Lembaran Baru

Sania tak mau terlalu larut dalam masa lalu yang menyedihkan. Hari depan Sania masih panjang. Tak boleh berhenti hanya karena seorang lelaki tak berprinsip.

Sania mengarahkan mobil ke bengkel mobil papa Lisa yang tak jauh dari tempat tinggalnya dulu. Kini Sania telah pindah rumah untuk hindari Bobby. Sania menyewa apartemen kecil di bilangan kota. Sania sengaja cari tempat tersembunyi agar aman dari incaran Bobby.

Tak sampai satu jam Sania sudah tiba di bengkel mobil papa Lisa. Suasana bengkel tak terlalu ramai malah berkesan sepi. Hanya ada satu dua mobil sedang diperbaiki.

Perlahan Sania parkirkan mobil di tempat kosong agar jangan ganggu kegiatan para montir. Sebelum Sania sempat turun datang seorang pemuda hampiri Sania sambil beri senyum ramah.

Sania membalas senyum pemuda itu tak kalah ramah. Sania suka cara pemuda itu melayani pelanggan. Pakaian boleh kumuh namun wajah tetap berseri. Inilah insan bermasa depan gemilang.

"Ada yang bisa ku bantu nona?"

Sania turun dari mobil dengan gaya anggun cermin wanita berkelas. Tetap santun walau hati masih sakit oleh kejadian masa lalu.

"Aku cari Pak Bur papanya Lisa." sahut Sania dibarengi senyum ramah.

Pemuda itu mangut sopan. "Mari ku antar pada Pak Bur! Lewat jalan ini."

Pemuda itu menunjuk jalan samping menuju ke bangunan kecil merangkap kantor. Sania ikuti langkah pemuda itu tanpa banyak tanya. Sania bukan orang nyinyir suka sok akrab pada orang asing. Sania boleh lucu dan konyol namun bukan orang iseng.

"Nona...silahkan! Tuh ada Pak Bur. Aku tinggal dulu ya." Pemuda ngeloyor pergi setelah pastikan Sania telah sampai pada tujuan.

Sania jatuhkan pandangan pada sekeliling kantor sederhana Pak Bur. Tak ada yang istimewa selain meja plus perangkat komputer di atasnya. Sungguh tak cerminkan satu kantor nyata.

"Pak.." panggil Sania hati hati takut kejutkan laki paro baya itu.

Pak Bur mendongak lalu tertawa lepas setelah tahu siapa yang datang. Pak Bur langsung bangun dari tempat duduk yang cukup uzur menyambut teman baik anaknya.

"Sania..kenapa datang tak kasih kabar? Bapak mau nyari kamu tapi di larang Lisa. Sungguh aneh temanmu itu." omel Pak Bur tanpa tahu masalah sebenarnya.

Lisa sengaja larang keluarganya berhubungan dengan Sania karena takut Bobby lacak keberadaan Sania. Sania perlu waktu untuk mengusir bayangan kelam cintanya.

Kini Sania sudah yakin bisa hadapi kenyataan maka berani muncul tanpa perlu takut pada Bobby. Sania sudah fix takkan ingat pada kejadian tak menyenangkan itu. Kalaupun Bobby muncul di depan Sania takkan ada masalah. Sania sudah sanggup lawan rasa sedih dalam hati.

"Sania keluar kota Pak..baru pulang berapa hari ini. Gimana masalah tanah samping?"

"Sudah bapak beli. Tinggal bangun shelter parkiran. Lisa ada buat gambar untuk lokasi parkiran. Coba kau lihat apa sudah cocok!" Pak Bur segera mengambil lembaran kertas dari lemari kaca kusam.

Lembaran itu dibentang ke hadapan Sania supaya gadis ini bisa lihat lebih jelas sketsa gambar Lisa. Sania nilai gambar Lisa lumayan bagus walau masih ada yang harus diperbaiki. Sania tak dapat beri nilai apapun sebelum tinjau lokasi lahan.

"Kita ke lokasi dulu Pak. Sketsa Lisa sudah bagus namun masih harus ada perbaikan. Lisa tak ikuti arah matahari terbit. Sebisanya bengkel hindari matahari siang mengingat kenyamanan pekerja." ujar Sania serius buat Pak Bur kagum. Hal sedetail inipun masuk dalam rancangan Sania. Sania pantas dianggap perancang jempolan.

"Bapak sudah tua. Bapak serahkan pada kalian saja. Mari kita ke lokasi tanah." ajak Pak Bur lembut.

Sania mengiyakan arahan Pak Bur menuju ke tanah yang baru dibeli pakai uang Sania. Sania dengan senang hati bantu keluarga sahabatnya. Sania yakin keluarga Lisa takkan bohongi dia ambil uang itu buat foya foya. Terbukti bapak Lisa langsung beli tanah yang bakal dijadikan lahan cari rezeki. Mereka tentu berharap dengan modal dari Sania bisa lebih maju lagi.

Tanah yang ditunjukkan Pak Bur cukup luas. Cuma masih lahan kosong belum dibangun bangunan apapun. Kelihatannya Pak Bur belum menemukan konsep pas untuk bangunan yang bakal dibangun. Mungkin Pak Bur belum yakin pada konsep yang diberi Lisa.

Sania rasa harus diskusi dengan Pak Bur agar tahu apa yang jadi keinginan laki tua itu. Sania tak mau tinggalkan saran juga suara hati laki itu karena yang jalankan usaha adalah Pak Bur. Dia tentu lebih ngerti apa yang terbaik.

"Bapak ada saran untuk sketsa Lisa?" tanya Sania menatap mata tua yang berbinar.

Pak Bur angguk penuh semangat karena akhirnya bisa keluarkan isi hati. Lisa wanti wanti harus ikuti saran Sania karena Sania yang punya modal. Maksud Lisa tentu ingin buat Sania senang. Namun Sania berbeda pendapat dengan Lisa. Sania ingin Pak Bur bangun berdasarkan plan beliau cuma tinggal diarahkan ke mana yang cocok.

"Bapak ingin buat kantin kecil. Jadi kalau ada yang nunggu bisa jajanan ataupun sekedar ngopi. Bapak berniat ijinkan Bu Susi janda miskin berwarung di sini. Kasihan dia piara banyak anak yatim."

Mata Sania langsung menyipit mendengar Pak Bur berniat ulurkan tangan pada janda. Ini bukan gelagat baik. Dari niat baik bisa melenceng ke mana mana. Sania sudah trauma hadapi masalah beginian. Dulu mamanya dikhianati, lalu diri sendiri hingga timbul rasa waspada dalam hati Sania.

Namun Sania tak langsung beri pikiran negatif. Bisa jadi niat Pak Bur memang tulus tak macam macam. Cuma takutnya nanti janda itu melewati batas ingin cari keuntungan lebih. Pak Bur orangnya baik juga sabar. Takutnya nanti dimanfaatkan oleh pihak ketiga.

Pak Bur tertawa kecil seakan tahu ke mana arah pikiran Sania. Pak Bur orang yang sudah banyak makan asam garam dunia tentu paham isi otak Sania yang sudah dianggap anak sendiri.

"Bapak hanya niat bantu. Ibu kalian juga akan ikut dalam kantin ini. Tak ada niat buruk. Bapak tahu harus ke mana bawa keluarga ini. Kamu dan Lisa tenang saja. Bapak tetap bapak kalian. Bukan bapak untuk orang lain. Ok?" Pak Bur menyentuh kepala Sania layak seorang bapak sejati.

Sania tersenyum malu karena otak kotornya cepat disiram Pak Bur supaya bersih.

"Ach bapak...nanti Sania diskusi sama Lisa soal ini. Sania tak ingin keutuhan keluarga ini terkoyak karena hawa *****."

"Bapak kalian bukan orang bodoh tak tahu hargai nikmat dari Allah. Banyak orang terpuruk karena tak mampu nahan diri. Segala yang jahat takkan pernah diridhoi Yang Maha Kuasa. Ayo kita balik! Kita makan di rumah ya!"

"Ya pak.." Sania tersenyum damai takkan masalahkan niat baik Pak Bur lagi. Kata kata Pak Bur sangat sejuk di hati. Orang yang berselingkuh akhir cerita tetap tragis.

Sesampai di bengkel utama Pak Bur memanggil pemuda yang menyapa Sania waktu pertama masuk bengkel. Pemuda berkulit putih itu langsung datang tanpa diminta dua kali.

Mata pemuda itu tak lekang dari wajah Sania. Mata itu menatap Sania tajam seakan cari sesuatu dari diri Sania. Sania tersipu malu diperhatikan sangat detail oleh pemuda itu.

"Sini Rangga..perkenalkan ini anakku juga. Namanya Sania. Kelak dia datang anggap adik sendiri seperti Lisa."

Rangga mengangguk tanpa suara. Air muka laki muda itu seperti menyimpan duka mendalam. Tak ada yang tahu apa yang ada dalam benak laki itu. Bawaanya dingin seperti musim dingin abadi di antartika. Dia hanya ramah pada pelanggan. Selebihnya akan jumpai wajah dingin tak bersahabat.

Sania melihat pribadi ganda pada diri Rangga. Tadi begitu datang dia disambut ramah kok kini ditanggapi dingin. Apa Sania sudah mengganggu daerah pribadi Rangga? Sania pusing hadapi orang kayak gitu. Toh mereka tidak akan sering bertemu jadi Sania anggap bukan hal perihal vital.

"Bapak dan Sania akan pulang makan. Kamu jaga bengkel dulu. Bapak takkan lama. Kau mau bapak bawakan makanan atau beli di warung Bu Susi?" tanya Pak Bur pada Rangga.

"Bapak silahkan saja. Nanti aku bisa cari sendiri."

"Baiklah nak! Jangan lupa makan ya! Makan yang banyak biar kuat kerja nanti." ujar Pak Bur sambil menepuk bahu Rangga. Laki itu masih mendaratkan tatapan mata pada Sania. Ntah pesona apa dalam diri Sania mampu menyedot perhatian Rangga.

Harus diakui Sania memang cantik tanpa make up menor. Kecantikan Sania alami tanpa perlu polesan tebal. Sepasang mata Sania bisa membius orang hingga terpesona. Namun sayang Bobby tak melihat kelebihan Sania. Di mata Bobby yang sinting Sania hanyalah alat untuk cari uang.

Akhirnya Pak Bur dan Sania berjalan meninggalkan bengkel menuju rumah yang tak jauh. Rangga masih betah memandangi Sania walau yang tampak hanya punggung gadis itu. Dalam diri Sania ada sesuatu yang bikin Rangga terasa familiar. Rangga merasa pernah melihat gadis cantik ini tapi ntah di mana. Rangga masih harus cari tahu siapa sesungguhnya Sania. Ada feeling akrab terhadap Sania.

Pak Bur, Bu Bur dan Sania sedang menikmati makan siang bersama setelah cukup lama tak jumpa gara gara Bobby. Rasa kebersamaan muncul lagi walau minus Lisa. Jam gini Lis masih bekerja di kantor Bobby sebagai tangan kanan. Lisa tetap kerja walau tanpa Sania. Malah Lisa harus betah supaya di mata mata pantau gerak gerik Bobby.

Seusai makan Sania mencoba istirahat di kamar tamu yang selalu dia tempati bila datang ke rumah Lisa. Kamar itu boleh di bilang sudah jadi kamar Sania walau tak tertulis. Sania tak malu malu tidur di situ.

Kamarnya masih terawat bersih kendati hampir sebulan tak datang berkunjung. Tanpa ragu Sania rebahkan badan di tempat tidur single. Mata indahnya terpejam coba merangkai mimpi di siang bolong. Siapa tahu dapat mimpi indah. Lumayan bisa menghibur walau hanya sekedar mimpi.

Baru saja Sania akan masuk alam mimpi. Ponsel pinternya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Sedikit ngomel Sania meraih hpnya di samping meja kecil.

Nomor baru memanggil. Sania ragu untuk menjawab karena takut dari kelompok Bobby. Laki brengsek itu kan lihay lacak keberadaan seseorang. Tapi Sania yakin Lisa takkan bocorkan rahasianya pada Bobby. Lisa saja sudah gemas pada Bobby yang anggap Sania hanya pion bodoh.

Pikir punya pikir Sania beranikan angkat hpnya.

"Halo...assalamu'alaikum.." sapa Sania tenang.

"Waalaikumsalam..nona Sania? Ini dari PT ANGKASA JAYA. Nona diterima di perusahaan kami. Besok langsung masuk kerja sekaligus teken kontrak kerja."

"Cepat amat... apa bapak yakin pada kinerja kerjaku?"

"Kenapa harus aku yang yakin? Kamu yang harus yakin pada diri sendiri beri yang terbaik pada perusahaan. Besok kita jumpa."

"Tunggu...bapak sudah yakin rekrut aku?"

"Aku bukan orang suka jilat ludah sendiri. Sekali bicara itu sudah jadi tanggung jawab. Atau kau merasa tak mampu diberi kepercayaan laksanakan tugas?"

"Sembarangan...aku ini orangnya amanah. diberi tugas tetap harus tuntas."

"Bagus..kutunggu kinerja mu."

Ponsel dimatikan tanpa tunggu jawaban Sania. Sania melelet lidah tak habis pikir mengapa ada manusia seaneh gitu. Arogan tak tentu arah. Sania jadi ragu untuk masuk ke perusahaan yang dipimpin orang aneh. Tak bersahabat sama sekali. Sangat kontras dengan sifat Sania yang periang dan ramah. Sania selalu rendah hati walau telah sumbang tenaga dan pikiran bagi perusahaan. Sania habis habisan bela perusahaan Bobby namun yang di dapat hanyalah kentut busuk.

Sania ingin diskusikan dengan Lisa agar tak terjebak lagi dalam suasana tak nyaman. Cukup sekali Sania terpuruk dalam kubangan kesedihan yang menyakitkan.

Sania memilih tidur sambil menunggu Lisa pulang. Banyak yang ingin Sania ceritakan pada Lisa. Tentang kerjanya, tentang pembangunan bengkel keluarga Lisa juga tentang Rangga yang aneh. Kini hanya Lisa teman yang bisa diajak berbagi suka duka. Sania sudah tutup buku terhadap Bobby. Kini Sania akan mulai kisah baru dalam hidupnya. Buka lembaran baru.

Sania buka mata tatkala ada terasa usapan lembut di wajahnya. Usapan itu buat hati Sania merasa adem dan nyaman. Sania menggeliat manja setelah tahu siapa yang beri ketenangan padanya.

Lisa tersenyum geli lihat wajah tidur Sania. Tapi wajah imut itu tetap cantik walau baru bangun.

"Putri tidur kesasar...gimana? Ada enakan?"

"Jauh segar dari sebelumnya. Baru pulang? Kok cepat hari ini? Biasa lebih jam 5 sore."

Lisa rentangkan tangan lalu ikut rebahan di sisi Sania walau berdesakan. Sania meringsut agak ke tepi beri tempat pada sahabatnya.

"Kantor berubah sejak kau tak ada. Tak ada kegiatan baru selain sisa proyek lama. Dan lagi Nyonya besar Barata tiap hari datang bikin kacau. Aku juga dicurigai ada main sama Pak Bobby. Kemarin Putri hampir ditampar gara gara telat antar teh pesanan. Benaran kacau deh!"

"Kamu cukup kerjakan apa yang jadi tugasmu. Selebihnya biar jadi tanggung jawab pimpinan. Oya..aku sudah diterima di Angkasa Jaya."

"Syukur deh!"

"Tapi bossnya sinting. Arogan kiri kanan atas bawah."

Lisa tertawa geli dengar kata kata aneh Sania. Arogan kok segala penjuru. Mana ada boss model gitu. Mungkin saja Sania terlalu sensitif sejak ditinggal Bobby. Semua laki jadi buruk di matanya. Tak ada laki baik lagi.

Terpopuler

Comments

Nur Ain Othman

Nur Ain Othman

de

2023-01-12

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Baru tahu rasa si Bobby bobo bebek itu..
Mesti kepala nya pusing 100 keliling menghadapi karenah isteri nya..hahaha
padan muka..ck

2022-10-19

1

Salma Cheng

Salma Cheng

suka karyamu sz pemeran utama G' lemah ,cengen malah kuat dan tegar ,,,semangat😘💪💪

2022-04-18

2

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!