Serangan Musuh

Sania persiapkan diri rapat bersama rekan baru di PT Bara. Sania sudah terbiasa kerja sama dengan rekanan di PT Bobby. Di sana semua saling memahami karena sudah sering kerja sama. Kini Sania dihadapkan suasana baru juga bos baru. Ntah bagaimana karakter masing masing peserta. Sania perlu waktu memahami rekanan baru. Hanya ada satu tujuan Sania yakni bisa saling memahami pola pikir setiap pegawai.

Ternyata ruang rapat berada di tingkat tiga yang biasa kosong. Ruangnya plong hanya diisi meja besar dan kursi kursi untuk peserta rapat. Di dinding ada layar besar untuk tampilkan gambar gambar yang bakal dijadikan bahan pembahasan.

Tidak ada kemewahan di ruang rapat itu. Malah sangat sederhana. Bagi Sania itu tidak penting. Yang jadi pokok utama adalah hasil dari ruang rapat.

Pegawai inti semua hadir di situ. Pegawai Bara memang cuma beberapa orang. Gampang diatur.

Bara datang setelah semua anggota hadir di ruang rapat. Bara langsung ambil tempat di depan meja besar posisikan diri sebagai pemimpin rapat. Sania sengaja duduk tak jauh dari Bara untuk memudahkan diri menerangkan pokok bahasan. Sania yang rancang semua konsep proyek otomatis dia yang paling ngerti keseluruhan proyek.

Dea membantu Sania hubungkan laptop Sania ke layar agar semua bisa lebih jelas isi bahasan.

"Kita dapat proyek untuk bangun perumahan. Skema rancangan dikerjakan nona Sania. Maka itu lebih baik nona yang jelaskan pada semua rekan." kata Bara tanpa bermaksud sok pinter.

Walau Bara sebagai pemimpin namun dia belum paham benar soal rancangan Sania. Semalam dia tak sempat pelajari karena jaga Nania yang tiba tiba kumat sakit.

Sania bangkit dari tempat duduk maju ke depan layar. Satu persatu gambar Sania terangkan dengan sabar dan jelas. Tak semua orang mendapat karunia otak cerdas. Tapi asal dibarengi usaha dan kerja keras pasti akan bawa hasil memuaskan.

Sampai diujung pembahasan Sania jeda beri kesempatan pada anggota rapat untuk kemukakan ide. Sania pandangi satu persatu anggota mengharap ada ide dari mereka.

"Aku punya plan lain soal jalan seputar perumahan. Selama ini semua pakai wavin blok. Itu cepat rusak dan sering tumbuh rumput. Bagaimana kalau kita ganti aspal permanen." Bara keluarkan ide sebagai pemimpin.

"Tapi itu perlu biaya sangat besar pak! Belum lagi pengerjaan sangat repot." tukas Sania

Bara menggeleng, "Kita cuma perlu tambah sedikit biaya. Di sini kita bisa gunakan alat berat untuk hemat waktu. Tapi hasilnya jauh sempurna dari wavin blok. Kita buat terobosan baru. Pak Wandi pasti suka. Kita masih mengharap tahap selanjutnya maka perlihatkan niat baik."

Semua mangut mangut setuju pada ide Bara. Selebihnya tak ada hambatan mengingat semua rancangan Sania nyaris sempurna. Sania merasa ide Bara memang baik namun butuh biaya lebih besar di banding wavin blok.

Sania sebagai pegawai hanya bisa mendukung asal Bara tak keberatan keuntungan berkurang. Pengetahuan Sania terhadap bertambah. Laki itu benar manusia bertanggung jawab. Baik terhadap keluarga maupun tugas. Bara tetap urus sang bini walau sakitan. Kalau laki lain mungkin sudah campakkan wanita penyakitan macam Nania. Tapi Bara tetap setia rawat Nania di antara berbagai godaan. Wanita wanita penggoda macam Arsy dan Nada lengket bak lintah kehausan darah.

Sania merasa terpanggil selamatkan Nania dari pelakor pelakor kondang itu. Sania belum punya jurus jitu saat ini. Untuk sementara Sania mau fokus pada tender proyek PT SHINY. Gimanapun cara Sania harus dapat proyek ini. Demi nama baiknya juga untuk Nania. Andai keuangan Bara makin bagus maka kesempatan berobat di luar negeri makin terbuka.

"Cukup sekian rapat kita hari ini. Dan mulai detik ini kita tak boleh kendor mencapai target. Semoga semua bekerja sepenuh hati." Bara akhiri rapat sambil beri sedikit wejangan.

Anggota rapat tepuk tangan beri applaus pada Bara sebagai tanda penghargaan. Sania sendiri ikut beri tepuk tangan agar Bara yakin pada kemampuan sendiri sebagai pemimpin perusahaan.

Satu persatu anggota kerja kembali ke ruang masing masing. Hati mereka puas karena bakal dapat tantangan besar bangun perumahan besar. Bukan proyek proyek kecil yang hanya makan waktu singkat.

Semangat membara berkobar dalam hati masing masing. Sudah saatnya tunjukkan skill mereka di ajang pertarungan lebih besar.

Dalam ruang rapat tinggal Sania dan Bara. Tak ada yang ingin mulai percakapan antara dua orang ini. Sania membereskan berkas berkas ke dalam map bermaksud kembali ke mejanya.

"Sania...aku harap kamu mau datang ke rumahku kawani Nania. Dia tanyain kamu terusan." suara Bara memecahkan keheningan.

"Akan kuusahakan. Dan sebelum itu bapak harus balik ke kantor Pak Wandi kasih tahu soal perubahan di struktur jalan. Memang menguntungkan mereka namun kita ikuti prosedur lapor duluan."

Bara mengangguk dengan tatapan mata lelah. Sania jadi kasihan pada laki ini. Menanggung beban tak kecil. Hati Sania makin yakin bantu Bara untuk berdiri makin kokoh melawan terpaan badai.

"Setelah makan siang aku akan pergi. Mungkin aku tak balik sini lagi. Harus pulang kawani Nania."

"Iya pak! Aku akan urus semuanya. Bapak fokus saja sama mbak Nania. Besok pagi aku akan cari contoh tanaman untuk diperlihatkan pada Pak Wandi. Bapak tak keberatan bukan?"

"Soal itu biar aku dan Roy saja. Roy itu ahli taman. Karena sepi job dia alih ke cafe. Dia pasti senang dilibatkan dalam proyek kita."

"Baiklah! Kalau gitu bapak tolong urus orang lapangan agar temui aku! Kita mulai kasih pengarahan pada pekerja lapangan."

"Pekerja kita tak banyak. Mungkin kita perlu rekrut orang baru untuk lapangan. Mungkin kau ada solusi?"

"Aku punya tim kerja tapi masih di PT BUILD. Nanti kucoba hubungi mandor ku yang dulu. Aku akan kasih kabar pada bapak."

"Ya.."

"Aku permisi dulu pak." Sania mengangkat seluruh dokumen balik ke lantai dua tempatnya bertugas.

Tinggal Bara termenung di ruang rapat. Bara akui kehebatan Sania dalam merancang perumahan. Sangat detail dan indah. Pantas gadis ini disukai para investor. Sania diterima karena tampang namun skill mumpuni.

Nasib bagus sedang berpihak padanya dapat pegawai handal sedikit bocor. Mulut tajam menusuk hati. Kadang keluar kalimat tanpa disaring. Seperti dia ngaku calon Bara. Orang yang tak paham akan kira Sania ngaku calon isteri. Padahal niat Sania hanya goda Arsy. Arsy termakan kata Sania pikir Sania calon bini baru Bara.

"Gadis konyol tapi menarik." gumam Bara

Bara melihat ruang rapat sudah sepi mengambil inisiatif tinggalkan ruang rapat menuju ke lantai bawah di mana adanya Sania dan Dea.

Bara dapatkan kedua wanita itu tekun kerjakan tugas semestinya. Mereka berdua tampak serius sampai Bara lewat depan mereka tak ada gerakan sama sekali.

Bara masuk ruangnya lalu mulai pelajari gambar Sania lebih lanjut. Semua tenggelam dalam tugas tersendiri.

Tak terasa matahari bersinar tegak di atap bangunan. Panggilan pulau tengah berkumandang minta diisi dengan aneka makanan sesuai selera masing masing.

Dea yang baru melahirkan segera sadar perutnya mulai berontak dengan kasar. Wanita Batak ini melirik Sania yang masih tekun pelototi PC. Tangannya bergerak lincah di atas keypad komputer. Ntah apa diketik gadis cantik ini.

"San...mau makan?" tanya Dea pelan takut Sania kaget.

Sania melirik Dea lalu mangut tanpa tinggalkan keypad. Jari lentik Sania masih bermain di keypad melanjutkan pekerjaan.

"Titip beli roti dan salad saja. Minum teh hangat tanpa gula."

Sania merogoh tas selempang keluarkan selembar uang warna merah. Sania tak mungkin titip pakai mulut saja. Mereka hanya pekerja biasa dengan dana pas pasan. Sania mana tega nebeng makan tak punya hati nurani.

Dea menerima uang Sania malu malu. Andai dia kaya tentu tak sudi minta uang dari Sania yang sudah bawa angin segar di kantor. Fakta dia hanya pegawai kecil bergaji tak besar.

"Oya Bu Dea...ini kutambah uangnya. Sekalian belikan untuk teman lain." tiba tiba Sania sodorkan beberapa lembar uang lagi.

Dea tercengang dapat traktiran dari Sania. Dea mendesah dalam hati. Sudah pinter dan cantik. Murah hati pula. Betulan gadis sempurna.

"Terima kasih Sania..." Dea berkata penuh keharuan. Gayanya dramatis seperti kisah kisah di sinetron orang haru biru. Sania malah geli lihat gaya norak Dea. Bulu kuduk sampai merinding di tonton kan cara terima kasih lebay.

"Aduh Bu Dea...ngak usah drama! Utamakan isi perut dulu."

Dea geli sendiri ditegur Sania bertingkah lebay. "Iseng doang! Kita sini sudah lama gersang. Kamu bawa angin mamiri sejukkan hati kami." Dea mulai lagi hendak haru biru.

Sania besarkan mata melotot pura pura hendak marah. Dea bukannya takut tapi merasa lucu cara marah. Siapapun tak takut malah ingin kecup sepasang telaga bening itu.

"Aku pergi...tak mau makanan cuci mulut? Es cream atau puding coklat?"

"Boleh..puding vanilla."

Dea acung jempol berlari kecil ke lantai bawah kabarkan Sania traktir mereka makan. Bagi orang lain perhatian dari Sania hanya sekedar basa basi rekan baru. Tapi bagi Dea cs perhatian Sania merupakan jalinan persahabatan antara sesama rekan sejawat.

Sania tersenyum tanggapi kegembiraan rekan rekan sekantor. Uang segitu tak ada nilai bila dibanding keutuhan satu tim.

Sania kembali konsentrasi pada PC di meja. Mimik wajah Sania terukir keseriusan. Sania benamkan diri dalam tugas demi perusahaan. Bara harus maju ke depan halau rintangan di depan mata.

"Mau ikut makan?"

Suara bass Bara bikin Sania kaget. Bara muncul tanpa suara tak ubah hantu gentayangan.

"Keturunan hantu ya. Jalan tak ada suara. Gimana kalau aku ada penyakit jantung?" omel Sania lancarkan wajah musuhan.

"Bukankah kau masih hidup?"

"Aku cepat mati kalau lama jadi pegawaimu." Sania masih tak senang dikagetin Bara.

"Tuhan menolak terima kamu. Proyekmu belum jalan masak sudah mati. Aku mau makan. Ikut ngak?"

"Tidak....terima kasih. Dea sudah beli makan siangku. Pak Bara jangan lupa singgah di kantor Pak Wandi ya! Telepon dulu pastikan beliau ada di tempat."

Bara mengangguk. Laki ini melangkah pergi setelah tahu Sania sudah ada jatah makan siang. Derap sepatu Bara tinggalkan suara di ruang nan sepi. Perlahan suara itu menghilang sisakan keheningan.

Sania melepaskan tatapan ke arah tangga harap Dea cepat balik. Ada rasa takut ditinggal sendirian di tempat baru. Sania belum akrab sekali pada kondisi kantor Bara. Masih termasuk daerah asing. Sania perlu waktu adaptasi dengan lingkungan baru ini.

Sania coba fokus kerja halau rasa takut. Semoga Dea cepat balik itu harapan Sania.

Tiba tiba di bawah terdengar suara ribut ribut suara seorang wanita. Suara itu nyaring bernada kasar. Apa suara Dea? Kok Dea bisa kasar?

Sania bangkit dari tempat duduk turun pantau keadaan. Bisa jadi Dea ribut sama teman soal pembagian jatah makan siang. Ada ada saja tingkah teman barunya.

Sania tertegun tatkala menangkap bayangan tamu tak diundang. Tamu tak tahu sopan santun itu marah marah tak tentu arah bak kompas rusak.

"Ada apa?" tanya Sania dingin. Suara Sania tak ada irama hangat secuilpun.

Wanita itu melihat Sania berdiri kokoh di antara anak tangga dengan wajah dingin.

"Kau pelacur murahan. Beraninya kau rebut proyek suamiku. Dasar wanita murahan..." tanpa permisi Ranti serang Sania.

"Apa di rumahmu tak ada kaca? Perlu kusumbang biar kau bisa lihat siapa kamu?" tanya Sania masih tenang. Lawan wanita tak tahu macam Ranti tak perlu bersitegang. Cukup mainkan kata kata menusuk jantung.

"Apa maksudmu?"

"Kau teriak pelacur..kenapa tak tanya sendiri siapa yang pelacur? Kau pakai gaun pengantinku, kau berzinah di tempat tidur yang kubeli, kau ambil semua kemegahanku. Aku belum bikin perhitungan denganmu tapi kau sudah berani unjuk diri di sini. Kau masih punya ******** tidak? Ops...kau mana punya ********. Barangmu kan obralan..pergilah dari sini sebelum kupanggil satpam!"

"Kau marah dicampak Bobby? Bobby tak pernah cinta padamu. Dia hanya manfaatkan kamu."

"Aku tahu..laki sampah itu cocok kawin sama bangkai busuk macam kamu. Kalian dua serasi! Silahkan ambil sampah busuk itu!" suara Sania tak goyah sedikitpun walau Ranti keluarkan kata tak sedap.

"Kau wanita tolol...jangan coba coba dekati suamiku kalau mau aman! Aku tak segan habisin kamu."

Sania tertawa sinis diancam Ranti. Ancaman Ranti bagai angin lalu bagi Sania. Tak ada kata takut dalam kamus Sania hadapi manusia munafik macam Ranti. Di luar bergaya elite bintang top. Dalam busuk penuh belatung. Ibarat buah mangga mulus di luar dalam berisi jutaan belatung gerogoti isi mangga. Busuk dalam.

"Kau jaga suamimu baik baik! Jangan sampai dia dekati aku! Aku tak segan lapor polisi kalau kalian datang ke kantor ini bikin onar. Kau sudah melanggar aturan menyerang orang di wilayah orang lain. Silahkan keluar!" bentak Sania mulai tak sabar Ranti buat onar di kantor Bara.

Apa kata orang tentang Sania dimaki dalam kantor. Reputasi Sania akan hancur bila orang tak tahu pangkal masalah. Orang pasti akan berpikir Sania memang wanita brengsek tukang ganggu suami orang. Orang mana pikir fakta sesungguhnya. Terlebih Ranti bintang top pujaan lapisan masyarakat.

Terpopuler

Comments

Sri Murti

Sri Murti

ààL

2023-03-23

1

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻

Semakin aku baca ke sini..baru perasan ada persamaan sifat antara Sania dan Adeeva ya?
Kedua-duanya multi talenta. Rindu dengan cerita Ezra dan sedozen ulat bulu..hahaha

2022-10-19

2

Jumi Roh

Jumi Roh

heeem Ranti sok pinter pdhl bodoh

2022-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Patah hati
2 Kekacauan
3 CEO PUSING
4 Laki Culas
5 Lembaran Baru
6 Karyawan Baru
7 Karyawan rajin
8 Kesal
9 Mulai berkarya
10 Proyek Perdana
11 Berjumpa
12 Jumpa
13 Kenalan
14 Makin Dekat
15 Pengawal Nania
16 Serangan Musuh
17 Bara
18 Permintaan Nania
19 Nania Drop
20 Restu Keluarga
21 Jumpa Keluarga
22 Kumpul Keluarga
23 Adu Mulut
24 Jumpa Camer
25 Berbengkel
26 Rangga Abangku
27 Berbagi
28 Hadiah Untuk Rangga
29 Mencari Fakta
30 Dendam
31 Agra
32 Kumpul keluarga
33 Lamaran
34 Kesepakatan
35 Mobil Untuk Agra
36 Melawan
37 Tamu Tak Diundang
38 Ijab Kabul
39 Acara Keluarga
40 Berbagi Ranjang
41 Kebahagiaan Nania
42 Keisengan Bara
43 CS Gila
44 Tuyul Pengacau
45 Saingan Dalam Rumah
46 Kecurigaan Dea
47 Perasaan Bara
48 Suami Siaga
49 Konflik Kecil
50 Berdamai
51 Kekacauan Di Pagi Hari
52 Menuai Karma
53 Buka Kisah Lama
54 Shopping
55 Bersikap Jujur
56 Semangat Baru
57 Terkuak Rahasia
58 Lokasi Proyek
59 Curhat author
60 Survey
61 Cinta
62 Kintan
63 Jumpa Bapak Kintan
64 Prahara
65 Bini Muda Rebutan
66 Tua Muda Sakit
67 Dua Wanita Sakit
68 Nania Kritis
69 Pesan Nania
70 Nania Pergi
71 Tidur Bersama
72 Bara Ngambek
73 Rudi Diakui Keluarga
74 Tahlilan
75 Ciuman Subuh
76 Salah Paham
77 Akting Tak Lulus
78 Jenguk Kintan
79 Berdebat Soal Rudi
80 Nyaris
81 Mohon Dukungan
82 Menantu Idaman
83 Nyaris 2
84 Runtuhnya Gelar Perawan
85 Rahasia Kecil Ranti
86 Gerakan Perdana Sania
87 Rangga Naik Pangkat
88 Pengacau Baru
89 Maya
90 Bertengkar
91 Kesedihan Sania
92 Ketegasan Bara
93 Menang Tender
94 Jumpa Musuh
95 Berita Buruk
96 Maya Bunuh Diri
97 Niat Busuk Amanda
98 Ancaman Bertubi
99 Kehancuran Bobby
100 Bobby Terkapar
101 Menantu Norak
102 Buka Jati Diri
103 Pengumuman Pemenang
104 Kerja Bakti
105 Tamu Tak Diundang
106 Bersikap Jujur
107 Lari Pagi
108 Kantor Baru
109 Rekan Lama
110 Lagi Lagi Maya
111 Berdamai
112 Ranti Berulah
113 Kacau
114 Sukacita Diatas Duka
115 Kabar Bagus
116 Sania Yang Berubah
117 Debat Santai
118 Gerakan Amanda
119 Amanda Stress
120 Perhatian Mertua
121 Emosi Sania
122 Sania
123 Sania Berkepribadian Ganda
124 Pasangan Baru
125 Cerita Rumit
126 Bertamu Ke Kantor Polisi.
127 Keadilan
128 Sania Ngambek
129 Salah Arti
130 Rayuan Bara
131 Plan Ke Pulau B
132 Berdebat Lagi
133 Dosa Bara
134 Rasa Bersalah itu
135 Cinta Usang Terbit
136 Janji Bara
137 Fadil Pulang
138 Bara Terjebak
139 Sania Pergi
140 Sidang Tengah Malam.
141 Rangga Marah
142 Chat Sania
143 Terungkap
144 Dua Wanita Culas
145 Rindu Sania
146 Joachim
147 Bara Nelangsa
148 Rangga Jatuh Cinta
149 Lisa Hamil
150 Sania Berang
151 Arsy Nekat
152 Roy Sekar Jadian
153 Pengawalan Bara
154 Bara Selamat
155 Penyesalan Bara
156 Sania pulang
157 Sania Kejar Rangga
158 Bara Bersumpah
159 Sania Balik Kantor
160 Persoalan Baru
161 Membalas
162 Ngidam Sania
163 Burung Piaraan Pak Slamet
164 Suami Baru
165 Ngidam Terpenuhi
166 Berdamai Dengan Hati
167 Suhada Dioperasi
168 Sania Mengalah
169 Damai
170 Ungkap Fakta
171 Makan Malam
172 Penculikan Suhada
173 Amanda Meninggal
174 Operasi Sukses
175 Akhir Kisah Amanda
176 Cari Ketenangan
177 Pesta
178 CEO Cantik
179 Undian Mobil
180 Dukungan Bara
181 Kelaparan
182 Oleh-oleh
183 Harga Oleh-oleh
184 Ranti Melahirkan
185 Sania Lahiran
186 Jalan Mulai Terang
187 End
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Patah hati
2
Kekacauan
3
CEO PUSING
4
Laki Culas
5
Lembaran Baru
6
Karyawan Baru
7
Karyawan rajin
8
Kesal
9
Mulai berkarya
10
Proyek Perdana
11
Berjumpa
12
Jumpa
13
Kenalan
14
Makin Dekat
15
Pengawal Nania
16
Serangan Musuh
17
Bara
18
Permintaan Nania
19
Nania Drop
20
Restu Keluarga
21
Jumpa Keluarga
22
Kumpul Keluarga
23
Adu Mulut
24
Jumpa Camer
25
Berbengkel
26
Rangga Abangku
27
Berbagi
28
Hadiah Untuk Rangga
29
Mencari Fakta
30
Dendam
31
Agra
32
Kumpul keluarga
33
Lamaran
34
Kesepakatan
35
Mobil Untuk Agra
36
Melawan
37
Tamu Tak Diundang
38
Ijab Kabul
39
Acara Keluarga
40
Berbagi Ranjang
41
Kebahagiaan Nania
42
Keisengan Bara
43
CS Gila
44
Tuyul Pengacau
45
Saingan Dalam Rumah
46
Kecurigaan Dea
47
Perasaan Bara
48
Suami Siaga
49
Konflik Kecil
50
Berdamai
51
Kekacauan Di Pagi Hari
52
Menuai Karma
53
Buka Kisah Lama
54
Shopping
55
Bersikap Jujur
56
Semangat Baru
57
Terkuak Rahasia
58
Lokasi Proyek
59
Curhat author
60
Survey
61
Cinta
62
Kintan
63
Jumpa Bapak Kintan
64
Prahara
65
Bini Muda Rebutan
66
Tua Muda Sakit
67
Dua Wanita Sakit
68
Nania Kritis
69
Pesan Nania
70
Nania Pergi
71
Tidur Bersama
72
Bara Ngambek
73
Rudi Diakui Keluarga
74
Tahlilan
75
Ciuman Subuh
76
Salah Paham
77
Akting Tak Lulus
78
Jenguk Kintan
79
Berdebat Soal Rudi
80
Nyaris
81
Mohon Dukungan
82
Menantu Idaman
83
Nyaris 2
84
Runtuhnya Gelar Perawan
85
Rahasia Kecil Ranti
86
Gerakan Perdana Sania
87
Rangga Naik Pangkat
88
Pengacau Baru
89
Maya
90
Bertengkar
91
Kesedihan Sania
92
Ketegasan Bara
93
Menang Tender
94
Jumpa Musuh
95
Berita Buruk
96
Maya Bunuh Diri
97
Niat Busuk Amanda
98
Ancaman Bertubi
99
Kehancuran Bobby
100
Bobby Terkapar
101
Menantu Norak
102
Buka Jati Diri
103
Pengumuman Pemenang
104
Kerja Bakti
105
Tamu Tak Diundang
106
Bersikap Jujur
107
Lari Pagi
108
Kantor Baru
109
Rekan Lama
110
Lagi Lagi Maya
111
Berdamai
112
Ranti Berulah
113
Kacau
114
Sukacita Diatas Duka
115
Kabar Bagus
116
Sania Yang Berubah
117
Debat Santai
118
Gerakan Amanda
119
Amanda Stress
120
Perhatian Mertua
121
Emosi Sania
122
Sania
123
Sania Berkepribadian Ganda
124
Pasangan Baru
125
Cerita Rumit
126
Bertamu Ke Kantor Polisi.
127
Keadilan
128
Sania Ngambek
129
Salah Arti
130
Rayuan Bara
131
Plan Ke Pulau B
132
Berdebat Lagi
133
Dosa Bara
134
Rasa Bersalah itu
135
Cinta Usang Terbit
136
Janji Bara
137
Fadil Pulang
138
Bara Terjebak
139
Sania Pergi
140
Sidang Tengah Malam.
141
Rangga Marah
142
Chat Sania
143
Terungkap
144
Dua Wanita Culas
145
Rindu Sania
146
Joachim
147
Bara Nelangsa
148
Rangga Jatuh Cinta
149
Lisa Hamil
150
Sania Berang
151
Arsy Nekat
152
Roy Sekar Jadian
153
Pengawalan Bara
154
Bara Selamat
155
Penyesalan Bara
156
Sania pulang
157
Sania Kejar Rangga
158
Bara Bersumpah
159
Sania Balik Kantor
160
Persoalan Baru
161
Membalas
162
Ngidam Sania
163
Burung Piaraan Pak Slamet
164
Suami Baru
165
Ngidam Terpenuhi
166
Berdamai Dengan Hati
167
Suhada Dioperasi
168
Sania Mengalah
169
Damai
170
Ungkap Fakta
171
Makan Malam
172
Penculikan Suhada
173
Amanda Meninggal
174
Operasi Sukses
175
Akhir Kisah Amanda
176
Cari Ketenangan
177
Pesta
178
CEO Cantik
179
Undian Mobil
180
Dukungan Bara
181
Kelaparan
182
Oleh-oleh
183
Harga Oleh-oleh
184
Ranti Melahirkan
185
Sania Lahiran
186
Jalan Mulai Terang
187
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!