Ishana dan teman-temannya masih menatap tajam kearah Kimberly yang sedang duduk berdekatan dengan Marco. Bahkan Zaky, Radya, Daksa dan Dorris juga ikut duduk berjejeran di samping Kimberly.
"Sialan tu cewek. Apa dia berniat untuk menggoda pacar-pacar kita?" Nattaya tak kalah tajam menatap Kimberly.
"Dasar wanita murahan," ucap Zora.
"Tapi yang aku perhatikan. Kimberly lebih ke Marco dech. Bahkan Marco juga keliatan antusias menggoda Kimberly." Dira berbicara sembari menatap kearah Kimberly dan Marco.
"Berarti cewek sialan itu sudah menargetkan Marco. Wah, Ishana! Ini tidak bisa dibiarkan. Lo harus bertindak. Jangan sampai Marco direbut sama tu cewek." Alice berusaha membuat Ishana mendengarkan perkataannya.
"Apa dia tidak tahu bahwa Ishana ratu sekolah? Siapa pun yang melawan akan ada hukumannya? Nah, cewek sialan itu sudah berani melawan lo, Ishana." Nattaya berbicara sambil melirik Ishana.
Sementara Ishana masih fokus menatap kearah Kimberly dan Marco. Ishana begitu marah ketika melihat Kimberly berduaan dengan Kimberly.
Di sisi lain, Kimberly sudah merasa jengah sedari tadi diganggu oleh Marco dan kelompok. Dirinya berulang kali berusaha untuk pergi, tapi berulang kali pula Marco dan kelompoknya menghalanginya.
"Bisa tidak kalian pergi dari sini. Bukankah kalian sudah punya kekasih. Seharusnya kalian bersama dengan kekasih-kekasih kalian." Kimberly berbicara dengan menatap jijik Marco dan kelompoknya.
"Tapi kami mau disini manis," ucap Dorris sambil mencolek dagu Kimberly.
"Berani sekali kau menyentuhku. Kau pikir aku ini perempuan apaan, hah!" bentak Kimberly, lalu mendorong kuat tubuh Dorris.
Setelah itu, Kimberly langsung pergi meninggalkan Marco dan kelompoknya dengan wajah marah.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Marco.
"Lepaskan," bentak Kimberly.
"Kalau aku tidak mau. Kau mau apa, hum?" Marco menatap dengan senyuman di sudut bibirnya.
Kimberly menatap tajam Marco. Namun beberapa detik kemudian, terukir senyuman manis di bibirnya. Lebih tepatnya senyuman evil.
"Selamat siang, Bu!" Kimberly sedikit memiringkan kepalanya ke samping dengan melambaikan tangannya.
Reflek Marco melepaskan pegangannya dari tangan Kimberly. Merasakan tangannya sudah terlepas, Kimberly pun pergi meninggalkan Marco dan kelompoknya.
Sementara Marco mengumpat di dalam hati karena dirinya lagi-lagi gagal mendapatkan Kimberly.
Tanpa diketahui oleh Marco dan kelompoknya, ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya dengan Kimberly. Orang itu tersenyum gemas ketika melihat bagaimana Kimberly menghadapi Marco dan kelompoknya.
^^^
Billy, Triny, Aryan dan para sahabatnya saat ini berada di lobi. Setiap jam istirahat. Billy, Aryan, Triny dan sahabat-sahabatnya selalu nongkrong di sana. Semenjak Kimberly masuk sekolah. Baik sahabatnya Billy, sahabatnya Aryan, dan sahabatnya Triny meminta Billy, Aryan dan Triny untuk mengajak Kimberly beserta sahabatnya untuk bergabung dengan mereka.
Di lobi itu tersedia sofa yang cukup luas. Sofa tersebut berbentuk lingkaran dan di tengah-tengahnya disediakan meja. Dan mejanya itu juga berbentuk lingkaran.
Tiap sofa tersebut memiliki nomor. Mulai nomor 1 sampai 20. Dan juga tiap sofa bisa memuat sekitar 30 orang.
Teruntuk untuk kelompok Billy, Triny dan Aryan. Mereka selalu duduk di sofa nomor 15. Dan letaknua berada di tengah.
"Billy. Mana Kimberly nya? Kenapa belum nongol juga?" tanya Satya Jevera.
"Iya, nih! Mana Kimberly nya, Bil?" ucap dan tanya Lionel.
"Ih. Kalian ini kenapa, sih?" Triny menatap dengan bibir yang sedikit cemberut.
Billy melihat kearah Triny. "Triny. Apa kau sudah beritahu Kimberly kalau kita nunggu dia disini?" tanya Billy kepada Triny.
"Sudah. Aku sudah kirim pesan kedia untuk datang kesini," jawab Triny.
"Sudah. Ditunggu aja anaknya," sahut Lisa.
Ketika mereka tengah sibuk membahas Kimberly yang belum datang. Tiba-tiba salah satu dari sahabat Billy yaitu Ivan Alvaro melihat keberadaan dua orang yang sangat dikenalnya.
"Hei, itukan Tommy dan Andhika!" seru Ivan sembari tangannya menunjuk kearah orang yang dilihat.
Mendengar seruan dari Ivan. Baik Billy, Triny, Aryan dan para sahabatnya melihat ke arah tunjuk Ivan.
"Eh, iya! Itu Tommy dan Andhika," sahut Andry Marva.
Lalu detik kemudian, Henry dan Nathan pun memanggil keduanya sambil bertepuk tangan dan melambaikan tangan.
"Tommy, Andhika."
Kedua orang yang dipanggil langsung menoleh. Ketika mengetahui siapa yang memanggil. Keduanya pun melangkahkan kakinya menuju ke tempat orang yang memanggil. Dan kini keduanya sudah bergabung dengan Billy, Triny, Aryan dan para sahabatnya.
Tommy dan Andhika adalah sahabatnya Billy. Billy memiliki 9 sahabat. Dan hubungan persahabatan mereka sangat dekat dan solid. Mereka bersahabat dari dari awal masuk sekolah dasar.
"Wah! Tommy, Andhika. Kapan kalian balik? Kenapa kami tidak tahu?" tanya Mirza Wiryamanta.
"Kemarin. Dua hari kami memutuskan untuk istirahat di rumah. Dan baru kemarin masuk sekolah," jawab Andhika.
Ketika sedang berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara seseorang.
"Maaf, aku telat!"
Orang itu adalah Kimberly. Kimberly datang bersama keempat sahabatnya. Mereka yang mendengar suara Kimberly langsung melihat kearah Kimberly.
"Ach, Kim! Tidak. Kau tidak terlambat. Sini duduk," sahut Triny sembari menepuk-nepuk tangannya di samping.
Kimberly dan keempat sahabatnya pun duduk di sofa dimana ketiga saudara sepupunya dan sahabat-sahabatnya berada. Kimberly duduk diantara Billy dan Triny. Jadi urutannya adalah Aryan, Billy, Kimberly dan Triny.
"Kemana aja? Kok baru datang?" tanya Billy.
"Nunggu lama?" tanya Kimberly balik.
"Aish. Kebiasaan. Ditanya malah balik nanya," kesal Triny.
Mendengar kekesalan dari Triny, mereka semua tersenyum. Begitu juga Kimberly. Billy melihat kearah Kimberly, lalu mengacak-acak rambutnya.
"Sekarang katakan. Kok lama datangnya? Kemana saja dulu?" tanya Billy.
"Apa aku harus jawab? Penting, ya?" tanya Kimberly.
"Kim." Billy menggeram sembari melotot kearah Kimberly. Yang lain melihatnya hanya tersenyum.
"Is. Iya, iya! Aku tadi habis digangguin sama Marco dan kelompoknya. Mereka menahanku," jawab Kimberly.
"Apa? Marco gangguin kamu lagi? Brengsek!" Billy benar-benar marah ketika mendengar perkataan Kimberly.
Mereka semua, kecuali Tommy dan Andhika marah ketika Marco dan kelompoknya berani mengganggu Kimberly. Mereka semua benar-benar tidak terima atas sikap Marco dan kelompoknya.
"Tuh kan. Baru ngomongin tentang Marco yang gangguin aku. Sikap kalian langsung berubah kayak gini. Nyesal aku ngasih tahu," ucap Kimberly.
Kimberly langsung menghempaskan punggung ke punggung sofa dan bersenderan di sana. Dan jangan lupa bibir yang mengerucut. Mereka semua yang melihat tersenyum gemas. Salah satu dari mereka mencuri-curi pandangan kearah Kimberly. Orang itu tersenyum tulus kearah Kimberly.
"Cantik, manis, polos, kuat, pemberani dan manja. Aku suka gadis seperti ini," batin orang itu.
Ketika mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau, tiba-tiba datang orang-orang yang merusak kebersamaan mereka.
"Hei, Billy."
"Hei, Aryan."
Orang yang datang dan merusak kebersamaan mereka itu adalah Syafina dan keempat teman-temannya. Dan tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa berdoaanya. Syafina langsung duduk di samping Billy dan mendorong tubuh Kimberly. Begitu juga dengan Enzi. Enzi mendorong tubuh Raka agar bergeser. Setelah itu, Enzi pun duduk di samping Aryan.
"Minggir. Aku mau duduk di samping kekasihku," Syafina mendorong tubuh Kimberly.
Kimberly yang mendapatkan perlakuan tak enak berusaha bersikap sabar. Begitu juga dengan yang lain.
"Awas, loh!" Enzi mendorong tubuh Raka. Dan Raka hanya pasrah dan bergeser.
Setelah itu, Syafina dan Enzi duduk di samping orang yang mereka sukai. Begitu juga dengan Ganesha, Jennie dan Aruna. Mereka duduk dekat orang yang mereka sukai.
"Aish. Mereka lagi. Mau ngapain, sih?" batin Billy.
"Mengganggu saja," batin Aryan
Keadaan tampak hening. Tidak ada yang bersuara. Mereka semua memilih diam dan sibuk dengan dunia masing-masing. Alasan mereka untuk diam dan sibuk dengan dunia masing-masing karena mereka males meladeni lima kuntilanak yang saat ini sedang menempel kayak prangko.
Melihat keadaan yang sepi, sunyi dan hening. Syafina pun akhirnya memulai pembicaraan. Siapa tahu jika dirinya yang memulai pasti orang-orang yang ada di hadapannya ini mau merespon dan mendengarnya.
Syafina melihat kearah Kimberly yang saat ini sedang bermain ponsel, lalu tersenyum di sudut bibirnya.
"Oh, iya. Kimberly. Aku dapat informasi dari beberapa pihak. Kau sekolah disini karena tidak diterima di sekolah elit dan terkenal di Amerika. Apa benar begitu?" tanya Syafina.
Kimberly hanya melirik sekilas Syafina, lalu kembali menatap ponselnya.
"Bukan urusanmu. Urusi saja urusanmu sendiri," jawab Kimberly dengan nada yang masih lembut.
"Bukan itu saja. Kau bahkan melakukan hal-hal yang menjijikkan sehingga kau tidak diterima di beberapa sekolah. Dan kau berakhir berada di sekolah ini." Syafina berbicara dengan seenaknya kepada Kimberly dengan matanya menatap jijik kearah Kimberly.
Sementara Kimberly lagi-lagi memilih diam. Dirinya tidak ingin melawan Syafina. Bagi Kimberly, Syafina itu hanya seekor semut. Sekali tekan dengan jari telunjuknya langsung mati semut tersebut.
Sementara Billy, Triny, Aryan dan sahabat-sahabatnya mengepalkan kedua tangannya. Mereka tidak terima Syafina menghina dan menjelek-jelekan Kimberly. Apalagi menyebarkan informasi palsu.
"Syafina. Kau bisa diam tidak. Suaramu itu mengganggu kami semua. Apa kau tidak bisa melihat bahwa kami semua tidak ada yang bersuara. Kami semua diam dan sibuk dengan dunia kami masing-masing." Aryan berbicara sambil fokus pada ponselnya.
"Apa yang dikatakan Aryan ada benarnya? Suaramu itu sangat mengganggu. Kau berisik sekali," sahut Henry Emeric.
"Syafina," panggil Triny. Syafina melihat kearah Triny.
"Iya. Ada apa?" tanya Syafina.
"Aku mau nanya sama kamu. Kamu tuh dapat informasi dari mana kalau Kimberly itu tidak diterima sekolah di Amerika karena kenakalannya? Bahkan kamu tadi bilang kalau Kimberly melakukan hal yang menjijikan. Kamu jangan menyebarkan berita palsu, Syafina! Apa kamu gak takut jika informasi yang kamu dapatkan itu tidak benar lalu jadi bumerang untuk kamu dan keluargamu?" Triny menatap tajam Syafina.
Syafina balik menatap Triny. Bahkan Syafina tak takut diberikan tatapan tajam oleh Triny. Bagi Syafina di dunia ini tidak ada yang ditakuti olehnya selain kedua orang tuanya dan kedua kakak laki-lakinya.
"Aku berbicara sesuai fakta, nona Triny. Dan aku juga tidak suka bergosip apalagi menyebarkan berita hoax," jawab Syafina bangga dan percaya diri.
"Cih," batin Billy dan Aryan.
Ketika Triny ingin membalas perkataan Syafina, tiba-tiba ponsel Triny berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk di ponselnya.
TING!
Triny yang mendengar ponselnya berbunyi langsung melihatnya. Dan dapat Triny lihat di layar ponselnya sebuah pesan dari Kimberly. Triny pun langsung membuka dan membacanya.
TO : Triny
Biarkan saja wanita sialan itu mau berbicara apa tentangku. Kau tidak perlu membalasnya. Cukup kita nikmati saja dulu permainannya.
Seketika terukir senyuman manis di bibirnya setelah membaca pesan dari Kimberly.
FROM : Triny
Baiklah.
Setelah membalas pesan dari Kimberly. Triny memperlihatkan pesan dari Kimberly itu kepada Billy dan Aryan.
Billy dan Aryan tersenyum dan mengangguk ketika membaca pesan dari Kimberly. Mereka berdua sangat setuju dengan rencana Kimberly. Setelah itu, keadaan kembali hening.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 399 Episodes
Comments