Berjumpa

Tawaran dari Pak Wandi sangat menggiurkan. Mana ada pemilik proyek berani pertaruhkan dana segitu besar padahal belum ada kegiatan apapun.

Bara cukup syok lihat cara kerja sama Sania dengan investor. Badan boleh mungil nama aura yang ditimbulkan Sania mampu bikin orang jatuh cinta.

Jangan jangan Pak Wandi ada sesuatu dengan Sania baru berani pertaruhkan dana segitu besar. Semacam sugar daddy gitu.

"70%!" Sania membuat penawaran tak tanggung tanggung bikin Bara menahan nafas. Apa otak anak ini benaran masuk air kelewat lama mandi.

"Deal..." Pak Wandi menyalami Sania tanpa pikir dua kali. Lagi lagi Bara melongo melihat cara nego singkat namun langsung klop.

Kepala Bara terasa lebih pusing mendapat pegawai macam preman palak pengusaha penting. Halus namun mematikan. Pak Wandi tak berkutik melawan anak muda macam Sania. Cantik berkualitas.

"Terima kasih pak! Sania janji akan banting tulang untuk wujudkan harapan bapak."

"Tak perlu..cukup rajin. Bapak tak mau anak gadis cantik macam kamu remuk. Silahkan teken kontrak kerja! Bapak masih ada janji makan siang dengan Pak Syuhada."

"Salam sama Pak Syuhada ya!Sania akan jumpa beliau di mega proyeknya."

"Tentu..apa badanmu yang ringkih sanggup tangani mega proyek beliau?"

"Kita coba! Tak ada kata menyerah." "

"Good..bapak yakin kau mampu! Pak Syuhada sudah rekomendasi kamu di proyek ini maka bapak tak lain hati. Tetap padamu.."

Sania tertawa renyah dirayu laki tua macam Pak Wandi. Rayuan Pak Wandi bagai hembusan angin tak bisa dipegang. Lain pula Bara mulai berasumsi negatif pada Sania yang gampang dapat kepercayaan orang. Ilmu pelet dari mana bisa hipnotis orang kaya selalu suka padanya.

"Nanti Sania bilang ke Ibu kalau bapak sudah pinter ngerayu. Bisa dimusuhi bertahun lho!"

"Ibu juga rindu padamu. Kapan ke rumah? Putraku sudah balik dari Aussie. Ada niat jadi warga rumah Bapak?" gurau Pak Wandi bikin Sania tersipu.

"Mas Irfan atau Mas Hakim?"

"Kamu suka yang mana? Dokter atau lawyer?"

"Kalau boleh ya duanya.'' gurau Sania bikin hati Bara kesal. Dasar gadis tak tahu malu. Ditawari cowok minta dua. Kulit muka terbuat dari bahan apa bisa setebal gitu.

Cuma Bara mulai paham kalau hubungan Pak Wandi dan Sania tak sekedar pelaksana proyek dan investor tapi lebih dari itu. Sania mengenal baik keluar itu. Bara harus cari tahu bagaimana hubungan mereka. Keluarga atau memang murni hubungan kerja.

Acara teken meneken berakhir baik. Sania ikut teken sebagai pelaksana juga pemilik rancangan. Bara hanya pemilik perusahaan tempat Sania bernaung.

Berhubung Pak Wandi masih ada meeting sama klien lain maka Sania dan Bara langsung pamit setelah acara teken kontrak selesai. Keduanya berencana kembali ke kantor setelah beres dengan Pak Wandi.

Keduanya segera naik ke mobil tanpa diantar Pak Wandi. Keheningan kembali melanda antara kedua orang ini. Bara masih dipenuhi ratusan pertanyaan tentang Sania. Usia muda namun memiliki prestasi gemilang. Disukai para investor. Karena kerja bagus atau nasibnya mujur memiliki tampang cantik.

Bara menghentikan mobil di salah satu restoran lumayan besar. Sania tersentak mengapa Bara tak segera balik kantor malah singgah di tempat makan. Apa ada yang mau dibeli untuk makan siang?

"Aku tunggu sini saja Pak. Silahkan bapak beli yang bapak mau!"

Bara menatap Sania lalu membuka safety belt sedikit kasar. Raut wajah Bara tetap kaku walau Sania sudah berjasa memberi proyek besar buat dia. Kalau bos lain pasti akan beramah tamah bahkan banjiri hadiah karyawan kreatif macam Sania. Yang ini malah lain. Dingin melebihi es cream. Sedingin es cream masih mending bisa dinikmati. Ini dingin bikin beku hati. Jantung bisa ikutan beku bila tak kuat hadapi terpaan dingin sang bos.

"Kita makan dulu di sini!" suara bass Bara muncul lagi.

Dalam hati Sania ngomel karena Bara tak punya pasti. Mengajak makan atau perintah anak buah ikuti kemauannya.

"Perintah atau traktiran?"

"Memang ada bedanya?" Bara melirik Sania dengan ekor mata bengis.

"Sangat beda pak. Kalau perintah artinya masih dalam tugas kawani bos makan. Kalau traktiran artinya bos mau terima kasih. Yang mana?"

"Terserah kamu! Duanya boleh!"

"Dasar plin plan.."desah Sania tak senang hati. Suara Sania kecil karena bicara untuk diri sendiri tak harap Bara ikut dengar.

"Aku punya kuping bisa dengar." cetus Bara sambil buka pintu mobil tak peduli Sania ikut atau tidak.

Sania melelet lidah merasa lucu. Bara betul betul laki berhati batu. Keras juga dingin. Bagaimana isterinya bisa serumah dengan makhluk ciptaan Tuhan yang agak nyeleneh ini Mungkin Bara diciptakan dari batu dari benua antartika maka dingin tak tentu.

Sania cepat cepat ikut turun nyusul bos. Rugi kalau tak ikut makan gratis. Hitung hitung bisa hemat uang pengeluaran.

Bara sudah duduk di bangku dekat jendela acuh pada Sania. Matanya sibuk menatap ponsel di tangan. Ntah sedang chatting dengan siapa. Tapi kelihatan sangat serius.

Sania duduk sambil celingak-celingukan memandang sekeliling. Hati Sania bagai diremas tangan besi melihat orang yang paling tak ingin dia temui sedang makan bersama seorang wanita yang Sania tahu sebagai bintang sinetron yang dibiayai Bobby. Dua makhluk yang telah menggores luka di hati Sania.

Sania menunduk tak ingin Bobby melihat dirinya. Tapi sayang terlambat Bobby secara reflek melihat Sania bersama laki lain. Wajah Bobby berubah warna setelah tahu siapa yang bersama mantan pacarnya. Bara si beruang kutub yang tak pernah ramah.

"Pak..kita pindah makan tempat lain ya!" pinta Sania memelas tak mau berada satu tempat dengan penipu macam Bobby.

"Ada apa? Makanan sini lumayan enak."

"Aku kurang suka ada di sini." Sania pasang muka sedih harap Bara mau pindah dari restoran membawa hawa panas.

Bara memandang sekeliling dan menemukan perihal Sania mau kabur dari restoran. Bara paham perasaan sedih maka mengangguk tanpa syarat.

"Ayoklah! Aku tak mau lihat ada orang mewek untuk hal tak berarti." Bara bangkit mendahului Sania. Sania ngekor dari belakang tak menoleh ke arah Bobby dan Ranti lagi. Tak perlu menoleh ke masa lalu tak manis. Sania yakin masih ada kisah manis di depan.

Bobby terkesima melihat Sania tak jadi makan di situ. Sebenarnya Bobby ingin hampiri gadis yang sudah dia cari berbulan. Kini ada di depan mata namun tak bisa didekati karena ada Ranti juga laki tinggi besar di samping Sania.

Ranti juga melihat bayangan Sania meninggalkan restoran bersama laki yang tak dikenalnya. Ranti tak kenal Bara tapi Bobby kenal sesama pengembang. Mengapa Sania bersama laki tak ramah itu? Apa hubungan Sania dengan laki itu? Berbagai dugaan hadir di benak Bobby.

Ranti mendesah jengkel melihat suaminya masih belum bisa lupakan gadis muda saingannya dulu. Ranti sudah menang merebut Bobby namun Bobby masih inginkan gadis itu. Ranti tak mau tahu apa tujuan Bobby inginkan Sania. Tetap saja tak betul ingin nikahi gadis muda tersebut.

"Orangnya sudah pergi. Dia sudah dapat penggantimu. Tak perlu mengharap lagi." sinis Ranti marah

"Aku tak percaya Sania bisa gampang lupakan cinta kami. Dia itu cinta mati padaku. Dia pasti kembali bila ku minta. Kau harus rela punya madu kalau mau hidup senang." ujar Bobby tegas sekaligus kesal melihat Sania cepat move on darinya.

Sania kelihatan baik baik saja walau ditinggal nikah. Tak ada wajah kuyu ataupun sedih. Malah Sania terlihat makin cantik setelah pisah dengannya. Tak ada tekanan kerja seperti biasa. Sania harus kejar target tangani berbagai proyek sampai lupa yang namanya istirahat. Lepas dari Bobby malah bikin hidup Sania lebih nyaman walau jumpa bos punya pabrik es berjalan. Dingin melulu.

Dalam perjalanan balik ke kantor Bara dan Sania diam saja. Tak ada niat di hati untuk ngobrol masalah tak jadi makan di restoran. Bara yang sudah thu tentang kejadian miris dalam hidup gadis di sampingna tak berani bertanya apapun. Posisinya hanya sebagai atasan bukan keluarga. Bara tak berhak ikut campur dalam urusan ini.

Begitu sampai di kantor Sania turun dari mobil Bara tanpa bicara sepatah katapun. Sania masih syok jumpa Bobby dalam waktu tak tepat. Rasa lapar tak terasa lagi selain rasa kesal.

Sania meninggalkan Bara di tempat parkiran langsung menuju ke meja kerjanya. Di situ sudah ada Dea perempuan Batak yang menatap Sania dengan heran. Dua hari bersama Sania tak tampak gadis ini bersedih. Kali ini pulang pulang wajah di penuhi awan mendung tebal. Sangat kelam.

"San...kena marah ya?" tanya Dea sok perhatian. Sania beri senyum tak manis pada Dea. Senyum hambar.

"Tidak...cuma capek.."

"Tendernya gol?"

"Alhamduillah berhasil..kita akan mulai sibuk dalam minggu ini. Aku akan beri draf file pada kalian untuk pelajari proyek ini. Nanti aku akan minta ijin pada Pak Bara bagi drafnya. Kita harus hormati hak beliau."

Wajah Dea kontan sumringah dengar Sania berhasil bawa pulang proyek besar. Mereka sudah jarang kerjakan proyek besar sejak bini Pak Bara sakit. Seluruh perhatian Bara tertuju pada isterinya hingga semua tak lancar. Untunglah muncul malaikat cantik bangkitkan gairah perusahaan.

"Pak Bara..." sapa Dea sopan begitu Bara masuk ruangan.

"Tolong beli makan siang! Dua porsi.." kata Bara pada Dea sambil masuk ruang kerjanya. "Oya..Sania masuk ke ruanganku bentar!"

"Siap pak!" sahut Dea semangat.

Dea langsung turun ke bawah laksanakan perintah bos tanpa menunda. Mendengar kata proyek saja otot otot Dea terasa lebih lemas tak kaku seperti biasa.

Sania ikut masuk ruang Bara walau tak enak hati. Bara pasti ingin bahas masalah proyek Pak Wandi yang memang tak Bara pahami. Bara hanya percaya pada insting Sania terima proyek ini walau tahu resiko tak kecil. Apa mungkin gadis muda macam Sania sanggup handle proyek sebesar ini?

"Duduklah!" ujar Bara begitu Sania sudah berada di hadapannya.

Sania duduk di bangku depan Bara menunggu apa yang akan diutarakan bos barunya itu. Sania meremas tangan menahan perasaan agar tak meledak emosi di hadapan Bara setelah jumpa Bobby bersama Ranti.

"Kau sudah tenang?" tanya Bara pelan takut sakiti hati Sania.

"Bapak tahu masalahku?"

"Aku harus tahu siapa pegawaiku. Dunia ini tak selebar daun kelor. Masih banyak laki baik akan warnai hidupmu."

"Kurasa kata bapak tak tepat. Justru dunia cuma selebar daun kelor. Terbukti aku jumpa manusia sampah itu lagi. Sudahlah pak! Kita bahas kerja kita daripada buang waktu untuk hal tak bermanfaat."

Bara memuji mental Sania tak serapuh kerupuk. Sania malah terlihat tegar. Kalau wanita lain pasti pasti akan labrak Ranti ataupun bikin ulah pada Bobby. Sania memilih diam cari moment tepat hancurkan manusia manusia munafik itu.

"Baiklah! Kita makan dulu baru bahas proyek kita."

"Dananya akan masuk rekening bapak. Kuharap bapak bijaksana gunakan dana proyek ini. Ini kesempatan bapak untuk menata perusahaan." kata Sania tegas menatap Bara tajam.

Bara mangut paham maksud Sania agar tak siakan kepercayaan dari Pak Wandi. Sekali Bara macam macam maka tak ada kesempatan kedua. Di sini kepercayaan amat penting. Sania membantu Bara dapatkan proyek dengan harapan masa depan perusahaan bisa lebih cerah. Nasib karyawan bergantung pada hidup mati perusahaan.

"Aku paham...kita buka rekening baru yang akan kita tanda tangani berdua. Kau yang bawa proyek ini maka kau berhak atur keuangan."

"Tak usah...cukup bapak atur semua keuangan. Aku cuma pegawai bapak tak punya hak ikut campur masalah dana. Aku tahu batasan aku."

"Terima kasih..."

"Aku mau tanya berapa orang lapangan bapak? Kita butuh pekerja lumayan banyak sesuai keahlian masing masing. Bagian pertamanan, bagian saluran buangan air. Dua ini yang kita butuhkan pertama."

"Dulu ada tapi sejak kami hanya terima proyek kecil maka mereka berhenti kerja."

Sania termenung sesaat memikirkan tenaga kerja yang harus ada saat ini. Tim kerjanya semua masih ada di perusahaan Bobby. Sania tak mungkin menarik mereka masuk ke perusahaan Bara. Ini perbuatan tak gentleman. Sania boleh benci pada Bobby namun tak mungkin mengganggu para pekerja lain.

"Bisa rekrut pegawai lamamu?" tanya Sania

"Akan kuusahakan. Kapan kita tinjau lokasi pembangunan?"

"Besok pagi..sekarang sudah telat. Dari sini ke sana makan waktu dua jam."

Bara melirik jam tangan mahal di tangannya. Masih jam 12 siang. Kalau diburu masih cukup waktu. Tapi mengapa Sania katakan tak cukup waktu.

"Kita harus bergerak cepat. Kurasa hari ini masih terkejar. Siap makan kita ke sana. Kau pernah ke sana?"

"Bapak ini lucu. Kalau aku tak turun lokasi mana bisa bikin rancangan. Aku sudah sepuluh kali ke sana. Makanya Pak Wandi tak ragu serahkan proyek padaku."

"Maaf..apa Bobby tahu proyek ini?"

"Tahu...bukan wewenang dia urus hal ini. Proyek ini murni punyaku. Aku survey juga tak bawa nama perusahaan. Survey pribadi." sahut Sania agak ketus bila disangkutkan dengan nama Bobby. Penghinaan yang diberikan Bobby cukup remukkan hati Sania. Kalau bisa nama laki itu enyah dari hidupnya sampai kiamat. Dihapus sampai bersih tuntas.

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

masa org pinter cerdas buat rancangan dan penanggung jawab proyek ! MISKIN TDK OUNYA UANG. NGAPAIN KERJA !!! BUAT KANTOR SENDIRI. HRSNYA DISAMPING GAJI BONUS 5 % DR NILAI PROYOEK , SANIA MASIH BODOH AJA.

2024-04-27

0

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Bobby bobo bebek Betul-betul kepedean...ck

2022-10-19

1

re

re

Next

2022-05-02

1

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!