Kimberly sudah berada di sekolahnya. Kini Kimberly sedang mencari-cari keberadaan sahabat-sahabatnya. Saat Kimberly sedang menyusuri setiap koridor sekolahnya. Kimberly tidak sengaja menabrak beberapa orang dan salah satunya adalah ketua dari geng BRAINER yang ada di sekolah dan juga sebagai senior.
Orang yang tidak sengaja di tabrak oleh Kimberli itu adalah Marco Yohanes. Marco dan keempat teman-temannya paling ditakuti oleh para murid di sekolah. Tidak ada yang berani kepada mereka. Keluarga Marco termasuk orang yang terkaya nomor dua belas di Asia. Dan Ayahnya juga sebagai Donatur di sekolah tersebut. Teman-temannya juga termasuk orang-orang yang kaya.
Marco memiliki seorang kekasih dari kelompok EXID yang bernama Ishana Rayadinata. Keluarga Ishana orang yang terkaya nomor sebelas di Asia.
"Yak! Kau itu punya mata tidak, hah?!" teriak Marco.
"Maaf, Kak! Aku tidak sengaja," sahut Kimberly sembari membungkukkan badannya.
"Apa kau bilang? Maaf? Setelah kau menabrakku seenaknya saja kau bilang maaf!" bentak Marco di depan wajah Kimberly.
"Tapi aku benar-benar tidak sengaja, Kak!" Kimberly masih berusaha bersikap sopan pada seniornya.
"Alah. Ngaku sajalah. Palingan kau itu hanya moduskan? Pura-pura menabrak teman kami, padahal ingin berkenalan. Setelah itu meminta pada teman kami untuk dijadikan kekasih. Benar bukan?" sela Zaky.
"Tidak, Kak! Sungguh aku bener tidak sengaja," jawab Kimberly dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sudahlah, Marco! Jangan banyak bicara pada bocah ingusan ini. Lebih baik kasih saja dia sedikit pelajaran biar dia tahu rasa." Radya berbicara sembari menatap lapar kearah Kimberly.
"Cantik juga nih cewek." Radya membatin sambil matanya memandangi lekuk tubuh Kimberly.
"Hmm! Kau benar, Radya."
Marco menatap Kimberly dengan seringai di bibirnya, lalu Marco menarik paksa tangan Kimberly dan membawanya ke toilet.
"Lepaskan aku!" Kimberly memberontak.
"Jangan berteriak sialan. Nurut dan ikuti saja kami!" bentak Daksa.
"Lepaskan aku!" teriak Kimberly lalu menarik kuat tangannya. Setelah tangannya terlepas, Kimberly mendorong kuat tubuh Marco.
"Brengsek! Dasar cowok gila, sinting, sakit otak. Kalian pikir, kalian itu siapa, hah?! Berani-beraninya narik-narik tanganku. Kalau tanganku putus, bagaimana? Apa kalian mau menyambungnya kembali?!" teriak Kimberly.
"Hahahaha." Marco dan keempat teman-temannya pun tertawa.
"Kalau sudah putus ya putus aja. Mana bisa tangan itu disambung kembali," ejek Dorris.
"Dari pada aku ngeladeni orang gila kayak kalian. Mending aku pergi dari sini," ucap Kimberly lalu pergi meninggalkan Marco dan keempat temannya.
"Hei, mau kemana?" ujar Zaky yang berdiri di hadapan Kimberly.
"Minggir." Kimberly berusaha mendorong-dorong tubuh para cowok-cowok yang ada di hadapannya.
Dikarenakan Kimberly tetap terus mendorong-dorong mereka, Marco melayangkan tangannya hendak menampar Kimberly. Tapi saat tangan Marco sedikit lagi mengenai wajah cantik Kimberly, tiba-tiba terdengar suara dari seseorang.
"Ada apa ini?" seseorang datang menghampiri Kimberly dan kelima pemuda tersebut.
"Anu.. Anu.. Ituu. Kami hanya bermain saja, Billy." Dorris yang menjawabnya.
"Sialan. Kenapa juga si Billy datang kemari?" batin Marco.
"Iya. Itu benar, Bil! Kami hanya bermain-main saja. Iyakan, dek?" Daksa berbicara sambil melihat kearah Kimberly.
"Lebih baik kalian kembali kalian ke lapangan. Sebentar lagi ospek akan dimulai." Billy berbicara dengan tatapan dinginnya.
"Iya. Baiklah!" mereka menjawabnya secara bersamaan.
Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan Kimberly dan Billy menuju lapangan.
Setelah kepergian Marco dan teman-temannya. Billy mendekati Kimberly adik sepupunya itu.
"Kamu tidak apa-apa, Kim? Apa mereka menyakitimu?" tanya Billy sembari mengelus lembut rambut Kimberly.
"Aku tidak apa-apa, Bil! Kau tidak perlu khawatir," jawab Kimberly tersenyum manis pada kakak sepupunya itu.
"Yak. Aku ini tua satu tahu darimu. Kamu masih saja memanggilku Billy. Panggil aku Kakak." Billy menatap tajam kearah Kimberly.
"Kalau aku tidak mau, lalu kau mau apa?"Kimberly tak kalah menatap wajah Billy dengan ke dua tangannya diletakkan di pinggangnya.
Melihat Kimberly yang lebih galak dan lebih tajam menatapnya. Billy pun akhirnya memilih mengalah. Dirinya tahu akan sikap keras kepala adik sepupunya itu. Sampai kapan pun Kimberly tidak akan memanggil Kakak kepadanya. Kata Kakak akan terlontar dari mulut adiknya itu pada saat-saat dibutuhkan. Billy tahu akan hal itu.
"Hah!" Billy menghela nafas pasrahnya. Mendengar helaan nafas dari Billy, Kimberly tersenyum kemenangan.
"Memangnya ada masalah apa? Kenapa mereka sampai mengganggumu?" tanya Billy.
"Aku tidak sengaja menabrak mereka saat aku sedang buru-buru. Aku sudah berulang kali minta maaf. Tapi merekanya tetap tidak mau memberikan maaf untukku." Kimberly menjawab pertanyaan dari Billy.
"Kenapa tidak kamu lawan saja mereka? Kamu itu jago bela diri, Kim! Pergunakan itu untuk melindungimu. Jangan biarkan siapa pun menyakitimu." Billy berbicara lembut kepada Kimberly.
"Aku bisa saja mengalahkan mereka semua. Tapi aku tidak mau melakukannya, Bil!" Kimberly berbicara dengan menatap kearah lain.
Mendengar ucapan dari Kimberly. Billy pun paham dan juga mengerti. Billy tahu bagaimana watak Kimberly yang sesungguhnya. Jika Kimberly sudah tersulut emosi. Kimberly akan menghajar orang-orang tersebut tanpa ampun sehingga membuat orang-orang tersebut terkapar tak berdaya. Bisa berujung masuk rumah sakit dan bisa juga berujung kematian.
"Ya, sudah! Lupakan saja. Lain kali jauhi mereka. Jangan berurusan lagi dengan mereka. Kalau kau melihat mereka langsung pergi dan menjauh dari mereka. Mengerti!"
"Baiklah."
"Oh iya. Kamu langsung saja ke kelas. Kelasmu berada lantai dua ruang B1. Kau tidak usah ikut Ospek. Aku sudah bicarakan masalah ini kepada kepala sekolah." Billy berucap.
"Lalu sahabat-sahabatku bagaimana?" tanya Kimberly.
"Semua sahabat-sahabatmu sudah menunggumu di kelas. Sinthia dan Santy. Mereka sekelas denganmu. Untuk Rere dan Catherine berada di kelas B2." Billy menjawabnya.
"Yak! Kenapa harus pisah sih? Kan gak asyik!" Kimberly memperlihatkan wajah galaknya. "Pokonya aku mau satu kelas dengan keempat sahabat-sahabatku." Kimberly berbicara dengan penuh penekanan.
"Baiklah.. Baiklah! Nanti aku bicarakan masalah ini kepada kepala sekolah untuk memindahkan Rere dan Catherine ke kelasmu."
Kimberly menatap wajah kakak sepupunya itu untuk memastikan kebenarannya.
"Benarkah? Kau tidak bohongkan? Aku mau mereka sekelas denganku," ucap Kimberly dengan mata yang berbinar.
"Iya. Aku akan bicarakan masalah ini ke kepala sekolah. Mereka akan satu kelas denganmu." Billy menjawabnya.
"Baik. Aku tunggu. Awas kalau sampai kau mengingkari janjimu. Kita akan putus," jawab Kimberly asal. sementara Billy hanya tersenyum gemas melihat wajah cantik adik sepupunya itu.
"Iya, iya. Aku tidak akan mengingkarinya. Lihat saja nanti. Ya, sudah! Sana pergi ke kelas."
"Hm." Kimberly pun pergi meninggalkan Billy yang masih berdiri menatap punggungnya.
Setelah dipastikan Kimberly benar-benar menjauh. Billy mengambil ponselnya. Lalu menghubungi seseorang.
Panggilan tersambung..
"Hallo, Kak Billy. Ada apa?"
"Hallo, Aryan. Kimberly hampir saja ditampar oleh kelompok BRAINER."
"Apa? Maksud Kakak, Marco sialan itu?"
"Iya. Siapa lagi!"
"Memangnya ada masalah apa? Kenapa Kimberly sampai berurusan dengan kelima tengkorak hidup itu?"
"Kimberly tidak sengaja menabrak mereka saat Kimberly sedang buru-buru mencari sahabat-sahabatnya. Kimberly sudah berulang kali meminta maaf. Tapi kelima tengkorak hidup itu tidak mau memaafkan Kimberly. Untung Kakak ngeliat dan membatalkan aksi mereka. Kalau tidak pasti mereka sudah berhasil menyakiti Kimberly."
"Baiklah, Kak! Ini yang pertama dan terakhir mereka mengganggu Kimberly. Aku pastikan mereka tidak akan macam-macam lagi dengan Kimberly."
"Ya, sudah. Kakak tutup dulu telponnya."
PIP!
Aryan dan anggotanya yaitu BIMBOO sedang berada di ruang musik. Setelah mendapatkan telepon dari Kakak sepupunya. Aryan saat ini benar-benar marah dan emosi.
"Brengsek! Berani sekali mereka mengganggu adikku!" teriak Aryan.
"Hei, Aryan. Kau kenapa?" tanya Lian.
"Ada yang berani bermain-main dengan salah satu anggota keluargaku," jawab Aryan.
"Siapa?" tanya Dylan.
"Kimberly," jawab Aryan.
"Kimberly!" seru mereka bersamaan.
"Memang apa yang terjadi pada Kimberly? Siapa yang menyakiti Kimberly?" tanya Raka.
"Kelompok BRAINER. Sekumpulan tengkorak hidup itu sudah berani menyakiti adikku. Mereka berani sekali ingin menampar adik manisku itu. Tapi untungnya, Kak Billy datang tepat waktu." Aryan menjawabnya.
"Aish, mereka lagi." Jerry berucap dengan suara kesal.
"Aku harus bicara dengan mereka. Kalau dibiarkan saja. Mereka akan ngelunjak dan akan nyakitin adikku lagi!" seru Aryan.
"Eemm. Aku setuju," sahut Evan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 399 Episodes
Comments
Dewi Kijang
lanjut terus thoor tetap semangat
2022-12-29
0
ANAA K
Semangat thor.. jangan lupa mampir yah
2021-09-13
1