Proyek Perdana

Sania menghela nafas tak tahu harus jawab apa. Pak Wandi pasti percaya padanya karena Sania pernah kerja sama waktu masih kerja di Build. Terlalu banyak bela diri nanti dikira menyombongkan diri.

"Kita coba saja dulu pak! Aku percaya Pak Wandi takkan pelit sama kita."

"Kau yakin?" mata Bara menyipit kecil.

"Sudah kubilang kita coba. Belum coba gimana tahu. Siap berangkat?" Sania malah menantang bos barunya yang kurang pede. Seluruh tubuh Bara melukiskan kalau laki itu sedang dalam lubang penuh masalah.

Bentuk tubuh indah dan wajah tampan tak mampu menghalau segala beban yang sudah tersirat di mata.

"Baiklah! Aku coba percaya pada anak kecil macam kamu." Bara bangkit menuju keluar ruangan tanpa peduli Sania yang masih mematung.

Benar benar manusia kayu. Tegang tak ada lentur nya. Sania tak diberi waktu memikirkan tingkah lebih jauh. Gadis ini cepat cepat menyusul sambil meraih tas selempang juga file dan laptop kerjanya. Sania mengedipkan mata pada Dea sambil acungkan tangan.

Dea cepat tanggap bikin tanda dua jari Victoria. Semoga kehadiran Sania bawa angin segar dalam perusahaan. Gadis cantik penuh energik.

Di parkiran Bara sudah menanti di depan mobil warna hitam tak terlalu mewah. Badan mobil lumayan besar bisa muat 6 atau 7 orang. Mobil Sania seperti liliput bertarung dengan raksasa. Sama sama dari kaleng namun beda kasta. Mobil Sania dari kasta terendah tak ada nilai walau masih bisa bermanfaat sedangkan mobil Bara dari kasta elite bisa angkuh. Sania menunduk sedih melihat nasib mobilnya yang tak bisa dibanggakan.

"Katanya kejar waktu tapi melamun. Memikirkan mantan?" tegur Bara antar Sania ke alam sadar.

"Ciiisss..mantan dipikir! Apa faedahnya? Virus yang harus dijauhi...Pak Bara silahkan jalan duluan. Aku akan ikut dari belakang."

Bara tak habis pikir apa yang ada di otak anak muda. Kenapa mereka harus pisah mobil bila tujuan sama. Sania segan berduaan dengan Bara mengingat laki itu punya isteri. Wanita manapun akan sedih bila lihat suami berdekatan dengan perempuan lain. Sania sudah pernah merasakan sakit hati mendalam atas pengkhianatan Bobby maka itu Sania sadar diri tak mau sakiti wanita lain.

"Kamu mandi kelewat lama ya!" kata Bara dingin.

Sania melongo ditanya pertanyaan aneh. Untuk apa Bara mengurus masalah pribadi wanita. Jangan jangan laki ini ada kelainan jiwa suka campuri urusan orang.

"Apa urusan bapak?"

"Lama mandi bikin otakmu terendam air."

Sania bukan orang bodoh tak tahu Bara sedang mengejeknya. Bara ingin katakan Sania tak berakal waras otak kena banjir. Tak bisa berpikir waras.

Kalau bukan Bara seorang ceo rasanya ingin Sania ***** moncong kasarnya. Sania hanya bisa mengurut dada menahan rasa kesal.

"Mau bilang apa? To the point saja." Sania lontarkan pandangan tak bersahabat pada Bara sebagai balasan mulut lancang Bara.

"Naik ke mobilku! Mengapa harus pergi dengan mobilmu kalau kita searah. Mungkin kau mau kasih tahu semua orang kita musuhan?"

"Siapa musuhan denganmu? Isi kulkas dibawa ke kantor! Dingin.." Sania tak mau berdebat mengingat Pak Wandi sedang menunggu mereka. Kesempatan bagus takkan terulang bila terlewatkan.

Sania naik ke mobil Bara tanpa banyak mulut lagi. Bara ikutan masuk tanpa keluarkan sepatah katapun. Sikapnya sungguh tak bersahabat.

Keadaan dalam mobil dingin ditambah hembusan AC makin dingin tak ubah seperti di kutub utara. Sania maupun Bara tak berniat ringan mulut mengajak satu pihak ngobrol. Sania tahu diri tak berani buka mulut duluan karena yang sekarang duduk di sampingnya adalah bos juga suami orang.

Suasana hening dalam mobil terus berlangsung sampai di depan kantor Pak Wandi yang mewah. Pak Wandi pemilik real estate top negara ini. Bapak ini punya perumahan besar nyaris menyentuh seluruh kota di Indonesia. Sania dan Bara beruntung dapat beruntung dapat kepercayaan Pak Wandi tangani proyek besarnya kali ini.

Sania turun dari mobil tanpa menunggu Bara. Sania biarkan laki itu parkir mobil di tempat semestinya. Kantor Pak Wandi berada di jantung kota dengan halaman luas. Mobil aneka mobil berjejeran rapi menunjukkan kualitas perusahaan yang elite. Halaman depan kantor bersih tanpa sampah sedikitpun.

Pak Wandi bukan orang sembarangan bisa percaya pada orang bila orang itu tak berkualitas. Sania adalah gadis beruntung bisa meraih simpati Pak Wandi. Kini tinggal bagaimana Sania tunjukkan kualitas seorang insinyur berkualitas.

Bara menyusul Sania yang duluan masuk kantor Pak Wandi. Suasana kantor tenang walau banyak anggota kerja. Semua terlihat sopan dan damai. Sania terlihat ngobrol dengan seorang wanita berpakaian ketat layak asisten pribadi maupun sekretaris pemilik perusahaan.

Bara mendekati Sania tanpa menimbulkan suara bising derap sepatu. Bara berhenti persis di belakang Sania memberi pandangan mengganggu mata. Si mungil dan di jangkung tampil bersama.

"Yok...mari ku antar nona Sania. Anda sudah ditunggu." wanita berdandan menor tadi mempersilahkan Sania menuju ke ruang kantor utama Pak Wandi. Sania memutar badan mencari Bara yang menurutnya belum muncul.

Begitu balik badan Sania menabrak tubuh tegap langsung menempel di dada orang itu. Jidat Sania terantuk di dada Bara. Untuk sesaat Sania bengong merasa bau maskulin yang memabukkan wanita.

Wanita menor tadi tertawa kecil menyaksikan adegan konyol antara Sania dan Bara. Jarang jarang ada adegan lucu di kantor mereka karena bos mereka orangnya sangat hati hati tak suka huru hara. Semua patuh tak berani buat ulah kalau masih mau jadi pegawai Pak Wandi.

"Masih betah nempel di tubuhku?" suara Bara membuat Sania mundur teratur.

Sania merasa malu langsung berjalan ke depan tanpa menoleh pada Bara lagi. Pipi Sania bersemu merah bagai tomat siap dipetik untuk diracik jadi makanan lezat. Bara ikut dari belakang dikawani wanita menor tadi menuju ke lantai. Sania menanti di lift tanpa berani menatap Bara.

Sania merujuk dalam hati mengapa bisa sekonyol gitu. Mengapa manusia sebesar gitu tak tampak di mata. Gimana kalau di depan mata adalah semut pasti hilang bagai abu. Mengapa Sania sering hilang fokus bila bersama Bara. Padahal waktu berstatus pacar Bobby dia tetap konsentrasi dalam segala hal. Mengapa pesona Bara bisa mengganggu fokus Sania.

Bara melirik Sania yang menunduk tak berani menatap wajahnya. Bara maklum gadis muda ini merasa malu habis melempar tubuh pada bos sendiri. Bara yakin Sania bukan sengaja melakukannya. Sania bukan gadis penggoda seperti wanita wanita sekelilingnya.

Gadis muda ini malah berkesan menjauh bila tak ada urusan penting untuk bahas soal kerja. Bara belum kenal Sania seutuhnya karena baru kenal beberapa hari namun kesan yang diberi Sania cukup mendalam. Pinter, cantik, konyol dan teledor.

Tiiinnnggg.

Pintu lift terbuka langsung ke lantai ruang kantor Pak Wandi. Rasa adem menyambut ketiga manusia berkepentingan dalam bisnis itu. Wanita berdandan menor tadi mempersilahkan Sania dan Bara masuk ke ruangan pimpinan setelah ketok pintu.

"Masuk!" terdengar suara dari dalam.

"Silahkan nona Sania dan Pak.." Wanita itu tak dapat lanjutkan kalimat karena tak tahu nama Bara.

"Bara.." sahut Bara cepat.

"Oh pak Bara..silahkan! Sudah ditunggu."

Sania dan Bara masuk ke dalam. Ruang kantor bak dalam taman eden. Segar sejuk menenangkan hati. Hati yang galau bisa nyaman berada di tempat senyaman ini. Pak Wandi memang pengembang sejati karena untuk diri sendiri juga tertata bagus.

"Nak Sania..akhirnya muncul!" Suara ceria Pak Wandi hangat menyambut kehadiran Bara dan Sania." Ayok duduk!"

"Perkenalkan ini pimpinan baruku Pak Bara dari PT ANGKASA JAYA." Sania bertindak sopan perkenalkan Bara pada Pak Wandi.

Bara langsung mengangguk tak kalah sopan sambil ulurkan tangan menyalami Pak Wandi.

Pak Wandi tertawa lebar menyambut tangan Bara. Wajah Pak Wandi begitu cerah tanpa beban. Tampang Pak Wandi jauh lebih muda dari umurnya. Kelihatannya tampang Pak Wandi seperti berumur empat puluhan padahal yang sebenarnya hampir enam puluh tahun. Bapak tua yang segar.

"ACH..Pak Bara..semoga kita bisa kerjasama dengan baik. Anda beruntung dapat karyawan sebaik nak Sania."

"Terima kasih Pak Wandi. Kami akan berusaha sebaik mungkin."

"Duduk dulu! Mau minum apa? Kopi atau teh?" tawar Pak Wandi tetap ramah.

Sania dan Bara saling berpandangan agak segan karena Pak Wandi sangat ramah bikin tak enak hati. Raut wajah Pak Wandi berseri seri bak dapat undian nomor satu. Ntah mengapa Pak Wandi sangat suka pada Sania. Semoga rasa suka itu murni dari prestasi Sania bukan diembel-embeli niat lain.

"Pak Wandi sangat perhatian bikin kita jadi malu." ucap Sania agak malu.

Pak Wandi menggoyang tangan tanda tak masalah. Bagi Pak Wandi anak muda berbakat macam Sania harus dihargai supaya tambah semangat melaksanakan tugas. Banyak anak muda sekarang habiskan waktu dengan huru hara. Bahkan tak jarang terjebak dalam narkoba. Ada saja tingkah anak muda sekarang hanya sekedar cari sensasi.

Anak muda macam Sania sudah langka maka Pak Wandi betul betul hargai remaja full talenta macam Sania.

"Kami minta teh saja Pak! Itu kalau tak merepotkan." suara bass Bara mengusir rasa sungkan antara mereka.

Pak Wandi mengangguk lalu meminta sekretarisnya menyediakan apa yang diminta kedua anak muda ini.

"Ok anak muda...kita mulai bisnis kita. Seperti janjiku akan percayakan proyek ini pada kalian. Ini baru tahap awal. Kalau kinerja kalian bagus maka kita akan lanjutkan ke tahap tahap selanjutnya. Sebelumnya bapak mau tanya apa kalian sanggup ambil tanggung jawab atas proyek ini?" tanya Pak Wandi serius sambil menatap Sania dan Bara silih berganti.

"Selama bapak percaya pada kami maka kami akan sekuat tenaga tuntaskan kepercayaan yang Bapak berikan pada kami. Kami janji walau belum tentu sempurna." sahut Bara mantap.

"Bagus...dan kau gadis kecil. Siap bertempur? Bapak tahu ini bukan proyek besar bagimu tapi kali ini timmu sudah beda. Mampukah kau kerja sama dengan tim barumu?" Pak Wandi menatap Sania lekat lekat.

"InsyaAllah...Di mana kita berdiri di situ langit dijunjung. Aku akan adaptasi dengan tim baruku. Dan bapak jangan segan menegur kalau ada yang tak sesuai. Kita akan gotong royong selesaikan misi dari bapak."

"Ok..bapak anggap kau mampu. Bapak harap minggu depan sudah ada kegiatan."

Sania menatap Bara minta persetujuan untuk iyakan atau bosnya itu masih perlu waktu untuk evaluasi kerja yang belum dia tinjau sama sekali. Bara pasti bukan asalan yang hanya mendengar tanpa ada melihat lokasi.

Pintu ruang Pak Wandi diketok dari luar menghalang Bara untuk segera menjawab.

"Masuk..!" perintah Pak Wandi.

Seorang laki muda mengantar minuman pesanan Bara. Setelah meletakkan minuman laki itu langsung pamit dengan sopan. Wangi teh menyeruak di meja kerja Pak Wandi hasilkan rasa tenang. Teh wangi bak aroma terapi bisa hangatkan jiwa.

"Ayo diminum!"

"Terima kasih pak..mengenai permintaan bapak agar ada kegiatan dalam minggu ini mungkin kami akan minta waktu dikit lagi. Kami minta sepuluh hari. Kami mau seleksi tanaman yang bakal kita tanam duluan agar bisa tumbuh sehat sambil menunggu kita membangun. Selesai pembangunan tanaman sudah hidup subur. Itu point tak kalah penting dari perumahan kita." Bara langsung utarakan maksud hati supaya sama sama puas.

"Deal..bapak suka aak muda yang memikirkan segala hal dalam jangka panjang. Nak Sania..bosmu kali ini lebih teliti. Mari kita langsung teken kontrak. Sebelumnya bapak mau pastikan Sania harus ikut teken dan menjadi penanggung jawab utama." Nada suara Pak Wandi menekan dan serius.

"Sania jamin pak! Sania akan tanggung jawab sampai tuntas. Dan terpenting adalah doa bapak buat kami. Semoga segala diperlancar. Doa bapak adalah sumber kekuatan kami." Sania berkata penuh keyakinan.

Pak Wandi kelihatan senang dihargai Sania demikian tinggi. Sania pandai menngambil hati orang ditambah tampang imutnya bikin hati makin bahagia.

"Bapak akan kirim doa berton ton. Ayok kita bismillah!" Pak Wandi mengeluarkan map hitam lalu sodorkan pada Bara selaku atasan Sania. Bara mengambil dokumen itu lalu membaca agar tak ada rasa was was. Seluruh point point kerja tertera jelas antara pemilik proyek dan Bara sebagai pelaksana.

Cukup lama Bara pelajari setiap huruf dan angka yang tercantum di dokumen. Sania dan Pak Wandi menanti Bara pelajari tanpa bersuara. Sania malah santai menikmati teh pagi yang belum sempat dia nikmati di rumah.

Keheningan merajai seluruh ruangan. Pak Wandi asyik mainkan ponsel sambil menunggu Bara pahami isi kontrak. Sania percaya Bara akan hati hati maka tak terlalu pusing isi kontrak. Bara bukan orang bodoh gampang dikelabui.

Akhirnya Bara selesai membaca dan mengangguk puas. Kerja sama yang diberi Pak Wandi sangat memuaskan. Cukup banyak kemudahan.

"Kuterima Pak Wandi. Bapak sangat murah hati pada kami." ujar tak malu akui kebaikan Pak Wandi pada mereka.

"Well..anak muda. Berapa persen uang muka?" tanya Pak Wandi pada Sania selaku penanggung jawab kerja.

Sania tertawa kecil ditanya soal dana. Maunya memang banyak mengingat modal Bara tak besar tangani proyek lumayan besar ini.

"Jujur ya Pak! Modal kami kecil. Kalau bisa ya di luar kebiasaan!" kata Sania sambil canda.

"60%?" tawar Pak Wandi bikin Bara tersentak.

Terpopuler

Comments

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Percaya dengan kemampuan nya..itulah Sania

2022-10-19

2

Jumi Roh

Jumi Roh

pinter kau Sania

2022-03-12

1

Dewi Kijang

Dewi Kijang

lanjut 👍👍👍

2021-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!