Kesal

Sania mendecak makin kesal melihat cowok itu kembangkan senyum seakan Sania akan terpesona oleh tampang pesolek model baru.

"Cari perhatianku ya?"

"Ciiisss..banci kekinian saja sok keren. Aku takut SIM ente hasil merayu polisi. Lihat tuh pintu mobil gue ngak bisa buka! Parkir tempat lain nona macho!"

"Nona macho?? Nona kok macho? Kau mau bilang aku ini laki kalengan?" ucap laki itu agak sewot

"Apa bukan?"

"Bukan..aku pejantan tulen..kau mau rasakan keperkasaanku?"

Sania mendesah sinis. Laki gila. Sok kecakapan dengan tampang dimake up. Dikasih gratis juga ogah.

"Boleh tuh! Anjing betina tetanggaku sedang nyari pejantan. Kau boleh coba daftar. Siapa tahu si Sarah suka padamu."

"Pedas amat mulut kamu nona kecil! Bilang saja tertarik padaku mau kenalan." Laki itu tak mau kalah masih yakin Sania mau kenalan dengannya.

Sania melelet lidah tak mau berdebat dengan orang setengah sinting. Lebih baik mundur cari parkiran lain dari pada panjang lebar sama orang full stress. Sania mundurkan mobilnya cari tempat lain yang agak jauh dari laki itu.

Sania tak mau buang waktu percuma. Hari ini dia sudah lelah. Belum sempat sholat Asar pula. Tujuan Sania saat ini hanya cepat belanja dan pulang. Hari pertama kerja ditambah keluarnya tender proyek PT SHINY menyita pikiran Sania.

Sania melangkah pasti menuju ke supermarket di mana tersedia segala keperluan. Berbeda dengan pasar tradisional yang membuat kita harus berputar putar untuk cari keperluan. Di sini segala lengkap tanpa perlu melangkah jauh. Dan di sini lebih bersih tak perlu berdesakan dengan para ibu ibu yang senang belanja sambil ngerumpi kalau jumpa teman.

Dalam sekejap troli Sania penuh dengan berbagai keperluan. Dari barang dapur sampai keperluan pribadi. Semua komplit. Begini Sania tak perlu belanja sampai berminggu. Paling nanti tambah dikit dikit sayuran dan ikan.

"Hei..." seseorang menepuk bahu Sania pelan.

Laki setengah sinting berdiri di hadapan Sania sambil nyengir sok cakep. Kacamata hitamnya sudah ganti tempat bertengger di atas kepala. Mata laki itu memang indah persis mata cewek. Bulu matanya panjang tebal lagi. Wajar kalau orang menganggap laki itu banci kalengan.

"Ngapain?" ketus Sania tak bersahabat. Gadis ini dorong trolinya menjauh dari laki cantik tersebut. Laki itu menahan troli Sania pakai kaki kanan. Troli Sania tak bisa bergerak gara ulah laki cantik nan rupawan.

"Kau harus tanggung jawab bikin pamor ku runtuh."

Mata indah Sania terbelalak besar saking geram diminta tanggung jawab. Laki itu santai tebar pesona seraya menyisir rambut pakai tangan.

Otomatis kacamata di kepala nyungsep ke lantai dengan mulus. Suara jeritan kecil bocor dari bibir merah sang laki jadian. Sania tertawa geli melihat laki itu cepat cepat pungut kacamatanya. Lalu cari kalau kalau pecah.

"Takut ngak sanggup bayar kacamata pinjaman satpam komplek?" ejek Sania tak tanggung rendahkan harga diri cowok cantik itu.

"Beracun amat mulut mungil mu! Ini kacamata hadiah dari bintang k pop Korea. Sembarangan.."

"Barang gituan banyak di loakan. Paling seharga gopek."

"Emang masih ada barang seharga gopek? Puntung rokok saja seharga seribu." cetus laki muda itu masih sibuk pelototi kacamata kesayangan.

Lagi lagi Sania dibuat geli oleh ocehan laki cantik itu. Siapa yang mau beli puntung rokok. Itu cuma kalimat asal bunyi dari laki cantik.

"Adik kecil..aku mau pulang! Jangan ganggu aku ya! Pergi main di timezone sono! Kalau ngk ada uang beli koin biar kakak yang beri. Ok?" Sania tak mau ladeni orang kurang kerjaan macam anak ini.

"Adik? Memangnya umurmu berapa?"

"Dua hari lagi limapuluh tahun. Sudah tua kan?"

"Oh..masih tuaan aku. Umurku limapuluh lebih dua hari. Artinya aku lebih tua empat hari. Panggil aku mas..Mas Fadil yang terganteng seantero dunia."

"Ngaca ya kek! Tampang mirip sinden ketebalan bedak dibilang ganteng. Kambing tetanggaku lebih ganteng."

"Kok tetanggamu pada piara hewan? Tadi anjing, sekarang kambing. Jangan jangan sebelahnya lagi piara macan! Tinggal dekat kebun binatang ya!"

"Terserah! Aku mau pulang. Suamiku sudah menunggu. Suamiku galak."

Laki cantik yang ternyata bernama Fadil mengelus dagu klimis nya pasang tampang sedang memikirkan sesuatu yang berat. Sania ambil kesempatan ini dorong troli menuju ke meja kasir.

Fadil tersadar Sania sudah menjauh. Bukan Fadil namanya kalau tak kejar Sania sampai ke meja kasir.

Sania meringis melihat Fadil belum kapok menggodanya. Fadil memang lucu menghibur namun Sania tak punya waktu ladeni orang gitu.

"Hei..tetanggamu pasti pasang poster awas anjing galak. Satunya lagi awas kambing bandot dan kau pasti pasang awas suami galak ya!" Fadil keluarkan kalimat ini pas sampai di depan Sania. Sania tak dapat tahan tawa lagi. Suara Sania renyah menembus gendang telinga Fadil. Bagi Fadil itu tawa paling merdu di telinga. Lepas tanpa rekayasa.

"Dasar gila kamu! Sudah..aku harus cepat pulang. Perutku lapar..mau masak."

"Aku numpang makan ya! Oya mbak kasir yang caem...aku yang bayar semua belanjaan ini soalnya aku mau numpang makan di rumah yang ada suami galak."

"Jangan! Uangku menangis dibiar nganggur lama dalam dompet. Terima kasih niat baikmu. Dan aku tak undang kamu makan di rumahku."

Fadil menunduk kecewa tak dihargai Sania. Biasa cewek paling suka dibayarin. Semua cewek yang dikenal Fadil bersorak senang kalau laki cantik ini keluarkan kartu kredit unlimited. Baru kali ini ada yang nolak.

"Bener tak mau dibayarin?" Fadil masih usaha menarik perhatian Sania.

Sania mengangguk yakin sambil beri senyum manis pada Fadil. Sania bukan cewek gampang terpesona oleh materi maupun tampang ganteng. Bobby sudah beri Sania pelajaran berharga untuk tak sembarangan percaya pada laki. Bobby yang sudah lama bersama bisa buat sensasi yang bikin hati Sania hancur lebur. Sania akan lebih hati hati hadapi para cowok.

"Terima kasih niatmu adik kecil. Kalau ada jodoh kita pasti jumpa lagi." Sania tahu Fadil tak berniat jahat cuma usil. Fadil kelihatannya cari perhatian orang. Mungkin anak ini korban keluarga juga maka cari jati diri dengan bertingkah urakan. Sania tak termakan oleh rayuan anak kecil gitu.

Sania mendorong troli menuju ke parkiran setelah membayar semua harga belanjaan. Sania lega bisa lepas dari anak setengah sinting itu. Walau sinting, Fadil cukup menghibur Sania di kala badan lelah. Anggap saja hiburan gratis.

Tak makan waktu lama Sania tiba di apartemen. Lewat lift Sania naik ke tingkat 9 di mana kamarnya berada. Memang apartemen kecil namun nyaman. Sania sengaja cari tempat tenang agar bisa jauh dari kebisingan. Hati Sania masih dipenuhi rasa sakit oleh kelakuan Bobby. Bekerja dan cari kedamaian sendiri mungkin akan jadi obat penyembuh luka dalam.

Sampai dalam rumah Sania bongkar belanjaan lalu susun menurut posisi masing masing. Tempat Sania kecil maka gampang di tata. Dalam sekejap mata semua tersusun rapi. Sania lanjutkan dengan memasak bubur putih tanpa minyak. Makanan favourite Sania selama ini. Pendamping bubur adalah bakpau goreng kosong. Makanan sehat tapi bikin perut kenyang.

Setelah bereskan dapur Sania pergi mandi segarkan badan. Badan pegal lengket lengket teratasi oleh mandi sore hari. Segala keruwetan hilang sesaat. Besok bakal muncul lagi masalah baru. Sania optimis jalani hari hari mendatang tanpa libatkan nama Bobby lagi.

Sebelum tidur Sania meneleponi Lisa mau minta maaf tak dapat datang karena sudah terlalu sore ditambah jumpa laki cantik yang rada miring dikit.

Benda pipih yang jadi pacar abadi semua insan di dunia sudah berada di tangan Sania. Ponsel pinter jadi prioritas utama manusia seluruh dunia detik ini. Dalam tas, saku baju celana pasti ada benda ini. Benda ini bisa hubungkan setiap insan tanpa batas. Saat ini tak ada jarak antara sesama manusia selama ada benda ajaib tersebut.

"Assalamualaikum sayang.." sapa Sania begitu terdengar suara Lisa.

"Mau tinggalkan aku demi cowok lain ya. Selingkuhan mana berani rebut pacar aku?" Lisa nyerocos bak petasan. Sania jauhkan hpnya dari kuping berhubung suara Lisa nyaring menggigit gendang.

"Kok tahu aku dapat cowok baru? Ada bakat deh jadi tukang ramal."

"Ya Allah..benar dugaanku. Kau berselingkuh. Cowok mana biar kuulek sampai hancur."

Sania tertawa kecil sambil bayangkan cowok cantik yang konyolnya sebelas dua belas dengan Lisa.

"Tadi aku belanja. Kami jumpa di parkiran. Orangnya usil juga kocok perut. Sok kaya mau bayarin belanjaku!"

"Kau mau?"

"Apa itu gayaku? Bobby saja tak kuijinkan bayarin hidupku apalagi cowok baru kenal. Mau taruh di mana wajah imut ku? Eh...apa rencanamu setelah resign? Kawin sama sepupu jauhmu?"

"Ogah...duda beranak satu..belum nikmati masa pengantin sudah harus jaga anak. Tiga lagi..cepat keriput aku. Ngak..nikmati libur panjang dulu sambil bantu papa di bengkel. Di bengkel masih ada pemandangan indah kok."

"Maksudmu?"

"Tuh pegawai papa yang namanya Rangga. Lumayan ganteng. Kulitnya putih bersih seperti opa Korea."

Sania terbayang wajah dingin Rangga. Ramah hanya waktu pertama jumpa. Setelah tahu Sania bukan pelanggan langsung sedingin es kutub selatan. Pancaran mata Rangga seperti menyimpan duka mendalam. Pancaran mata gitu juga ada dalam mata Bara. Mengapa Sania jumpa orang penuh kesedihan dalam waktu bersamaan.

"Siapa dia? Dia menyimpan misteri dalam danau mata."

"Dia sudah tiga tahun ikut papa. Sarjana teknik mesin tapi tak gunakan gelar cari kerja malah mentok di bengkel papa. Aku pun jarang ngobrol dengannya."

"Emang dia tinggal di mana?"

"Di bengkel sekaligus jaga bengkel. Anaknya lumayan baik."

"Muji terusan..apa ada niat terselubung? Mau gadai cinta pada Rangga?"

"Belum ada rencana. Pacarku cukup kamu saja. Aku belum mau selingkuh."

"Pacarku yang setia. I lope ente.."

Lisa tertawa dirayu Sania. Mereka seperti punya kelainan jiwa saling merayu untuk hibur hati.

"Geli aku...besok kalau sempat pulang sini ya. Mama akan bikin sayur bening untukmu. Mama bilang kamu anak paling gampang diurus. Tak cerewet macam aku. Dia lebih sayang padamu.."

"Mungkin mama lupa kamu cerewet warisan dari siapa. Papa orangnya kalem kok! Oya besok aku transfer duit buat beli tanah sisanya. Kau tolong beliin ya!"

"Huuss beli tanah kayak beli bedak. Ditabur terus..kamu pantau dulu sisa tanah itu! Agak basah seperti rawa."

"Aku tahu maka minta beli. Mungkin bisa murah. Nanti kita timbul kerikil sampai kering. Tenang saja..aku sudah ada perhitungan. Bangunan cakar langit saja bisa kita taklukkan. Apalagi cuma tanah becek. Tinggal pakai tongkat ajaib nenek sihir. Simsalabim...menjadi."

"Kalah deh omong sama kamu. Terserah...aku tunggu kamu! Jangan bawel lagi. Cepat tidur mimpi aku ya!"

"Mimpi jewer kuping ente kan? Resign tanpa perhitungan."

"San..aku sudah tak betah sejak kamu pergi. Bukan karena kamu kok. Cepat atau lambat aku pasti keluar. Putri juga mulai ancang nyari kerja lain."

"Tunggu aku golkan proyek PT SHINY. Aku akan rekrut kalian dua. Aku akan minta Pak Bara masukkan kalian kerja. Kita adalah team kompak jadi harus selalu bersama."

"Terima kasih."

"Ok...selamat malam say! Tidurlah!" Sania menutup hp tanpa tunggu jawaban Lisa.

Sebenarnya Sania merasa tak nyaman Lisa keluar dari kantor Bobby gara gara adu mulut dengan laki itu. Sania menyeret Lisa dalam kesedihannya. Sania berjanji akan bayar semua rasa sakit di hati Lisa.

Malam berlalu tenang bagi Sania dan Lisa. Esok masih ada harapan baru menanti mereka. Yang penting semangat.

Di rumah mewah keluarga Barata terlihat sepi suram. Tak ada cahaya gemerlap dalam rumah itu walau isi rumah luks penuh barang mewah.

Bobby termenung sendiri dalam ruang kerja sambil isap rokok. Asap nikotin memenuhi seluruh ruang kerja yang selalu rapi itu. Otak Bobby dipenuhi berbagai rasa. Kesal, marah juga kheki. Hanya demi nama besar dia korbankan harta juga perusahaan. Keuangan perusahaan mulai seret sejak menikah. Biaya pernikahan mencapai ratusan milyar belum lagi pengeluaran Ranti yang bak air bocor. Sebulan bisa habiskan milyaran untuk pengeluaran tak jelas. Bobby betul betul pusing.

Sania yang selama ini tangani proyek juga tak jelas keberadaan. Gadis itu pasti marah sekali ditipu habisan. Tapi Bobby tak merasa bersalah karena janji akan tetap nikahi Sania walau status isteri kedua. Sania adalah mesin cetak uang Bobby yang tak boleh hilang. Cuma di mana harus cari gadis itu. Sekarang sudah hampir dua bulan Sania menghilang. Tak ada kabar sama sekali.

"Darling...." suara manja seorang perempuan tiba tiba muncul di depan Bobby.

Bobby mendongak mendapatkan Ranti berdiri di hadapannya memakai baju tidur sexy. Samar samar perut Ranti mulai buncit mulai tampak. Ini tak mengurangi daya tarik bintang top itu.

"Belum tidur?"

Ranti menghampiri suaminya lalu duduk di atas paha Bobby sambil mengelus dada bidang Bobby.

"Pingin bobok bersamamu. Anakmu rindu pada daddynya." rengek Ranti manja.

"Tidurlah dulu! Aku masih banyak kerja."

"Urus proyek PT SHINY ya! Mamiku bilang tender proyek sudah diumumkan. Apa kamu sudah dihubungi? Bukankah proyek itu akan diberi pada kita?"

"Kalau diberi pada kita tak mungkin keluar pelelangan. Justru kesempatan kita sangat kecil."

Terpopuler

Comments

⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻

⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻

tunggulah kehancuran mu bob

2022-12-06

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

buburvdan bakpao..macam makanan orang cina

2022-10-19

1

Jumi Roh

Jumi Roh

makanya jgn sok pintar Bobby

2022-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!