..."

"Halo my baby..apa kabar? Tumben telepon?"

"Baik mas... lagi ngapain?"

"Lagi piket..Indonesia sedang menangis?"

"Ngak lucu..adikmu bukan kerupuk mudah hancur. Gimana bibi dan paman?"

"Sudah balik ke Amsterdam. Mbak Susi melahirkan. Ada apa telepon?"

"Mbak Susi sudah lahiran? Anaknya condong ke timur atau barat?"

"Barat. Mirip banget sama Lewis. Imut banget!"

"Aku jadi pingin pulang sana."

"Pulang saja. Lupakan semua masalahmu sayang! Kau bisa hidup tenang di sini. Mau sama aku atau sama Opa di Belanda juga boleh."

"Kasih aku waktu. Aku pasti pulang kalau misiku selesai. Oya Mas Ghani..Sania mau tanya soal kanker stadium empat."

"What? Kau kena kanker?" seru suara seberang nyaris tulikan kuping Sania. Sania terpaksa jauhkan ponsel sebelum gendang telinga jebol.

"Ssssttt..jangan gila! Bukan aku tapi sahabatku."

"Oh..kanker apa? Kanker itu banyak jenis. Ada yang jinak dan ada yang ganas. Penyembuhan tergantung stadium berapa."

Sania termenung tak bisa kasih jawaban pasti. Dia sendiri belum jelas jenis apa kanker di tubuh Nania.

"Aku juga belum jelas Mas..cuma sekedar ingin tambah ilmu doang. Apa ada kemungkinan sembuh kalau kena kanker?"

"Masmu bukan Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa usaha. Keputusan tetap di Atas."

Sania benarkan kata kata Mas Ghani sepupu Sania yang tinggal di Amerika berprofesi dokter.

"Terima kasih Mas...oya kapan kenalkan calon bini? Jangan yang pirang ya! Usahakan gadis tanah air."

"Di sini susah dapat gadis tanah air. Adapun rata bergaul bebas sok ikut hidup orang barat. Mas gk suka gadis urakan. Kalau kau bukan adik mas sudah mas nikahi."

"Buang pikiran kotormu ya! Ini sudah seratus kali mas bilang gitu."

Ghani tertawa bikin pekak kuping Sania. Ghani sayang sekali pada adik sepupunya sampai tak rela kalau ada yang sakiti gadis piatu itu. Papa Ghani adalah abang mama Sania. Mama Sania sudah meninggal 15 tahun lalu karena kecelakaan mobil.

Sania dibawa pergi oleh keluarga mamanya begitu mama meninggal. Sania tinggalkan tanah air saat berumur delapan tahun. Sekian lama menanti akhirnya Sania kembali ke tanah air cari penyebab mamanya meninggal. Sania sudah kumpul semua data tentang kematian mamanya yang tak wajar. Sania bersumpah akan hancurkan orang yang telah rengut nyawa mamanya.

"Sayang..kau masih dengar?" suara Ghani buyarkan lamunan Sania.

"Iya mas..Sania akan hubung mas lagi kalau sudah jelas jenis kanker temanku. Tolong cari tahu dokter mana sanggup tangani dia."

"Sayangku...kau tetap malaikat tanpa sayap bagi orang. Tapi kenapa kau tak jadi peri untuk dirimu sendiri? Lepaskan semuanya. Kau akan bahagia."

"Ada saatnya mas...aku masih ada kerja hari ini. Doakan aku dapat proyek besar lagi ya! Biar tambah kaya."

"Apa semua warisan Opa belum cukup? Apa yang kau cari Sania?"

"Keadilan..."

"Ok..cepat balik sini kalau sudah bosan main! Mas hanya bisa doakan kamu."

"Terima kasih masku terganteng. Byee...love you."

"Love you too.."

Sania menyimpan ponselnya di meja nakas sambil menghela nafas. Bayangan buruk masa lalu masih hantui benak gadis muda ini. Bertahun dia lewati berteman rasa dendam pada satu keluarga yang menyebabkan kehancuran besar dalam hidup Sania.

"Kalian akan rasakan deritaku." desis Sania monolog.

Sania berangkat kantor seperti biasa tidak telat. Hari ini Sania pergi dengan taksi online karena mobilnya masih tertinggal di kantor.

Suasana kantor masih sepi waktu Sania masuk kantor hanya ada satu dua karyawan sedang beres beres hendak lakukan kegiatan kerja.

Sugeng menghadang Sania di bawah tangga sebelum sempat Sania naik ke tingkat atas tempat dia lakukan kegiatan.

"San...apa iya kita dapat proyek kelas kakap?"

"Bukan kakap tapi ikan bandeng. Sedang sedang gitu. Kenapa? Tak senang?"

"Ya Allah...kok tanya gitu? Ya senang...Sudah lama kita dicemooh perusahaan kelas teri. Kini kita bangkit..apa harus tambah pegawai? Ada temanku ingin kerja sini."

Sania menggeleng tak pasti. Sania bukan bos mana bisa tentukan rekrut tenaga baru. Semua berpulang pada Bara.

"Aku tak tahu...tunggu keputusan Pak Bara!"

"Kau benar.."

"Bu Dea akan bagi rancangan kerja kalian. Kalau Pak Bara datang kita akan adakan rapat bahas kerja kita."

"Siap!" Sugeng posisikan tangan di jidat tanda siaga.

Sania hadiahkan senyum manis pada Sugeng sebagai balasan kepatuhan anak laki itu. Sania segera naik ke lantai dua untuk mulai laksanakan tugas sebagai perancang bangunan di perusahaan Bara.

Sania buka hidupkan pc di depan meja mulai bekerja maksimal selesaikan design gambar untuk ajukan tender pada PT SHINY. Segala cara harus ditempuh untuk dapatkan mega proyek harga trilliunan. Sania ingin ganjal Bobby supaya gagal dapatkan proyek ini. Laki tak bermoral macam Bobby tak pantas diberi panggung. Harusnya hancur lebur tak bersisa.

"Pagi Sania..." sapa Dea yang baru datang. Pagi ini Dea tampak cerah dalam busana biru langit. Warna kulit gelapnya makin gelap di padu warna terang. Pemilihan busana lumayan buruk.

"Pagi Bu Dea...Gimana anakmu?"

"Puji Tuhan sehat...kau kurang tidur ya?"

"Bu Dea kok tahu? Ada bakat jadi peramal deh!"

"Peramal apaan? Tuh mata pandamu kasih tahu semua orang kau tak tidur nyenyak."

Secara reflek Sania meraba mata yang memang sedikit pedih. Semalam telat tidur namun cepat bangun. Biasa seusai sholat subuh Sania akan curi waktu tidur kembali sampai jam 6 pagi. Tapi pagi ini Sania langsung bangun karena ngobrol dengan saudara sepupu.

"Gitu ya!" gumam Sania.

Dea tak mau sok akrab tanya penyebab Sania tak tidur baik. Gadis muda macam Sania pasti punya masalah pribadi. Ntah masalah keluarga taupun pacar. Beda dengan dia yang sudah punya keluarga. Masalah Dea ya seputar anak juga suami! Terakhir baru soal kerja. Keluarga tetap jadi topik utama. Perhatian pada keluarga harus imbang dengan tugas. Keduanya sama penting.

"Kalau ada waktu coba istirahat sebentar! Matamu kehilangan cahaya bintang. Biasa mata seperti bintang kejora berkilau sihir orang dalam danau matamu."

Sania tertawa geli dipuji Dea setinggi langit. Kata kata Dea persis anak lajang ngerayu cewek. Kalau kalimat itu keluar dari mulut seorang cowok pastilah rayuan gombal.

"Bu Dea macam saja. Aku memang agak lelah tapikita kejar target. Proyek kita sudah harus dimulai sepuluh hari lagi. Maka kuusulkan rapat biar kita bisa bahas bersama."

"Kau gadis hebat. Semuda gini sudah punya taring panjang."

"Emang gadis muda hanya boleh ada gigi gisul?" gurau Sania halau rasa tegang.

"Gisul atau taring aku tetap the best. Eh..jam segini Pak Bara kok belum muncul? Jangan jangan bininya sakit lagi!"

"Mungkin.." Sania tak enak cerita kalau dia tahu Nania sakit. Baru dua hari kerja sudah masuk terlalu jauh dalam kehidupan pribadi Bara. Itu bukan hal bagus. Sania harus tahu diri jaga batasan antara bos dan pegawai.

Hampir jam sepuluh Bara baru sampai kantor. Lagi lagi Bara datang dengan tampang lesu. Sania menduga semalaman Bara jaga Nania di rumah sakit hingga tak dapat istirahat dengan baik.

Mau tanya Sania segan. Di kantor tak mungkin bawa urusan pribadi. Apalagi sekarang mereka punya tugas lebih penting yakni bahas masalah proyek.

"Dea..beritahu kita rapat sepuluh menit lagi." Bara beri perintah pada Dea kumpulkan para pegawai di ruang rapat.

"Baik pak..." sahut Dea tanggap.

Sania segera persiapkan semua dokumen untuk dibawa ke ruang rapat. Sania sudah persiapkan beberapa rangkap sketsa rancangan untuk dibagi pada seluruh peserta rapat.

Terpopuler

Comments

Nur Mei

Nur Mei

oh.....ternyata Sania anak orang kaya ya .....

2022-11-11

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Walau mereka tak ramai, namun kerjasama nya amat bagus.

2022-10-19

2

Jumi Roh

Jumi Roh

Sania kocak anaknya tapi juga sopan

2022-03-12

1

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!