Kekacauan

Pagi subuh Sania bangun bersiap sholat subuh. Kini hatinya lebih tenang hadapi semua kekacauan yang ditimbulkan Bobby dan pacar barunya. Sania tak boleh kalah oleh pengkhianatan Bobby. Kini adalah saat berpikir bagaimana membalas semua rasa sakit dalam hati.

Sania hanya bisa mengadu pada Yang Maha Kuasa agar diberi kekuatan lewati masa masa sulit dibohongi orang yang dikasihi. Dalam hati Sania hanya ada rasa sedih dan dendam pada Bobby. Bobby harus dapat ganjaran setimpal atas kelakuan bejatnya.

Lisa bersyukur Sania mampu tegar. Sania memang wanita pilihan bisa hadapi semua ini dengan kepala dingin padahal umurnya relatif muda. Bahkan lebih muda dari Lisa dua tahun.

Lisa memberi senyum manis sebagai pengantar pagi cerah bagi Sania. Lisa melihat Sania usai sholat dalam kamar tamu. Semoga pagi cerah ini akan bawa kabar baik bagi mereka berdua.

"Selamat pagi sayang...gimana? Lebih baikan?" sapa Lisa sambil duduk di tempat tidur single bed ruang tamu.

Sania melipat kain sholat membalas senyum Lisa tanpa ada rasa manis. Bibir mungil itu tersenyum namun terlihat hambar.

"It's ok..hari ini aku akan pergi ke kampungku. Kuharap kau simpan surat pengunduran diriku baik baik. Setelah aku tenang akan balik sini."

"Kampung? Di mana kampungnya? Kok selama ini belum pernah dengar kamu sebut kampung?"

Sania merangkul bahu sahabatnya dengan mesra pura pura ingin mencium wajah Lisa. Lisa mencolek dahi Sania agar sadar diri.

"Ada deh! Aku pasti balik setelah pikiranku tenang. Aku butuh waktu untuk halau rasa sedih dalam hati."

Lisa menatap Sania penuh rasa kuatir. Lisa tak mengharap terjadi sesuatu pada sahabat karibnya itu. sudah dua tahun mereka lalui suka duka kerja di PT BUILD Barata. Perusahaan kepunyaan keluarga Bobby.

"San..kau yakin?"

"Yakin..tolong kau bantu aku cari kerja yang sesuai keahlian ku ya. Kalau ada lowongan kau kabari aku. Aku akan segera pulang."

"Baiklah! Hpmu harus aktif ya! Aku akan hubungi kamu setiap waktu pastikan kau masih hidup."

"Sinis amat lhu Lis..bunuh diri itu dosa tahu...!!! Aku kan belum rasakan malam pengantin syahdu..rugi kalau mati." gurau Sania disambut tawa derai Lisa.

Hati Lisa terobati dikit lihat Sania masih bisa bergurau.

"Syukur kalau kau ngerti. Aku bersiap ke kantor ya. Suratnya akan ku urus. Jam berapa kau berangkat?"

"Pagi ini juga. Sebelumnya aku ada dikit masalah harus kuselesaikan." kata Sania serius.

"Apa lagi girl? Jangan katakan kau hendak lantakkan kedua monyet itu?"

"Ciiisss..ngapain? Lebih dari itu. Kau tunggu saja berita aktual yang bakal muncul. Si kunyuk pasti kebakaran jenggot. Oya..kau hapus semua data di komputerku! Kau reset saja komputerku biar kosong. Si kunyuk itu pasti kebingungan cari data data pembangunan proyek. Bisa?"

"Gk bisa say..di setiap ruangan ada cctv...kenapa kau tak hapus dari emailmu saja. Bukankah semua file terhubung ke emailmu?"

"Tumben kau pinter pagi ini? Biasa lelet.."

"Dasar wanita jahat..sudah dibantu malah ngejek. Aku ngambek lho!" Lisa pura pura merajuk buang muka tak mu memandang Sania.

Sania tertawa cekikan melihat reaksi Lisa. Makin digoda Lisa makin manis dengan gigi gisul mengundang rasa sayang.

"Sori sayangku..kau juga hati hati terhadap si kunyuk. Dia kan tahu kita sobat sudah lama. Aku takut dia ancam kamu."

"Paling aku resign..toh bisa bantu papaku jaga bengkel mobilnya. Ya walau bengkel sederhana tak sebagus bengkel besar lain. Pelanggan cukup lumayan."

"Kenapa tak perbesar?"

"Modal dari mana? Apa kami orang kaya macam si kunyuk? Kalau ada modal papa sudah beli lahan di samping bengkel agar bisa jadikan parkiran malam mobil perusahaan yang tak punya lahan parkir. Kami terkendala biaya. YA sudah! Tak usah dipikirin! artinya rezeki kami cuma segitu."

"Lis..apa kau anggap aku keluargamu?" tanya Sania pelan.

Lisa besarkan mata tersinggung pertanyaan Sania. Dari dulu Lisa sudah anggap Sania itu adik sendiri. Apa lagi Sania hidup sebatang kara di kota besar. Lisa lebih ingin lindungi Sania.

"Tidak..kau sudah ku anggap tetangga seberang lautan." ketus Lisa masam

"Eh..apa ada tetangga seberang lautan? Jauh amat.."

"Punya mulut dijaga ya! emang selama ini kau anggap aku apa? Selingkuhan?"

Sania kembali tertawa cekikan lihat Lisa makin sewot di pagi cerah ini. mungkin ngobrol dengan sahabat sejati akan datangkan rasa nyaman di hati. Rasa sedih dalam hati Sania mulai pudar walau masih tersisa. Melupakan kesedihan atas kejadian tak menyenangkan bukan perkara gampang.

"Lis..aku punya tabungan untuk persiapan nikahku. Pernikahanku batal maka uang itu tak terpakai. Gimana kalau uang itu jadi modal usaha papa. Belilah lahan sebelah dan perlebar bengkel papa." kata Sania santai tanpa beban.

"Kau gila ya! Itu uangmu..mana boleh buat papa. Tidak..."

"Lis..artinya kau tak anggap aku bagian keluarga ini. Mana tahu suatu saat aku tinggal bersama kalian. Jadikan aku bagian kecil dari keluarga ini! Di sudut saja boleh.."

Lisa tak bisa berkata apapun melihat mata Sania berkaca kaca. Gadis tegar ini tak nangis walau ditipu Bobby tapi menghadap Lisa malah mewek. Lisa jadi tak tega pada Sania selain mengangguk iyakan saran gadis itu.

"Terima kasih San..papa pasti bangga padamu." Lisa memeluk Sania penuh rasa haru. Sania membalas pelukan hangat Lisa dengan hati tulus.

"Yok bersiap! Kabari aku kalau berhasil dapat teken si kunyuk ya! Jangan kasih no ponselku pada siapapun! Ku tutup akses ponselku untuk sementara. No baru ini hanya kau yang tahu."

"Iya nona cerewet. Aku bersiap ke kantor. Kalau kau berangkat tolong kabari aku. Ingat masih ada kami keluargamu. Jangan pendam kesedihan sendiri! Berbagilah kalau kau tak mampu jalani sendiri. Kami siap menerangi jalanmu!"

"Wah ada kemajuan! Sudah pinter bermain kata. Bersiaplah! Kita mulai hari baru."

Lisa mengangguk penuh semangat juang 45 untuk hargai semangat para pahlawan nasional. Harus contoh semangat mereka dalam perjuangkan kemerdekaan.

Sania bersiap dengan kopernya menuju ke tempat yang di yakini bisa tenangkan diri. Sania perlu ketenangan untuk renungkan kebodohan selama bertahun percaya pada seorang lelaki brengsek tak bermoral.

Lebih baik sakit sekarang daripada sakit di kemudian hari. Memang tak ada cinta dalam hati Bobby selain manfaatkan kelebihan Sania. Sudah saatnya Sania bangun dari mimpi panjang yang menyakitkan.

Di tempat lain Lisa mulai bekerja seperti biasa menjadi tangan kanan Bobby bersama Putri sang sekretaris sang CEO kaya.

Lisa menyiapkan semua file yang akan ditanda tangani Bobby sebelum ambil masa cuti nikah. Lisa bertindak biasa seolah tak ada masalah walau dalam hati dongkol berat pada bos gila itu.

Lisa tak perlihatkan reaksi apapun di hadapan Putri selain siapkan berkas yang sudah disortir Putri sejak kemarin.

"lis.." panggil Putri agak ragu karena Lisa bersikap dingin.

"Ya? Ada apa?" Lisa menatap gadis muda itu dengan wajah datar.

"Apa Sania tak ada kabar?" lirih Putri prihatin.

Lisa tahu ke mana arah pembicaraan Putri. Lisa tak mau terpancing oleh ocehan Putri yang bisa bangkitkan emosinya. Lisa tahu Putri juga ikut prihatin pada Sania ditinggal nikah oleh Bobby. Namun Lisa tak mau komentar agar tak dicurigai tahu di mana Sania.

"Sudahlah Put! Kita tak bisa beri masukan. Kita hanya pekerja biasa. Cuma nasib Sania lagi apes."

"Ini tak adil buat Sania. Dia sudah kerja keras malah dikentut." Putri memukul meja dengan emosi tinggi. Lisa dengan cepat beri tanda agar Putri tak umbar amarah di tempat tak tepat. Bisa bisa jadi masalah besar bila ketahuan sama bos besar bela Sania.

"Ssssttt..diam kau! Apa kau mau di rumahkan? Sekarang kau atau aku yang antar file ini?" Lisa melirik pintu ruang kerja Bobby yang masih tertutup.

"Si brengsek belum datang kok! Kamu yang antar. Aku jijik lihat tampang manusia sontoloyo itu." Putri pasang muka jutek.

Dalam hati Lisa bersyukur ternyata banyak yang simpati pada Sania. Ini artinya Sania mendapat tempat di hati sesama teman kerja. Tak sia sia Sania selalu ramah pada sesama teman kerja walau berstatus pacar bos.

Kedua gadis ini kembali kerja selesaikan tugas masing masing yang lumayan banyak. Soalnya Bobby minta orang ini kebut karena dia ambil cuti cukup lama untuk menikah dan bulan madu yang konon katanya keliling dunia selama sebulan atas sponsor perusahaan dari luar negeri.

Tak lama kemudian muncul seorang lelaki ganteng memasuki ruang yang khusus untuk bos. Laki itu tak lain adalah Bobby pemilik perusahaan yang sedang naik daun. Bobby makin berkibar sejak dikabarkan akan nikahi seorang bintang sinetron top.

Gaya Bobby makin menjadi menjelang hari pernikahan. Sikap makin gallant perlihatkan sikap bos sejati berharta tak habis dimakan tujuh turunan.

Lisa dan Putri saling berpandangan analisa keangkuhan Bobby yang telah hancurkan hati teman baik mereka. Lisa ingin sekali meludahi wajah tampan itu. Hati Lisa akan lebih adem bila telah ungkap rasa kesal plus benci pada Bobby. Namun sayang itu hanyalah angan kosong tak mungkin terjadi.

"Lis..ayok antar file yang bakal diteken biar si kolor ijo cepat pergi." bisik Putri masih kesal.

"Sejak kapan bos banyak julukan? Kolor ijo, setan sontoloyo." kata Lisa sambil tertawa geli.

"Itu belum seberapa. Mungkin sebentar lagi akan muncul lebih banyak. Teman lain juga mulai jijik pada bos sok pinter itu. Kita lihat tanpa Sania dia bisa apa."

Lisa mengangguk benarkan kata kata Putri. Tanpa Sania roda perusahaan pasti macet. Selama ini hampir semua tugas dihandle dengan baik oleh Sania.

"Aku ke ruang kolor ijo dulu ya. Biar dia cepat kembali pada nini Tiwik. Kolor ijo dan nini Tiwik pasangan setimpal." Lisa ambil setumpuk file lewati meja Putri menuju ke ruang Bobby.

Lisa mengetok pintu minta ijin masuk ke ruang big bos itu.

"Masuk.." terdengar suara dari dalam ruangan.

Perlahan Lisa buka pintu melangkah ke arah bos yang sedang amati laptop. Wajah itu sangat tampan kalau tak curang. Cuma sayang wajah tampan itu hanya kedok manusia berhati iblis.

"Selamat pagi pak. Ini semua dokumen yang harus bapak tanda tangani sebelum ambil cuti. Coba bapak periksa lagi kalau ada yang tak pas." ujar LIsa tetap ikuti prosedur bertindak sopan santun terhadap atasan.

"Bukankah sudah ku periksa semalam? Bawa sini! Oya..mulai hari ini semua hal kau bisa lapor pada Pak Anton. Dia yang akan ambil keputusan selama aku ambil cuti."

"Iya pak.." sahut Lisa sambil serahkan beberapa map untuk ditanda tangani Bobby. Lisa menanti Bobby tanda tangan dengan hati kebat kebit takut Bobby melihat surat pengunduran diri Sania.

Untunglah Bobby tak perhatikan apa yang dia tanda tangani. Semua berjalan mulus. Lis bersorak dalam hati sambil mengucap Alhamdulillah. Ini rezeki anak sholeha. Diberi kelancaran tanpa hambatan bak tol bebas macet.

"Kalian bekerja dengan baik. Bonus akhir tahun menanti pegawai yang berprestasi. Dan terpenting harus setia pada perusahaan dan atasan." kata Bobby menatap lekat pada Lisa.

Lisa ngerti maksud tujuan Bobby ingin ambil hati Lisa aga setia padanya. Tujuannya tentu tak ingin Lisa beritahu Sania tentang perkawinannya dengan wanita lain. Lisa mencibir dalam hati. Namun Lisa memilih diam karena tak tahu omong apa. Sania lebih penting dari sekedar bonus tahunan.

"Apa bapak masih ada arahan tugas untukku? Kalau tidak aku akan kembali ke mejaku." Lisa memilih keluar dari ruang Bobby sebelum terpancing keluarkan kalimat tak sedap di kuping.

"Tak ada. Pak Anton yang akan urus tugas utuk kalian. Lisa..kuharap kau setia."

Lisa mengangguk lalu keluar dari ruang Bobby tanpa menatap wajah tampan sang boss. Ntah kenapa Lisa merasa mual lihat tampang manusia munafik itu.

Bobby menghela nafas sepergi Lisa. Bobby tahu Lisa dan Sania berteman baik. Apa mungkin Lisa tak beritahu Sania mengenai perkawinan dengan Ranti? Tapi Sania kelihatan adem ayem tak bereaksi artinya gadis itu belum tahu rencana busuknya. Dia harus susun skenario untuk kelabui Sania agar tak lari dari sisinya. Sania sangat penting dalam kelancaran perusahaan. Gadis muda itu seperti tiang penyanggah perusahaannya. Namun sayang Bobby harus terjebak dalam cinta Ranti.

Ranti telah hamil anaknya maka mau tak mau dia harus secepatnya nikahi wanita itu. Tak ada jalan mundur bagi Bobby selain bertanggung jawab. Bobbypun memang suka pada bintang yang sangat sexy dan manja itu. Bobby tak peduli Ranti sudah tak perawan. Yang penting ada cinta di antara mereka.

Tiba tiba pintu ruang Bobby diketok dari luar.

"Masuk.."

Kali ini Putri yang masuk bawa map dan seorang tamu. Tamunya seorang wanita berpenampilan lux full kemewahan. Wajahnya tak terlalu cantik namun penampilan wah membuatnya tampak elegan.

"Pak Bobby..ini Bu Afrida dari WO Sunrise untuk bahas budget yang harus bapak bayarkan untuk pesta lusa." ujar Putri sopan sambil perkenalkan wanita mewah tadi.

"Selamat pagi pak." sapa Bu Afrida lembut.

Bobby sudah rasakan aura tak sedap dari kehadiran wanita yang konon katanya mengurus pernikahan mereka. Selama ini Sania yang urus masalah ini.

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

saya bekerja ada di 4 tempat pindah2 total 27 thn,dr lulus kuliah umur 22 thn. sampai umur 49 thn. sy pindah kerja cukup bikin surat pengunduran diri yg ttd yg buat surat dong.

2024-04-27

0

Nur Mei

Nur Mei

q baru baca yg kedua dari semua ceritamu Thor.... ternyata tak kalah seru dan lucu. semangat ya ....

2022-11-10

0

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

tau takut??

mau ku sliding ni kepala bobby..bobo..bebek ini...

2022-10-19

1

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!