Laki Culas

Lisa besarkan mata dengar kata kata yang menghina Sania. Gampang sekali ucap sayang namun hanya ingin jadikan Sania sebagai bini kedua. Di mana otak lelaki yang jadi panutan semua karyawan kantor ini.

"Sania menghilang karena tak mau berhubungan dengan bapak lagi. Kalau dia masih ada rasa sama bapak pasti sudah muncul. Kini malah tak tahu di mana posisinya. Lebih baik bapak fokus sama kerja dan lupakan Sania. Kami yakin dia akan temukan jodoh lebih baik."

"Kenapa kamu bicara tak sopan pada atasan kamu? Hanya aku yang dicintai Sania. Mungkin dia perlu waktu untuk hilangkan rasa kesal. Dia pasti kembali ke sini."

"Terserah bapak saja. Aku yakin Sania takkan kembali." ketus Lisa masih ngotot tak mau mengalah. Rasa hormat pada Bobby makin sirna. Laki brengsek tak bermoral anggap semua wanita silau akan harta. Lisa yakin Sania bukan gadis bermata hijau lihat duit.

"Ya sudah! Kembali kerja sana. Langsung kabari aku bila ada kabar Sania." ujar Bobby sedikit kasar.

Lisa langsung melengos pergi tanpa permisi. Laki jahat macam Bobby tak pantas dihargai. Biarlah dia tanggung semua derita bila semua proyek tersendat.

Di satu perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan sedang interview beberapa orang untuk dijadikan karyawan. Perusahaan ini tak sebesar PT BUILD BARATA namun lumayan nyaman.

Sania berada di antara pelamar untuk ikutan di wawancara. Sania bisa saja minta bantuan PT SHINY masukkan dia ke perusahaan manapun dia mau namun Sania bukan orang yang mau masuk lewat pintu samping. Sania mau kerja andalkan kemampuan sendiri.

Satu persatu dipanggil untuk diwawancara di ruang pemimpin untuk duduki posisi sebagai perancang bangunan. Yang hadir rata rata laki. Cuma Sania satu satunya wanita yang ikut sesi wawancara. Sania tak gentar walau harus bertarung dengan para pejantan. Rekam jejak Sania sudah cukup lumayan dalam hal bangun membangun. Apa lagi Sania lulusan S2 terbaik dari universitas ternama Harvard Amerika. Ini akan jadi acuan maju ke depan.

Akhirnya Sania dapat giliran dipanggil langsung ke ruang pimpinan. Orang yang bertanggung jawab wawancara adalah pemilik perusahaan. Perusahaan tentu ingin miliki karyawan dengan skill terbaik agar bisa jadi karyawan diandalkan.

Sania diantar ke satu ruang hanya dibatasi kaca tebal dengan ruang lain. Cukup sederhana untuk satu perusahaan. Sania dapat menilai kalau pemimpin perusahaan bukan orang mesum. Andai pemimpin lain akan buat pembatas agar tak dapat diintip agar gampang berbuat sesuatu dalam tanpa terlihat dari luar. Tanpa sadar Sania tersenyum sendiri bayangkan bos culun dengan kepala botak berwajah lugu.

Namun sayang bayangan Sania bertolak belakang. Orang yang duduk di meja pemimpin justru lelaki tampan berwajah sangar penuh kharisma. Kulit bersih terawat tanpa serabut kumis atau jambang. Sungguh klimis. Sania beri nilai 9 untuk tampang laki itu. Cuma Sania belum tahu bagaimana sifat laki itu. Kejam atau nyiur melambai mengarah ke sifat feminim.

"Mau lamar kerja atau lamar suami?" tanya laki itu mematahkan lamunan Sania. Suara itu dingin plus sinis.

"Oh maaf pak...aku datang melamar kerja." Sania melirik laki lain yang duduk di bangku. Laki itu tertawa kecil lihat Sania langsung kena teguran tak ramah.

Sania tarik kembali nilai 9 untuk laki itu karena kasar terhadap orang baru. Seharusnya seorang pemimpin beri contoh bagus buat karyawan supaya tampak budaya asli dari timur yang terkenal ramah tamah.

"Duduk...berdiri terus tambah pendek." kata laki itu datar.

Sania besarkan mata saking gemas pada orang demikian sok. Mata indah Sania pelototi bos sinting itu sambil keluarkan suara ******* kecil. Baru pertama jumpa sudah kasih perasaan tak nyaman. Bagaimana mau kerjasama. Namun Sania coba bertahan dengan bersikap netral walau kesal.

Sania tempatkan pantat perlahan seakan takut lukai bangku busa dengan bokong indahnya.

"Sania Stuart...nama barat. Tak ada keluarga. Lulusan terbaik Harvard. Dalam usia 24 sudah S2. Mengagumkan.. Beri alasan kenapa aku harus pekerjakan kamu?" ujar sang bos tak ramah.

Sania menelan ludah sebanyak mungkin agar kerongkongan lebih adem. Emosi Sania sudah naik ke ubun-ubun hendak meledak sembur hawa panas ke muka bos sinting itu. Sania sudah yakin tak mau kerja di perusahaan yang dipimpin orang sinting.

"Alasan? Pertama agar punya dana untuk isi perut dan beli pakaian dalam. Kedua agar bisa sombong tunjukkan prestasi bahwa gelar ku bukan kutilep dari laci Rektor. Ketiga yakni kumpul duit buat beli suami yang ramah dan sayang wanita. Itu saja." sahut Sania tanpa beban. Sania sengaja asal jawab karena memang tak ada rencana kerja di situ. Bossnya seperti orang sinting sok berkuasa.

"Mau pamer masih jomblo?" suara sinis sang pemimpin muncul lagi.

Sania memilih bibir menahan rasa kesal agar jangan sempat meledak dari bibir mungilnya.

"Aku jomblo tak ada sangkut paut sama bapak karena anda bukan typeku. Bapak sudah terlalu tua untuk gadis muda macam aku. Ya setara sama petugas siskamling di daerahku." jawab Sania santai tak mau kalah.

"Apa tampangku demikian tua? Umurku baru 33." gumam sang bos menyentuh wajah sendiri termakan omongan Sania.

"Lha...pamer umur toh? Artinya muka bapak boros.." ejek Sania bikin laki lain yang dalam ruangan tak dapat tahan tawa lagi.

Sesi wawancara jadi ajang adu mulut antara pemimpin dan calon pegawai. Terlihat konyol dan lucu. Siapapun bakal terpingkal lihat kondisi menggelikan ini.

Bos sinting khayalan Sania menatap Sania lekat lekat seakan tak terima dibilang bertampang tua. Wajahnya selalu jadi dambaan para wanita, kharisma bikin para wanita histeris ingin berlabuh dalam pelukannya. Yang ini malah menghina habisan. Sungguh suatu tantangan bagi Bara sang pemimpin sinting itu.

"Apa ada pertanyaan lain? Kalau tidak aku permisi. Kalau bapak rasa aku bisa diajak kerja sama ya hubungi aku. Kalau tidak ya tak apa." kata Sania sedikit angkuh.

Bara benar benar dibuat penasaran oleh gadis angkuh ini. Yang lain merendah harap diterima, yang ini malah kasih tantangan buat pemimpin.

"Kau pernah kerja?"

"Pernah tapi tidak kerasan karena bossnya berotak miring. Aku resign..resign resmi kok."

"Ada bawa surat resign secara resmi?"

Sania ragu keluarkan surat resign yang sudah ditanda tangani Bobby. Sania tak mau hidupnya dihubungkan dengan laki tak bermoral itu. Hati Sania sudah tertutup untuk berada dalam lingkungan laki itu.

"Ada apa? Dipecat secara tak hormat?" pancing Bara mau tahu kebenaran status Sania di perusahaan lama.

"Aku benaran resign..cuma aku tak mau berhubungan dengan perusahaan itu lagi. Kalau percaya padaku syukurlah! Kalau mau selidiki aku lebih baik tak usah sama sekali." ujar Sania dengan wajah serius.

"Baik..kalau kau diterima artinya kau karyawan sini. Untuk apa buka lembaran lama."

"Ok...terima kasih! Hargai aku sebagai pegawai sini. Tak usah hubung dengan perusahaan gilingan tebu." ucap Sania bikin Bara dan laki yang satu lagi melongo. Aapa hubungan kerja dan penggilingan tebu.

"Apa maksudmu?"

"Habis manis sepah dibuang. Tukang peras tak berperasaan."

Bara mangut mangut makin tertarik pada gadis muda bermulut tajam di hadapannya. Merekrut Sania bagai satu tantangan bagi Bara.

"Mana suratnya?"

Sania membuka tas selempang nya lalu serahkan surat resign nya yang berhasil Lisa selipkan dalam file kerja Bobby. Surat itu resi karena ada cap perusahaan dan tanda tangan Bobby.

Bara menghembus nafas melihat nama perusahaan tempat Sania kerja dulu. Satu perusahaan besar yang sangat disegani. Mengapa Sania keluar dari perusahaan yang menjanjikan masa depan cerah. Pasti ada sesuatu luar biasa baru bisa menghentikan seorang pegawai dari perusahaan.

"Nona Sania..perusahaan kami kecil. Gaji di sini juga tak sebagus perusahaan lamamu. Apa kau tak keberatan?"

"Tidak..asal cukup buat beli makan sudah cukup. Dan bapak jangan sungkan kalau memang tak ingin rekrut aku. Aku ini orangnya fair dan pengertian."

"Baiklah! Besok kami akan hubungi nona. Biar kami bikin perbandingan dengan calon lain."

"Ok...kalau gitu aku permisi. Oya bapak jangan lupa senyum dikit biar keriputnya berkurang. Permisi.." Sania langsung keluar dari ruang Bara tanpa menoleh ke belakang lagi.

Bara tercengang diberi nasehat tak terduga dari gadis muda yang cukup lucu. Wajah Bara makin berkerut menambah kesan tua.

Roy teman Bara terpingkal pingkal setelah Sania menghilang dari kantor. Baru kali ini ada calon pegawai demikian berani kritik calon majikan. Sania memberi kesan akan bawa angin segar dalam kantor.

"Selidiki dia Roy! Dia itu mantan anak buah Bobby. Mengapa dia keluar?"

"Sip..dia lucu juga berani. Kau rekrut saja agar kantor ini tak tegang seperti sasana pelatihan olah raga berat."

Bara memejamkan mata perlihatkan kelelahan mendalam. Banyak beban yang harus dia pikul membuat laki yang belum tua ini tampak seperti orang berumur tua.

"Dia sangat muda apa mampu bekerja berat? Perusahaanku tak sebesar dulu lagi. Kita hanya dapat proyek kecilan untuk menyambung hidup." desah Bara agak putus asa.

"Jangan pesimis bro! Harus tetap semangat walau jalan ke depan makin terjal. Kurasa kau coba dulu cewek lucu tadi. Dia lugu ceplas-ceplos ceplos."

"Kau cari tahu dulu siapa dia."

"Ok deh! Aku ada teman kerja di sana. Biar kutelepon sebentar."

Roy segera angkat benda tipis berwarna hitam menghubungi seseorang. Cukup lama Roy ngobrol dengan orang itu sampai terbelalak kaget. Info yang didapat cukup buat Roy terpana.

Bara perhatikan Roy bicara dengan hati penasaran. Kelihatannya pembicaraan sangat seru. Temannya itu sampai terkaget kaget dengar cerita dari seberang.

Tak lama kemudian Roy menutup hpnya menatap Bara. Roy menggeleng tak percaya berita yang di dapatnya mengenai calon pegawai barunya.

"Gimana? Gadis bermasalah?"

"Yang masalah si Bobby. Sania itu pegawai terbaik perusahaan itu. Semua proyek dihandle dengan baik. Cuma Bobby silap berpaling dari Sania yang dia janji akan kawini. Si Bobby kan kawini bintang top. Ya Sania marah karena segalanya sudah dia persiapkan. Yang nikah malah orang lain. Wajar dia resign. Si Bobby lagi nyari Sania untuk diajak kerja lagi."

Bara melongo." Apa ada manusia berhati setan gitu. Campakkan anak orang lalu ajak kerja lagi. Dasar gila!"

Roy meremas tangan ikutan kesal pada tingkah Bobby yang semena pada gadis muda nan cantik itu.

"Dasar sontoloyo...kalau Sania adik gue sudah ku kasih bogem mentah. Sudahlah Bara! Kau rekrut dia sekaligus kasih perlindungan dari orang kurang waras itu. Kasihan anak yatim toh!"

"Baiklah! Besok akan ku panggil dia! Semoga dia bukan jual tampang dalam tugas. Aku tak butuh gadis cantik tapi gadis jenius."

"Kujamin akan kau dapatkan. Ok bro...aku pulang dulu. Sebentar lagi buka cafe."

"Trims sobat! Yang laris ya!" Bara mengangkat tangan beri tanda Victoria dua jari.

Roy tersenyum hargai doa temannya. Kini tinggal Bara memandangi data Sania yang tercantum dalam lembaran kertas. Sania sangat cantik dan segar. Dalam usia relatif muda sudah mencapai prestasi mengagumkan. Mengapa Bobby tega campakkan seorang gadis muda demi seorang wanita yang jauh lebih tua. Apa mungkin Sania matre atau kurang pas dalam bergaul hingga Bobby malu tampilkan gadis muda ini di publik.

"Maaf pak...wawancara selanjutnya bagaimana?" Maya sang sekretaris muncul tanpa ketok pintu lagi.

"Lanjutkan..panggil yang berikutnya." Bara beri tanda agar pelamar selanjutnya juga diberi kesempatan beri jawaban terbaik agar lolos seleksi.

Sania keluar dari gedung perusahaan PT ANGKASA JAYA dengan langkah ringan. Sania sudah berusaha melamar kerja. Di terima atau tidak itu urusan nanti. Kini Sania sudah bisa lepaskan segala kesedihan yang sudah berlalu. Sania harus bangkit menata hidup lebih sempurna.

Sania mengeluarkan ponsel meneleponi seseorang untuk kasih kabar bahwa dia sudah berusaha cari kerja walau tak semegah PT BUILD BARATA.

"Halo say...assalamualaikum."

"Waalaikumsalam...di mana kau sayangku?"

"Lagi mau pulang..aku mau singgah ke rumahmu. Sudah kangen tak jumpa hampir sebulan."

"Aku masih ngantor sayang..atau kau main saja sampai sore. Kau tunggu aku di rumah."

"Aku ke bengkel papa saja ya. Sekalian mau lihat gimana perkembangan bengkel papa."

"Boleh..boleh..papa sangat berterima kasih atas pinjaman uangmu. Semoga cepat balik modal. Bisa cicil uangmu."

"Jangan pikir itu! Yang penting bengkel papa tambah maju. Bukankah aku juga bagian keluarga kalian?"

"Tentu..kau adalah teman sejatiku juga adikku yang konyol. Sudah ya! Nanti ketahuan sama si bobo kita ngobrol. Dia lagi nyari kamu."

"Ciiisss...emang aku cewek gampangan? Di gaji semilyar sebulan juga ogah. Nanti kita ngobrol di rumah. Aku akan nginap di rumahmu malam ini."

"Okay...ntar aku beliin kamu pizza vegetarian kesukaanmu! Bye sayang tercinta."

Sania tersenyum bayangkan mulut Lisa tambah panjang satu senti ucapkan kata bye.

Gadis muda ini masuk ke dalam mobil sederhana yang sudah temani dia selama dua tahun terakhir ini. Mobil ini di beli dengan hasil keringat Sania. Sania tak pernah minta barang mewah pada Bobby apa lagi memoroti uang laki itu. Malah Sania matian bantu Bobby cari duit supaya perusahaan makin kokoh. Tak disangka Bobby tega khianati kesungguhan gadis muda ini.

Terpopuler

Comments

L

L

ingin tertawa ,tp malu sama Author 😁😁😁

2022-10-23

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

aduh...lucu sangat..hahaha
baru kenal, sudah ribut...

2022-10-19

1

Endriba 🌺

Endriba 🌺

aduh... aku ingin tertawa tp perutku msih sakit hbs oprasi... lutju banget 😆

2021-12-05

0

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!