Kenalan

Sania bertanya tanya dalam hati siapa adanya wanita ini. Isteri baru Bara atau saudara Bara yang peduli hidup mati laki itu.

"Syukurlah Bara dapat proyek besar! Aku tak kuatir hidup susah lagi kalau perempuan penyakitan itu mati." gumam wanita itu tapi jelas di kuping Sania. Sania menggeram dalam hati marah pada wanita histeris itu.

Orang sakit bukannya di doa cepat sembuh tapi diharapkan cepat mati. Sungguh wanita sadis. Hatinya terbuat dari apa bisa keluarkan kalimat pedas di telinga.

Sania tak punya waktu balas karena tiba tiba Bara keluar sambil gendong seorang wanita kurus kering. Bara bergegas bawa isterinya ke mobil. Sania ikut dari belakang tak mau ditinggal bersama wanita histeris tadi.

Wanita itu mau kalah ikut masuk ke mobil Bara. Di sini Sania berperan sebagai orang pengertian meminta kunci mobil Bara. Sania harap Bara tetap bersama isterinya dalam kesusahan.

"Aku supir yang bisa diandalkan." kata Sania merebut kunci mobil tak beri kesempatan Bara menolak niat baiknya.

Bara mengangguk tak punya daya menolak niat Sania. Bara masukkan isterinya ke mobil lalu duduk si sisi isterinya sambil memeluk erat wanita lemah tak berdaya. Wanita histeris melirik sinis pada isteri Bara seakan tak suka Bara perhatian pada isterinya.

Sania menjalankan mobil secepat mungkin mengingat kondisi isteri Bara sangat prihatin. Sania bertanya tanya dalam hati siapa wanita histeris itu. Mengapa tega hujat orang sakit. Sekilas dilihat sudah pasti bukan orang baik.

"Apa aku terlalu kencang Pak?" tanya Sania melirik ke kaca depan mobil. Wajah bini Bara sangat pucat.

"Tidak...usaha cepat lagi. Nania harus cepat dapat pertolongan."

"Siap pak!" Sania tekan pedal gas melaju lebih kencang. Keheningan melanda dalam mobil hadirkan suasana mencekam.

Sekali kali Bara mengusap kepala isterinya beri kekuatan. Kelihatannya Bara memang sangat cinta pada isterinya. Seluruh perhatian tercurah pada orang yang telah bertahun jadi teman hidup. Di saat Nania tepatnya isteri Bara jatuh sakit kasih sayang Bara tak luntur.

Sungguh beruntung nasib Nania dapat suami tanggung jawab macam Bara. Berbahagialah wanita yang mendapatkan cinta sejati. Sania tak seberuntung Nania. Belum menikah saja sudah dibohongi gimana kalau betulan teken kontrak seumur hidup jadi isteri Bobby. Hidup Sania pasti bak dalam neraka. Untung juga sifat buruk Bobby cepat terbongkar. Lebih baik sakit sekarang dari pada sakit seumur hidup.

Sesampai di rumah sakit Nania langsung ditangani dokter. Nania sudah jadi langganan rumah sakit karena terlalu sering drop. Sania tak tahu Nania sakit apa. Sania lihat bukan sekedar sakit musiman batuk pilek. Kondisi Nania sangat jauh dari kata ok.

Sania dan wanita histeris tadi menunggu di luar tak boleh ikut masuk sementara dokter sedang tangani pasien. Nania hanya ditemani Bara.

"Dasar orang menyusahkan. Mengapa ngak cepat mati?" omel wanita itu kesal.

Sania kontan besarkan mata tak suka cara wanita itu hujat orang tak berdaya. Di mana hati nurani orang itu? Sudah dikikis gergaji iblis apa?

"Bu...mulutnya belum pernah diajak sekolah ya?" tanya Sania geram.

"Apa maksudmu?" wanita itu menantang Sania.

"Kalau mulut orang normal akan doakan orang sakit cepat sembuh. Ini malah doakan yang aneh!"

"Bukan urusan kamu! Kamu mau tahu aku ini siapa?"

"Tak penting ibu siapa..yang kutahu ibu ini keturunan dajjal."

"Kau akan nyesal cari masalah denganku. Aku ini calon bini Bara setelah Nania mati."

"Anda Tuhan bisa tentukan Bu Nania mati? Dia akan hidup seribu tahun lagi untuk lawan dajjal macam kamu. Jangan bangun mimpi indah atas penderitaan orang lain!"

"Apa peduliku? Aku sudah cukup lama menunggu dia mati. Nasib seolah permainkan aku. Nania tak mati mati bikin aku susah."

"Astaga...kenapa mulut ibu beracun sekali? Apa Pak Bara tak tahu ada ular di rumahnya? Ckckck..kasihan kamu hidup mengharap milik orang! Aku kok tak respek manusia sampah macam ente."

"Siapa kamu berani maki aku? Akan ku minta Bara pecat kamu. Kamu hanya daki di kakiku. Bau tak ada harga." ujar wanita mulai terpancing amarah oleh kata kata Sania yang berani pojokan dia.

"Lapor saja biar Pak Bara tahu dari mana asal adu mulut kita. Aku percaya kau akan ditendang seperti bola bocor ke comberan. Pak Bara sangat cinta pada isterinya mana mungkin suka pada wanita culas macam kamu. Kamu saja yang ke ge er." Sania balik menantang wanita itu tak gentar.

Orang kayak begini tak pantas diberi hati. Jahat kok di piara. Makin bocor moncong wanita itu Sania makin semangat tambal hingga tertutup tak bisa keluarkan suara.

Sebelum wanita itu sempat balas kata kata Sania muncullah Bara dengan wajah kuyu. Wanita itu langsung dekati Bara dengan gaya manja.

Sania merasa perutnya mual pingin muntah. Pemain sandiwara tanpa panggung. Manusia munafik kW 1.

"Bara..gimana Nania adikku? Kasihan dia.." kata wanita memelas seakan memang peduli pada isteri Bara.

"Sudah aman. Dia ada salah makan apa? Kalian sudah tahu dia tak boleh makan makanan laut. Kenapa bisa makan bubur seafood?" Bara memandang wanita itu dalam.

Wanita gelagapan sekejab lalu pura pura sedih lagi. "Ya Tuhan Bik Sur! Kenapa dia teledor masukkan udang dalam bubur Nania?"

"Kenapa kau tahu yang dimasukkan udang? Artinya kamu tahu waktu Bik Sur masak bubur Nania. Kenapa tak kau larang?" tanya Bara tajam.

Wajah wanita itu berubah warna ditegur Bara dengan tajam. Sania bersorak dalam hati. Skakmat untuk wanita itu. Mati kutu.

"Aku...aku hanya menduga! Aku benar tidak tahu Nania diberi bubur seafood." sahut wanita itu gagap.

"Pak Bara...lebih tanya Bik Sur. Soalnya ini sangat fatal bagi ibu. Kalau sudah ada sekali bisa kelanjutan. Kalau di rumah ada cctv bisa diperiksa siapa yang tega nyakitin ibu." Sania tampil ikut nimbrung. Ekor mata Sania mengarah pada wanita culas itu.

Wanita itu makin gugup dapat masukan dari Sania. Semua akan lebih jelas bila bukti terpapang nyata. Orang salah tak bisa lari dari dosa diperbuat.

"Aku pulang dulu kalau Nania sudah aman. Aku akan kembali sama mama untuk jaga Nania." wanita cepat cepat pamit tanpa tunggu jawaban Bara.

Sania tersenyum sinis. Akting murahan cari aman. Ntah apa yang akan dilakukan wanita itu setelah pulang. Ancam Bik Sur atau hapus rekaman cctv. Mungkin ini yang akan dilakukan wanita busuk itu.

"Dia kakaknya isteriku." jelas Bara tanpa diminta.

"Selama ini dia yang jaga Ibu?"

"Iya kalau saya sudah pergi kantor. Untuk berjaga jaga kalau isteriku drop seperti hari ini."

"Oh..." sahut Sania pendek. Sania tak mungkin jelekkan wanita itu baru jumpa pertama. Nanti malah Bara salah sangka pikir Sania mengada ada. Sania yakin semua yang batil akan keluar sendiri keburukannya.

"Isteriku harus dirawat sampai kondisi stabil. Kau mau pulang?"

"Aku kawani bapak sampai ibu stabil. Di rumah juga tak ada orang. Hitung hitung kenalan sama orang terdekat bapak." sahut Sania manis.

Bara hanya mangut kecil tak menolak niat Sania temani dia. Biasa Bara tak suka orang asing berada di sekelilingnya. Ntah mengapa Bara merasa lebih tenang ditemani gadis muda macam Sania. Apa kelebihan Sania? Muda dan cantik atau karena gadis ini telah beri proyek besar.

"Yok kita ke ruang rawat inap! Nania sudah pindah ke ruang perawatan." ajak Bara pada Sania.

Sania angguk ikut langkah Bara ke ruang di mana Nania ditempatkan. Mereka tiba di satu ruang vip cukup bersih dan nyaman. Sania masuk melihat seorang wanita kurus menatap mereka berdua dengan sayu.

Tatapan mata Nania kuyu tak punya semangat hidup. Wajahnya tirus agak hitam. Flek flek hitam nyaris tutupi seluruh wajahnya. Namun sisa sisa kecantikan masa lalu masih tersisa. Sania yakin Nania adalah wanita cantik sebelum sakit.

"Hai..aku Sania pegawai baru Pak Bara." Sania melambai sambil beri senyum ramah.

"Pegawai baru?" tanya Nania lemah.

Sania mendekati Nania lalu menggenggam tangan wanita sakit itu beri kehangatan seorang sahabat. Sania mau kasih tahu kalau dia bukan ancaman untuk Nania. Dia tulus ingin jadi teman Nania.

"Ya bu..aku baru kerja dua hari. Tadi aku dan bapak pergi pantau lokasi proyek. Ibu tenang saja. Kami hanya atasan dan pegawai."

Sania sengaja omong gitu supaya Nania tak was was padanya. Secuilpun tak ada niat Sania masuk dalam hidup Bara sebagai kerikil bagi hidup Nania. Nania harus sehat untuk pertahankan laki bernilai plus macam Bara.

Nania tertawa kecil tanggapi kata kata Sania seperti hendak klarifikasi hubungan dengan Bara.

"Aku bukan tukang cemburu. Aku tahu sifat suamiku sendiri."

"Syukurlah! Ibu sudah baikan?"

"Sudah...aku sudah sering gini kalau salah makan. Disuntik obat alergi langsung aman. Penyakit lama." cerita Nania ramah tak curiga sedikitpun pada Sania.

"Aku pulang sebentar ambil pakaianmu. Kalau Sania tak keberatan tolong kawani Nania dulu." Bara ambil langkah keluar tanpa peduli jawaban Sania apa. Sania tak jawab iya atau tidak Bara tetap pergi.

Sania melongo bingung. Bara mau minta tolong atau perintah. Bahasanya minta tolong namun prakteknya memerintah. Sania belum iyakan dia sudah pergi. Manusia aneh.

Nania tertawa melihat Sania kebingungan. Sania belum kenal sifat asli Bara maka terasa aneh.

"Mas Bara memang gitu! Percayalah! Dia itu orang baik."

"Iya Bu...ibu sakit apa sampai begini?"

Nania menghela nafas panjang ingin keluarkan beban di hati. Matanya berkaca kaca menatap Sania.

Sania menunduk tak sanggup melihat duka dalam mata wanita Bara. Nania jelas menanggung beban tak kecil. Tubuhnya tinggal tulang terbungkus kulit. Rambut tinggal secuil menutupi batok kepala. Kulit kepala mengintip di antara sisa rambut. Kondisi Nania sungguh mengenaskan.

"Kau bisa tebak apa sakitku?"

Sania bukan orang bodoh tak bisa baca situasi. Gambaran kondisi Nania tak jauh dari penyakit mematikan. Kanker.

"Bu...Allah sedang menguji iman ibu. Ibu harus kuat tak boleh putus asa. Selama ibu masih bernafas kita harus berjuang. Ibu tak boleh putus asa. Aku janji akan berjuang sama ibu." Sania meraih tangan Nania lalu bawa ke dadanya.

Nania tak dapat menahan tangis lagi. Pertahanan Nania runtuh diberi perhatian tulus dari seorang gadis muda. Selama ini Nania hanya mendapat kecaman gara gara menyita seluruh perhatian Bara. Tak ada yang beri semangat selain harap Nania cepat mati. Kini muncul gadis muda kasih spirit bangkitkan semangat Nania.

"Terima kasih...terima kasih." desis Nania terharu.

Sania menepuk bahu Nania selembut mungkin biar Nania rasakan betapa berharganya dia.

"Bu...kalau ada perlu telepon aku. Pak Bara bakal sibuk berapa hari ini karena dapat proyek besar. Aku siap 24 jam untuk ibu." Sania angkat jari hendak buat ikrar.

"Hus...seperti janji sepasang kekasih saja. Mas Bara dapat proyek apa?"

"Bangun perumahan 300 unit. Ini berkat rezeki ibu. Ibu harus sehat agar beri dukungan pada bapak."

"Aku bisa apa? Bikin susah Mas Bara." ujar Nania sendu bikin hati yang melihat ikut miris.

"Salah Bu...bapak akan makin semangat bila ibu sehat. Tak usah peduli orang sirik." Sania berkata demikian untuk ingatkan tak perlu takut pada segala intimidasi dari kakaknya.

"Aku tahu...terima kasih sudah mau jadi sahabatku. Aku jarang berteman sejak sakit. Hari hariku hanya ada dokter, perawat juga peralatan medis. Sebenarnya aku bosan gini tapi apa aku punya pilihan lain?"

Sania membayangkan betapa nelangsa hidup Nania. Digerogoti penyakit juga diancam oleh manusia munafik. Sok baik di depan Bara namun layak iblis di belakang Bara. Tujuannya tak lain ingin kuasai Bara untuk diri sendiri.

Sania takkan biarkan orang jahat berhasil meraih kesuksesan. Yang jahat tak boleh keluar jadi pemenang. Sania sudah cukup kenyang hadapi manusia manusia berhati iblis. Ada kisah dalam hidup Sania yang tak bisa dia ungkap saat ini sebelum temukan manusia manusia yang telah hancurkan hidupnya.

Ada masa Sania putar balik posisi di mana dia pernah jatuh sampai titik nol. Perlahan dia bangkit berkat dukungan orang orang yang benar mencintainya.

Kini Sania ingin berikan kasih sejati pada Nania sebaai orang teraniaya. Sudah jatuh tertimpa tangga begitulah posisi Nania saat ini. Sudah sakit dianiaya oleh kakak sendiri pula.

"Bu...Aku memang baru kenal ibu tapi aku akan jaga ibu seperti jaga kakakku sendiri. Asal ibu tak keberatan punya sahabat macam aku. Tak punya keluarga di sini."

"Anggap aku kakakmu! Jangan panggil ibu lagi! Panggil mbak ya!" pinta Nania dengan mata mulai bersinar dikit.

Sania mangut pasti."Mbak.."

"Ya..aku senang padamu walau kita baru jumpa pertama kali. Perasaanku bilang kamu orang baik. Kamu tidak jatuhkan mentalku seperti yang lain. Hanya Mas Bara yang baik padaku. Selebihnya hanya ingin aku cepat mati." lirih Nania bikin Sania makin ilfil pada orang orang jahat.

"Tenang mbak! Aku supergirl siap hadang badai di depan mbak. Badanku boleh mungil tapi tenagaku super dahsyat." Sania mencoba ajak Nania bercanda. Alhasil Nania tertawa kecil.

Sania senang melihat Nania mulai bisa rasakan kegembiraan walau hanya sesaat.

Terpopuler

Comments

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Aduh..kakak rupa nya tapi ada bau bau ulat bulu..gatal memanjang

2022-10-19

1

Jumi Roh

Jumi Roh

semangat bu Nania

2022-03-12

1

Hiatus

Hiatus

jejak ya thor
semangat
salam dr Cinta Tulus mantan Office Girl

2021-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!