Nania Drop

Nania menangis dalam pelukan Bara dengar Bara juga tak mau penuhi permintaan konyolnya. Memang terdengar aneh ada wanita carikan bini untuk suami. Andai Nania sehat dia juga tak mau begitu. Dia tentu ingin miliki Bara hanya untuk diri sendiri.

Tapi saat ini Nania sekarat. Mau mati belum sampai ajal. Mau hidup normal juga sangat jauh dari harapan. Kini harapan Nania hanya jatuh pada Sania yang tampak tak tamak. Banyak sisi baik dari gadis muda ini, bahkan Sania mampu dampingi Bara bangun kembali perusahaan yang hampir runtuh.

"Mas..aku mau tidur saja." bisik Nania lemas tak mau panjang cerita sama Bara.

"Nia..kamu harus makan! Kau tak mau nginap di rumah sakit lagi bukan?" bujuk Bar lembut berusaha rebut hai Nania.

Nania tak jawab. Nania sudah terlalu capek mengharap. Secerah harapan mulai muncul namun dihalangi suami sendiri. Apa guna Nania berjuang dalam kesendirian.

Nania merebahkan diri tak peduli pada Bara. Mungkin dengan tidur dia akan dapatkan ketenangan jiwa.

Bara menghela nafas sedih. Permintaan Nania sangat tak masuk akal. Menikah di saat Nania sedang sakit tak ada dalam pikiran Bara. Dia hanya berharap Nania kembali sehat melanjutkan hidup bersamanya hingga maut menjemput. Bara bukan tak tahu sangat menyakitkan diselingkuhi. Bara sudah pernah merasakan kepahitan itu kala calon isterinya bernama Arsy berselingkuh di belakangnya. Bara ambil keputusan nikahi Nania setelah kedapatan Arsy sedang bercinta dengan laki lain di apartemen mereka.

Dunia Bara terasa runtuh menyaksikan dengan mata kepala sendiri calon isteri yang dia puja tega tidur ria dengan sahabat sendiri. Dari situ Bara tak percaya cinta sejati. Semua bulshit.

"Nia...makan dikit ya!" Bara masih berusaha bujuk Nania.

Nania tak mau jawab walau belum tidur. Nania pejamkan mata acuhkan Bara.

Bara ikut merebahkan diri di samping Nania dengan harapan Nania akan minta makan kalau lapar.

Suara dering ponsel di meja kecil bangunkan Sania dari tidur nyenyaknya. Sania meraih ponsel melihat siapa yang telepon. Mata Sania masih sayu karena ngantuk.

"Pak Bara???" Sania kaget no Bara muncul di layar. Dari mana Bara tahu no ponselnya padahal Sania belum beri no pada Bara.

"Assalamualaikum...Pak Bara?"

"Waalaikumsalam...tolong ke rumah sakit! Nania kolaps lagi."

"Ya Allah...segera Pak!"

Ponsel mati sepihak. Bara pasti sedang kacau karena Nania kembali drop. Sania segera berberes menuju ke rumah sakit. Jam beker di atas meja kecil menunjukkan waktu jam 2 dini hari.

Jam gini adalah waktu paling nyenyak tidur. Jam tidur Sania terganggu gara panggilan Bara. Sania paham kalau tak urgen tak mungkin Bara berani telepon dia.

Sania berangkat juga ke rumah sakit di tengah malam buta. Angin dingin menyambut Sania begitu keluar apartemen. Satpam apartemen kaget juga melihat Sania keluar tengah malam. Sania tak pernah keluar setelah pulang. Reputasi Sania cukup bagus di kalangan satpam. Tak pernah ada gosip miring penghuni yang satu ini.

"Nona Sania? Mau ke mana?"

"Oh pak satpam...ada saudara masuk rumah sakit. Permisi.." Sania bergegas menuju ke parkiran.

"Hati hati ya non!" seru Pak Satpam ingatkan Sania.

"Iya pak. Terima kasih."

Mobil Sania keluar dari lahan parkiran meluncur ke jalan raya membelah malam. Jalanan sepi. Hanya ada satu dua kenderaan melintas. Di saat beginilah rawan kejahatan. Penodongan dan perampokan acap terjadi bila pengemudi lengah.

Sebenarnya Nania takut namun mengingat kondisi Nania yang kronis halau semua keraguan. Nyali Sania tumbuh sendiri. Sania tak takut hadapi bahaya demi Nania yang sudah cukup lama hidup teraniaya.

Puji syukur Sania tiba di rumah sakit dengan selamat. Sania segera cari tahu di mana Nania dirawat. Ternyata Nania masih dirawat di ruang IGD. Bara mondar mandir di depan ruang IGD dengan tampang bingung.

"Pak Bara.." panggil Sania pelan

"Sania..mbakmu sesak lagi."

"Salah makan lagi?"

Bara menggeleng, "Tak makan."

"Kok bisa..??"

"Ini karena dia marah.."

"Bapak sakiti mbak?" tanya Sania judes.

Bara menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana kasih tahu Sania kalau Nania mogok makan karena harap mereka menikah. Memalukan buka cerita langsung pada orang bersangkutan.

"Pak...karena Nada atau Arsy? Kujamin nafas bapak akan pendek bila sakiti mbak Nania." ancam Sania makin judes.

"Bukan itu...kau kan sudah bicara dengan mbakmu kemarin. Ya itu."

Kini giliran Sania bingung. Kata kata Bara mengingatkan Sania akan permintaan aneh Nania. Hal paling mustahil jadi harapan besar Nania. Bara dan Sania belum kenal sekali bagaimana bangun rumah tangga.

"Ini..." Sania bingung.

"Aku tak tahu...ini sangat tak adil buatmu."

"Bukan masalah adil atau tidak tapi kesehatan mbak. Mbak harus sembuh Pak."

"Dia akan tenang kalau kita ya itu.." Bara grogi katakan terangan.

"Gimana ya? Jadi bini muda..pelakor?" Sania merepet sendiri.

"Aku tahu niatmu tulus pada Nania. Kamu takut dia sakit hati namun dia ngotot mau kamu hadir di antara kami."

"Bapak sendiri gimana?"

Bara perlihatkan wajah bodoh tak bisa kasih jawaban pasti. Setua gini Bara baru rasakan kebingungan soal percintaan. Menikah kedua kali. Punya dua bini pula.

"Aku tak tahu. Aku tak mungkin ambil keuntungan dari gadis macam kamu."

"Bapak sanggup nafkahi dua bini?"

"InsyaAllah...lahir batin!" sahut Bara spontan.

Bara mendekap mulut keceplosan sok macho. Sania cekikan lihat Bara bingung sendiri setelah kelepasan mulut.

"Baiklah kita menikah demi mbak Nania! Kita menikah hanya untuk mbak. Jadi bapak tak perlu tanggung jawab padaku. Kita tetap atasan dan bawahan. Kalau mbak sudah sembuh kita akan pisah baik baik. Ok?"

Bara ragu menjawab. Sania tak open status janda di kemudian hari hanya demi orang yang baru dia kenal. Hati Sania terbuat dari apa. Malaikat tanpa sayap?

"Aku bukan laki baik tapi aku akan usaha adil pada kalian dua. Dan lagi pernikahan kita akan terdaftar untuk hindari salah paham masyarakat terhadapmu. Nania harus keluarkan pernyataan ijin kita menikah. Kalau kau sanggup mari kita nikah. Aku tak mau namamu jadi jelek kalau hanya nikah siri."

"Ok..yang terbaik untuk mbak saja. Aku tak punya keluarga di sini selain keluarga Lisa yang ku anggap keluargaku sendiri. Waliku biarlah wali hakim."

"Baiklah! Semoga kau tak menyesal menikah dengan pak tua macam aku."

"Kuakui bapak dikit tua. Tapi lumayan ganteng. Tak malulah dibawa ke umum. Oya..kalau bisa pernikahan kita tak perlu diumumkan di kantor. Cukup kita saja yang tahu."

"Terserah kamu! Tapi orang tuaku harus tahu."

"Harus dong! Ini wajib buat anak kasih tahu pernikahan pada orang tua. Sekarang kita temui mbak Nania kabarkan kita siap menikah."

"Baik..oya terima kasih sebelumnya. Sudah mendatangkan musibah bagimu."

"Maka itu bapak harus sayang pada mbak. Pengorbananku tak kecil."

"Iya..ada tambahan lain?"

Sania memilin bibir ingat ingat apa yang harus ditambah dalam janji nikah mereka. Lebih bagus jelas jelas ketimbang esok jadi beban.

"Aku ingat. Selama aku masih bini bapak jangan coba coba main gila! Aku ada bakat jadi dukun sunat lho! Itu si Arsy atau Nada tak boleh dekat dengan bapak. Jarak 2 kilometer."

"Jauh amat..Ini sama saja tak boleh jumpa."

"Begitulah permintaanku! Itu syarat penting. Sanggup?"

"Ini...ini.."

"Arsy ya? Kalau bapak berat tinggalkan selingkuhan bapak lebih baik tak usah mulai denganku. Aku bukan orang ramah pada manusia munafik." Sania hilangkan nada ramah berganti tekanan dalam intonasi suara.

"Aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Cuma Arsy ada anak yang kadang perlu bantuanku."

"Anak bapak?"

"Bukan..dia dan suaminya sudah cerai. Anaknya sudah anggap aku sebagai bapaknya. Aku hanya tak mau kecewakan anak kecil."

"Wooww..superhero! Terserah bapak saja! Arsy atau mbak Nania." sinis Sania bikin Bara bimbang.

"Baiklah! Nania.."

"Ok...kalau bapak langgar akibatnya tanggung sendiri. Aku tak suka orang curang. Aku memang wanita lemah tapi daya rusakku bertenaga atom."

"Iya..mari kita jenguk mbak Naniamu!" ajak Bara tak berdaya hadapi dua wanita yang bakal warnai hidupnya. Bara yakin hidupnya bakal ramai bila Sania telah bergabung. Mulut tajam Sania saja sudah bikin pusing. Belum lagi Nania kalau lagi kumat sakit.

Nania masih diinfus dan diberi oksigen melalui hidung untuk bantu redakan sesak. Mata wanita ini terpejam tak mau melihat sekeliling. Nania kecewa pada Bara yang tak mau penuhi permintaannya.

"Mbak Nania ini Sania.." panggil Sania selembut mungkin biar Nania tak kaget.

Nania buka mata menatap Sania. Mata sayu Nania berkaca kaca hendak luncurkan kristal bening. Nania mengelus pipi Nania pelan sambil beri senyum.

"Aku datang dan janji akan bersamanya mbak sampai sembuh."

"Kau mau nikah sama mas Bara?"

Sania mengangguk, "Kami akan nikah biar kita bisa bersama selamanya. Mbak harus cepat sembuh ya! Kalau tidak bagaimana dampingi aku jadi pengantin mas Bara."

Nania merasa sesaknya kontan reda. Dada terasa plong dengar janji Sania akan menikah dengan suaminya. Bayangan lalui hari bersama gadis lucu macam Sania bermain di mata Nania.

Tak terasa air mata Nania meleleh saking bahagianya. Kini dia tak perlu takut kesepian lagi. Sania bakal lindungi dia dari wanita wanita penggoda Bara. Nania tahu Sania tak tertarik pada Bara maka minta laki ini nikahi Sania.

"Aku mau pulang." pinta Nania semangat. Suaranya mulai bergairah full energi. Layak batere baru di cas penuh.

"Jangan! Kita nginap semalam di sini. Aku dan Pak Bara akan jaga mbak. Ya kan pak?"

Bara mengangguk benarkan kata kata Sania.

"Ini sudah hampir pagi. Tidur saja! Begitu terang kita pulang."

"Ok..tapi jangan opname ya! Aku sudah sehat."

"Aku percaya mbak! Tidurlah! Aku dan Pak Bara akan jaga di sini."

"Kenapa masih panggil bapak? Panggil mas Bara dong!"

"Mbak...pernikahan kami dirahasiakan dulu. Orang kantor tak perlu tahu takut orang hujat aku sebagai pelakor jadi untuk sementara tetap Pak Bara. Apapun akan kulakukan asal mbak senang. Mbak juga harus jaga aku."

"Oh gitu...baiklah! Aku bisa tidur tenang."

"Tidurlah!" Sania membantu Nania berbaring cari posisi nyaman.

Nania benaran tertidur tanpa ada ganjalan di hati. Nania tak tahu berapa besar pengorbanan Sania dalam hal ini. Masih muda sudah harus sandang gelar janda bila kelak Bara dan Sania pisah. Sania janji akan kembalikan Bara pada Nania kalau dia sembuh kelak.

Bara beri tanda para Sania untuk keluar dari ruang IGD setelah yakin Nania tertidur pulas. Nania naik sesak karena tak makan juga berpikiran. Daya tahan tubuh Nania tak sebagus daya tahan manusia umum karena kanker telah merampas sebagian imun tubuh Nania. Dia cepat drop kalau ada sedikit saja kesalahan.

Bara dan Sania cari tempat di ruang tunggu. Sudah pasti mereka tak bisa istirahat nyaman di bangku panjang terbuat dari aluminium. Paling hanya bisa ringankan kaki lama berdiri tadi.

"Duduklah!" pinta Bara lembut.

Sania menempatkan pantat dekat Bara beri jarak dua blok bangku. Sania tak mau sok akrab walau sebentar lagi mereka akan jadi suami isteri.

"Kau mau tinggal bersama kami atau tetap di tempatmu?"

"Terserah mbak Nania! Cuma aku minta kamar lumayan besar untuk letakkan trekerku."

"Kita tunggu kabar Nania. Aku tak masalah kau mau di mana. Di ruang kerjaku ada treker dan bandul. Kau bisa pakai keduanya."

"Terima kasih..sebelumnya aku mau jelaskan kalau kita hanya nikah demi mbak Nania jadi kita tak perlu ada kontak fisik. Kita tak perlu tidur sekamar. Kita tetap orang asing soal tempat tidur." Sania to the point agar Bara tahu dia tak mau tidur seranjang dengan laki itu walau berstatus suami isteri.

"Aku paham...kau tak perlu takut karena aku tak tertarik pada anak kecil."

Sania mencibir dianggap anak kecil oleh Bara. Umurnya sudah cukup untuk jadi punya anak masak dianggap anak kecil.

"Iya aku balita...capek omong sama kakek produk jaman pak flinstone!" gerutu Sania samakan Bara dengan tokoh kartun manusia purba.

"Siapa Pak Flinstone?"

"Search saja di nona google. Dia akan beritahu dengan jelas. Aku mau tidur."

"Tidur sini?"

"Ngak..mau booking salah satu sal ruang rawat." ketus Sania bikin Bara urut dada.

Gadis panas. Bara intip Sania yang coba tidur di bangku aluminium dengan posisi duduk. Gadis itu cari posisi nyaman untuk istirahatkan mata.

Bagaimana dia putar tetap tak ada posisi nyaman. Dia tidur dengan gelisah. Bara ikut gelisah lihat Sania bolak balik badan cari nyaman.

Laki ini terpaksa hampiri Sania lalu duduk di samping gadis itu berikan bahunya sebagai tumpuan kepala. Sania seperti dapat tempat nyaman bersandar pada bahu calon suami.

Belum lama janji tak ada kontak fisik sekarang terpatahkan. Sania bersandar nyaman pada bahu Bara melanjutkan mimpi tertunda karena panggilan Bara.

Bara pertahankan posisi duduk demi calon bini judes. Bau harum rambut Sania membelai hidung Bara. Bara sudah lupa berapa lama dia tak rasakan segarnya bau badan wanita. Sejak Nania divonis kanker otomatis segala kegiatan bercinta hilang total. Bara menahan ***** demi menjaga kesetiaan pada Nania.

Terpopuler

Comments

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

betapa besarnya pengorbanan Sania..

2022-10-19

1

Jumi Roh

Jumi Roh

lanjut thor aku suka ceritanya👍👍😘😘

2022-03-12

1

Julia Lia

Julia Lia

walaupun tata cara bahasanya bikin w bingung,tapi aku suka karyamu Thor 👍

2022-01-10

2

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!