Karyawan rajin

Lisa muncul di hadapan Bobby merasakan hawa tak sedap dari bosnya. Wajah Bobby seperti menahan emosi mendalam.

"Ya pak.."

"Di mana Sania? Kau paling dekat dengannya. Masak tak tahu di mana dia?"

"Persisnya aku tak tahu cuma ada kudengar dia sudah dapat kerja di tempat lain."

Bobby menggebrak meja salurkan amarah setinggi leher. Lisa sampai kaget lihat Bobby berubah brutal.

"Dia masih karyawan sini. Bagaimana bisa kerja tempat lain?"

"Sania sudah lama resign dari sini. Bapak juga sudah teken surat pengunduran diri Sania." ujar Lisa ngeri ngeri sedap.

"Aku teken? Kapan?"

"Waktu bapak teken semua dokumen sebelum cuti besar. Bukankah bapak sudah periksa semua dokumen hari itu?"

"Sialan...kenapa kau tak bilang Sania resign? Dia itu pacarku..mana boleh kabur gitu saja."

Lisa ingin sekali gampar mulut laki tak bermoral itu. Gampang saja bilang Sania pacar sementara nikahi wanita lain. Berapa nilai Sania di mata Bobby. Demikian rendahkah Sania di mata laki itu?

"Pak..sadarkah bapak omong gitu? Sania resign pasti karena sakit hati. Semua orang tahu bapak akan nikahi dia tapi ternyata bapak selingkuh nikahi bintang top. Adilkah buat Sania? Sania itu anak baik dan sopan. Dan sekarang bapak bicara seolah Sania hak bapak. Maaf pak!! Sania bukan wanita murahan yang bisa dimainkan. Aku akan mengundurkan diri juga. Aku sudah muak lihat drama bapak. Permisi.."

Bobby tercengang di skakmat oleh Lisa. Rencana ingin ancam Lisa agar tunjukkan di mana Sania malah jadi bumerang. Lisa ikutan resign demi bela Sania. Baru kehilangan orang paling kompeten kini hilang lagi seorang karyawan berpotensi bagus.

Bobby menjambak rambut makin marah. Mau marah tapi harus lampiaskan pada siapa? Semua bermula dari nafsunya sendiri ingin punya bini bintang yang dipuja puja orang. Dapat bini idola tapi harus dibayar mahal kehilangan proyek raksasa.

Mau menyesal juga sudah tak ada guna. Nasi sudah jadi bubur. Uang bermilyar melayang demi bini tersayang. Kini proyek melayang juga karena bini tersayang. Ranti seperti kutukan bagi Bobby. Menghancurkan Bobby perlahan tapi pasti.

Lisa langsung serahkan surat pengunduran diri hari itu juga. Lisa merasa tak ada alasan bertahan di perusahaan yang dipimpin bos sakit jiwa. Punya isteri tapi masih mengharap punya pacar untuk dijadikan sapi perah. Lisa akan minta Sania jauhi Bobby mengingat niat busuk Bobby. Dia hanya ingin manfaatkan Sania dapatkan proyek raksasa itu.

Bobby tak dapat berbuat apa apa waktu Lisa serahkan surat pengunduran diri. Gadis ini tak minta pesangon karena dia yang minta berhenti. Lisa sendiri masih ada kerja di bengkel bapaknya maka tak takut resign. Lisa bisa fokus bantu bapaknya perluas bengkel.

Lisa langsung meninggalkan PT BUILD BARATA begitu suratnya sampai di meja Bobby. Hati Lisa terasa lega bisa bantu Sania keluarkan unek unek dalam hati. Bobby pantas dijatuhkan atas sikap angkuhnya. Laki ini anggap Sania gadis tolol bisa dibodohi. Punya bini masih berani ngaku pacaran sama Sania. Emang Sania cewek apaan?

Lisa langsung meneleponi Sania setelah sampai di rumah. Lisa sudah tak sabaran ingin kabari Sania bahwa dia sudah keluar dari kantor Bobby.

Benda pipih di meja Sania bergetar kencang ditambah bunyi nada dering suara kucing ngeong. Sania melirik hpnya. Tercantum nama sayangku. Tanpa ragu Sania angkat.

"Assalmualaikum sayang.." sapa Sania lembut.

Bara yang mendengar dari dalam ruang mengerutkan kening dengar Sania bersayang dengan seseorang. Menurut kabar Sania pacaan dengan Bobby. Apa mereka sudah baikan atau Sania sudah dapat pengganti.

"Cepat amat move on.." Bara membathin. Anak gadis sekarang memang gampang jatuh cinta juga gampang bubar. Baru saja sakit hati pada Bobby sekarang dapat yang lain.

"Aku sudah resign." cerita Lisa to the point.

"Apa? Kenapa?"

"Si kunyuk cari kamu dan katakan kau adalah pacarnya. Tak bisa pergi gitu saja. Aku ya emosi. Maunya kucabe mulutnya."

"Namanya ja kunyuk..gk penting kunyuk gituan. Sekarang kamu bantu papa urus tanah samping. Aku ada rencana beli sisa tanah. Kita bangun doorsmeer sekalian. Orang yang betulin mobil bisa cuci mobil di sana. Ini bisnis kita dua. Kalau sudah kaya kita beli suami. Kamu dua aku cukup satu.."

"Woi..sudah minum jamu anti gila? Baru satu hari kerja otak sudah miring. Kau pulang sini malam ini. Kita ngobrol dari sabang sampe meroke."

"Jauh amat non! Belum selesai sudah molor. Apalagi tukang molor macam ente..oya..bilangin mamamu aku dimasakin semur kentang ya! Kalau bisa jangan pake kentang."

"Edan...semur kentang gk pake kentang. Pake dua bukit tinggimu ya. Cukup lumayan buat seisi rumah. Cukup gede.."

Sania tertawa dapat teman guyon lucu. Bara melirik tawa Sania yang merdu. Ternyata sayang yang dimaksud Sania bukan pacar. Dan lagi ada kata non berarti cewek. Pasti teman akrab.

"Dua bukit tinggiku itu stok buat suami dan anakku kelak. Jadi santapan tak penuhi standard kesehatan. Belum cukup matang. Nanti keracunan."

"Coba cek lab dulu apa beracun? Apa harus disosor dulu baru masak?"

"Dasar otak mesum...aku kerja dulu. Nanti baru sehari kerja sudah dipecat."

"Ok..jangan lupa maka ya say! Ingat sakit lambungmu."

"Iya..masih muda kok cerewet, Pantes bapak bilang mulut puterinya macam moncong kuda nil. Mangap tak jelas."

"Sialan lhu! Assalamualaikum." Lisa tutup telepon dengan kesal. Sania tersenyum sendiri ingat kelucuan Lisa. Lisa sahabat sejati. Tak sungkan undur diri demi sahabat baik.

Sania kembali fokus kerja usahakan yang terbaik untuk perusahaan barunya. Dari balik ruang sebelah Bara curi curi lirik Sania. Gadis cantik dan pinter. Mengapa Bobby siakan gadis sesempurna ini. Bara benar tak habis pikir.

Sayup sayup terdengar azan Zhuhur berkumandang memanggil para umat Islam menunaikan sholat. Suara itu cukup jauh namun cukup jelas di telinga.

Sania langsung hentikan kegiatan bersiap menghadap pada Yang Maha Kuasa. Tak ada yang lebih penting dari agama. Agama adalah tiang bagi umat untuk bersandar dalam suka duka.

Sania mengetok pintu ruang Bara minta ijin beribadah sesuai agama yang dianut Sania.

"Maaf pak..aku mau ijin sholat. Apa kator bapak ada ruang sholat?"

Bara mengangguk."Ada...dari ruang depan belok kanan."

"Bapak tidak ikut sholat?" tanya Sania hati hati takut Bara tersinggung. Juga takut agama Bara bukan Islam.

Bara tertegun diajak sholat oleh pegawai baru. Baru kali ini ada pegawainya berani usik dia soal beribadah. Biasa semua cuek bebek. Yang mau sholat ya sholat. Bagi yang tak mau ya gitu saja.

"Maaf pak..aku permisi." Sania minta diri melihat Bara tak beri respon.

"Tunggu..kita sholat bersama." Bara bangkit dari kursi ikuti langka Sania menuju ke ruang sholat.

Sania tersenyum dalam hati. Akhirnya kumpul pahala baru ajak sesama muslim laksanakan perintah agama. Sania biarkan Bara duluan melangkah. Sania kembali ke mejanya ambil peralatan sholatnya baru nyusul Bara.

Bara baru saja siap ambil air wudhu waktu Sania tiba di mushala kecil tempat sholat. Sania ambil air wudhu sebelum masuk lokasi sholat.

Terlihat Bara menanti Sania untuk sholat bersama. Bara akan jadi imam buat Sania di hari pertama dia kerja. Sania agak ragu di imam Bara. Mereka bukan suami isteri juga bukan di mesjid. Sangat aneh bos jadi imam buat karyawan.

Bara dapat membaca keraguan di wajah Sania. Laki ini tahu Sania segan sholat bersama bos. Bara bukan orang tak tahu agama. Andai mereka hanya sholat berdua maka sholat mereka jadi haram.

"Aku duluan..kau tunggu sebentar." Ujar Bara tak mau buat Sania merasa risih. Beribadah bukan hanya sekedar pamer bisa sholat tapi cari amal ibadah. Beribadah hendaknya keluar dari hati nurani bukan paksaan.

Sania menunggu Bara laksanakan ibadah tanpa mengeluh. Seharusnya memang begitu tak boleh sholat berduaan kalau bukan suami isteri. Kecuali ada orang lain ikutan sholat. Maka sholat demikian sah dan halal.

Seusai Bara sholat, Sania langsung menyusul menghadap Yang Maha Kuasa. Sania minta diberkahi agar segala rezeki dan jalan dilapangkan. Sania juga meminta agar bisa dapatkan proyek raksasa yang dilelang PT SHINY. Sania hanya berharap menjadi yang terbaik di bidangnya.

Sania tak melihat Bara waktu kembali ke tempat kerjanya. Sekeliling sangat sepi karena sang sekretaris tak masuk. Untuk sementara Sania mesti bekerja sendiri tanpa ada pengarahan. Kondisi kantor juga tak baik sebab tak terlalu banyak kegiatan.

Dalam hati Sania bertanya tanya apa kelemahan perusahaan ini hingga sepi job. Bos malas cari tender atau cara kerja amburadol hingga perusahaan lain ogah kerja sama.

"Sania.." panggil seseorang membuat Sania tersentak.

Seorang wanita berdandan cukup menor memberi senyum paksa pada Sania. Dari sikapnya bukanlah orang bisa diajak berteman. Bibir merah cabe plus pakaian ketat perlihatkan lekuk tubuh full sexy. Sania beri nilai 4 untuk penampilan buruk sang wanita.

"Ya? Anda adalah???" Sania bertanya dengan sopan. Pada orang pertama jumpa Sania tetap utamakan sopan santun perlihatkan adab manusia.

"Aku Denok...staff Pak Bara..Pak Bara pesan agar ajak kamu makan siang."

"Oh..terima kasih. Aku titip saja. Aku jarang makan di luaran. Itu kalau Bu Denok tak keberatan."

"Aku belum tua. Tak usah panggil Ibu. Cukup Denok." ketus Denok cemberut dipanggil ibu oleh Sania. Sania mendekap mulut sudah salah pada interaksi perdana. Semua wanita mau dianggap cantik dan muda. Apalagi yang model Denok mau cari perhatian orang.

"Oh maaf Denok..aku kan hanya hormati anda sebagai senior. Kalau aku langsung panggil Denok malah melangkahi posisi Denok yang senior. Sekali lagi sori." Sania merendah supaya Denok merasa senang.

Hidung Denok kontan kempas kempis diangkat Sania tinggi langit. Wajah wanita itu berubah lebih ramah setelah tahu alasan Sania memanggilnya ibu.

"Kumaafkan! Apa menu makanmu? Nasi uduk atau nasi pecel lele?"

"Oh tidak..makanku sederhana. Cukup salad sayuran dan teh pahit hangat. Aku tak makan makanan berlemak karena lambungku sangat tak bersahabat. Oya ini uangnya Denok!" Sania mengeluarkan dua lembaran warna merah dari tas selempang.

"Kok banyak amat? Cukup selembar saja." Denok tak tamak ambil uang Sania duanya. Ini tanda Denok tak seburuk penampilannya. Gaya boleh selangit namun sifat tetap jujur. Sania tambah nilai untuk Denok jadi 5. Untuk menambah nilai lagi harus bergaul lebih lama ke depan.

Denok lenggang lenggok meninggalkan Sania yang tersenyum sendiri. Orang macam Denok akan gampang jadi teman asal pinter ambil ekornya. Dipuji dikit kontan naik pucuk hidung. Sania sudah cukup banyak hadapi orang model gitu. Tak ada guna bersikeras dengan orang macam gitu. Hanya menambah beban di otak.

Sania kembali mempelajari proyek yang bakal ditender PT SHINY. Jauh hari Sania sudah dapat bocoran mengenai proyek ini. Kini Sania hanya perkuat agar proposal mereka bisa diterima PT besar tersebut.

Sampai sore pulang kerja Bara tak muncul. Sania tak ambil pusing. Apapun yang dikerjakan sang bos adalah urusan pribadi. Bukan ranah Sania cari tahu di mana posisi pemimpin. Sania cukup lakukan tugas Sania.

Hari pertama kerja tak tinggal kesan apapun selain cerita Bara mau diajak sholat. Sania hormat pada orang yang hargai agama sendiri. Bukan beragama dalam ktp saja. Sekarang banyak orang munafik sok alim padahal kelakuan tak jauh dari kata dajjal. Sania tak berani beri vonis pada orang lain. Terpenting dia sendiri jaga diri dan tahu diri. Bercermin sendiri tentu terasa diri sendiri adalah orang sempurna. Tapi di mata orang lain belum tentu begitu menilai kita.

Sania keluar dari kantor tepat jam 5 sore. Gadis ini tak langsung pulang ke apartemen tapi menuju ke supermarket untuk belanja. Kulkas sudah kosong melompong. Gadis macam Sania tidak terlalu gembul soal makan karena Sania menganut hidup sehat tanpa santap makanan penuh lemak juga daging merah. Sania bukan vegetarian namun jarang konsumsi daging. Ikan laut adalah pilihan tepat untuk jaga kesehatan.

Sania parkir mobil di tempat lapang supaya enak keluar nanti. Untunglah parkiran lagi sepi hingga Sania leluasa parkir di satu tempat lapang.

Baru saja mobil Sania terparkir tiba tiba masuk satu mobil berbadan besar persis di samping mobil Sania. Sania yang ancang ancang hendak turun mendadak urungkan niat karena mobil besar itu menghalangi Sania buka pintu mobil mungilnya. Sania tak dapat buka pintu mobil.

Sania merepet dalam hati melihat orang tak punya insting cara parkir mobil baik. Parkiran demikian luas mengapa sengaja parkir dampingan. Ini belum seberapa, halangi pintu mobil Sania yang bikin emosi terpancing.

Sania buka kaca jendela langsung pasang wajah jutek biar yang punya mobil gede tahu ada orang sedang marah.

"Woi...punya SIM ngak?" seru Sania sewot.

Untung yang punya mobil punya pendengar lumayan bagus sehingga Sania tak perlu tegangkan urat leher berseru lebih kencang.

Pintu kaca mobil besar itu turun sebelah kiri. Seorang laki berkacamata hitam menatap Sania dengan wajah tanpa dosa. Bibir laki itu agak merah seperti kena lipstick warna cerah. Penampilan cukup ok tapi agak mirip jadian

Terpopuler

Comments

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

lelaki ayu yah?...hahaha

2022-10-19

1

Jumi Roh

Jumi Roh

semangat Sania

2022-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!