Kimberly saat ini berada di Perpustakaan kota. Dirinya sedang mencari buku yang akan digunakan untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru bidang study. Kimberly mengitari setiap rak buku hanya untuk mencari buku yang dibutuhkan.
Setelah lima belas menit Kimberly mencari buku yang diinginkan olehnya, akhirnya usahanya membuahkan hasil. Buku yang diinginkan olehnya berhasil didapat. Kimberly tersenyum bahagia.
Kimberly mengambil buku itu karena letaknya sedikit tinggi. Kimberly terus berusaha untuk menjangkaunya. Ketika Kimberly berhasil meraih buku itu dan hendak menariknya, tiba-tiba buku-buku yang lain jatuh.
"Aaakkkhhhh!"
GREP!
BUGH!
Seseorang memeluk tubuh Kimberly sehingga orang itu yang terkena timpukan beberapa buku.
Kimberly yang merasakan tubuhnya tiba-tiba dipeluk oleh seseorang otomatis terkejut. Matanya seketika membulat. Jantungnya berdegup kencang. Seketika kejadian yang dialami oleh Kimberly di masa lalu dimana dirinya pernah dipeluk oleh pria asing dan berakhir beredar dipublik berputar-putar di pikirannya.
Merasakan tubuh Kimberly yang bergetar hebat. Orang itu pun melepaskan pelukannya dari Kimberly. Orang itu memperhatikan Kimberly. Bisa dipastikan oleh orang itu kalau Kimberly saat ini sedang ketakutan.
"Ma-maaf kalau aku lancang," ucap orang itu yang akan menyentuh bahu Kimberly.
"Jangan!" teriak Kimberly tiba-tiba.
Kimberly berlahan melangkah mundur. Setelah itu, Kimberly berlari meninggalkan perpustakaan.
Sementara orang yang memeluk Kimberly menatap Kimberly dengan rasa bersalah. orang itu tidak bermaksud untuk memeluknya. Orang itu hanya berniat membantu.
***
Kimberly saat ini dalam perjalanan. Dirinya memutuskan untuk pergi menemui kakaknya yang saat ini mungkin tengah sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Kimberly butuh kakaknya. Kimberly butuh pelukan kakaknya.
Tak butuh waktu lama. Kimberly pun sampai di Perusahaan kakak ketiganya. Sesampainya disana. Kimberly langsung berlari masuk sambil menyebut nama sang kakak.
"Kakak." Kimberly memanggil kakaknya sembari berlari menuju ruang kerja sang kakak.
Kimberly tidak peduli jika dirinya dianggap tidak sopan atau orang gila yang nyelonong masuk ke dalam perusahaan. Yang di pikirannya saat ini adalah segera bertemu dengan kakaknya.
Para pegawai yang melihat dan mendengar suara teriakan Kimberly seketika menatap Kimberly tak suka dan juga jijik.
Mereka belum mengenali Kimberly karena Kimberly belum pernah sekali pun datang ke Perusahaan kakak ketiganya yaitu Enda Aldama. Begitu juga dengan Perusahaan Uggy dan Riyan. Kimberly hanya sering datang ke Perusahaan Jason Aldama, kakak tertuanya. Dan seluruh karyawan disana sudah mengenal Kimberly.
[Eh, perempuan itu siapa?]
[Kenapa perempuan itu berteriak di perusahaan ini sambil menyebut kakaknya]
[Apa dia gila, ya?]
[Wah, gawat dong! Jika benaran gila, bagaimana nasib perusahaan]
Itulah kata-kata yang diucapkan oleh beberapa karyawan ketika melihat dan mendengar teriak Kimberly.
"Kakak." Kimberly terus memanggil kakaknya dan terus berlari menuju ruang kerja kakaknya.
Beberapa orang mengejarnya. Dua orang security dan satu orang wanita yang berjaga dimeja resepsionis.
"Maaf, Nona! Nona siapa? Kenapa nona berteriak di Perusahaan ini?"
"Minggir! Jangan halangi aku. Aku mau bertemu dengan kakakku!" bentak Kimberly.
"Sekali lagi saya minta maaf, Nona! Nona siapa? Kenapa nona datang kesini dan membuat keributan disini sehingga mengganggu kenyamanan karyawan-karyawan disini?"
Kimberly menatap tajam wanita yang saat ini berdiri di hadapannya. Sementara wanita itu langsung ketakutan ketika melihat tatapan mata Kimberly.
"Aku sudah katakan padamu, sialan! Aku ingin bertemu dengan kakakku. Kakakku itu adalah Enda Aldama!" bentak Kimberly dengan tatapan amarahnya.
Mendengar perkataan Kimberly yang menyebutkan bahwa pemilik Perusahaan adalah kakaknya menjadi terkejut. Tapi mereka semua tidak percaya begitu saja dengan perkataan Kimberly.
"Nona jangan bercanda. Nona pikir dengan mengaku-ngaku sebagai adik dari Bapak Enda Aldama. Saya dan karyawan-karyawan disini akan langsung percaya. Maaf, nona! Kami tidak percaya dengan perkataan nona."
"Terserah. Itu urusanmu dan kalian semua. Aku tidak peduli. Yang aku pedulikan saat ini adalah aku ingin bertemu dengan kakakku!" bentak Kimberly dengan mendorong tubuh wanita tersebut.
Setelah itu, Kimberly kembali melangkah menuju ruang kerja kakaknya. Namun langkah terhenti kala dua security tersebut berhasil memegang kedua tangannya dan menyeretnya keluar dari Perusahaan.
"Maaf, nona! Nona harus keluar dari sini. Nona jangan buat keributan disini!" bentak salah satu security itu.
"Brengsek! Lepaskan aku. Kalian akan menyesal telah memperlakukanku seperti ini!" teriak Kimberly.
"Kakak!" teriak Kimberly. Kimberly menangis.
Ketika Kimberly tengah ditarik-tarik oleh dua security, tiba-tiba tangan kanan sekaligus asisten dari Enda tak sengaja melihatnya. Pemuda itu terkejut ketika melihat adik perempuan dari Bosnya itu ditarik-tarik oleh dua security.
Tanpa pikir panjang lagi, pemuda itu langsung kembali lagi ke dalam ruangan Bosnya untuk memberitahukan masalah adik perempuannya.
BRAAKK!
Pemuda itu membuka paksa pintu ruang kerja Bosnya dan jangan lupa nafasnya yang ngos-ngosan.
Sementara Enda yang ada di dalam ruangan menjadi terkejut ketika pintu ruang kerjanya dibuka paksa oleh tangan kanannya.
"Kau kenapa, Micko? Kenapa kau masuk ke ruanganku dengan tidak sopan?!" bentak Enda.
"Ma-maafkan aku, Bos!"
Enda yang melihat tangan kanannya ngos-ngosan dan sulit untuk berbicara dan juga bernafas dengan baik menjadi tidak tega.
"Bicara pelan-pelan. Ada apa?" Enda berbicara dengan nada lembut.
"Begini, Bos! Saya melihat nona Kimberly sedang ditarik-tarik oleh dua security ketika ingin bertemu dengan Bos. Ditambah lagi keadaan nona Kimberly dalam keadaan menangis."
"Apa?!" Enda terkejut ketika mendengar perkataan dari Micko yang mengatakan bahwa adik perempuannya ditarik-tarik oleh dua security ketika ingin bertemu dengannya. "
Enda langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar meninggalkan ruang kerjanya dan diikuti oleh Micko di belakang.
"Dimana adikku sekarang?"
"Dua security itu membawa nona Kimberly keluar dari Perusahaan, Bos!"
"Brengsek!" Enda benar-benar marah adik perempuannya diperlakukan buruk ketika datang ke Perusahaannya.
Enda berlari menyusuri luasnya Perusahaan. Dirinya ingin segera bertemu dengan adiknya.
"Awas kalian kalau sampai adikku kenapa-kenapa." Enda mengutuk di dalam hatinya.
Para karyawan yang melihat Bosnya berlari dan diikuti tangan kanannya di belakang menjadi bingung dan penasaran.
[Ada apa dengan Pak Enda? Kenapa Pak Enda berlari-lari seperti itu]
[Sepertinya Bapak Enda lagi marah. Terlihat dari raut wajahnya Pak Enda]
[Tapi kenapa? Apa ada masalah?]
Itulah kata-kata para karyawan ketika melihat Enda berlari dalam keadaan marah.
Dengan rasa penasarannya. Mereka semua mengikuti Enda dan ingin melihat apa yang terjadi.
"Berhenti kalian! Lepaskan adikku, brengsek!" teriak Enda dengan lantangnya.
Seketika dua security itu berhenti dan langsung melepaskan pegangannya pada tangan Kimberly. Kedua security itu terkejut dan juga takut ketika mendengar suara dan juga mendengar ucapan dari Bosnya. Bahkan seluruh karyawan yang ada disana juga terkejut ketika mereka mengetahui fakta bahwa perempuan yang berteriak di dalam Perusahaan tempat mereka bekerja adalah adik dari atasan mereka.
Saat ini mereka semua benar-benar ketakutan karena telah berlaku buruk terhadap adik dari atasan mereka.
Enda melangkahkan kakinya mendekati adiknya yang saat ini tengah menangis. Hatinya benar-benar sakit kalau sudah melihat adiknya dalam keadaan menangis.
Enda menarik tubuh adiknya ke dalam dekapannya. Dan seketika tangis Kimberly pun pecah di dalam pelukan kakaknya.
"Hiks... Kakak Enda... Hiks," isak Kimberly.
Enda mengusap lembut punggung adiknya dan membisikkan kata-kata penenang di telinga adiknya.
"Kakak disini, sayang! Kamu tidak perlu takut, oke! Tidak akan ada yang berani menyakitimu selama ada kakak."
Setelah adiknya tenang, Enda melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik adiknya itu.
"Sekarang dengarkan kakak. Kamu pergi dulu ke ruang kerja Kakak bersama Micko. Nanti Kakak menyusul." Enda mengusap air mata adiknya, lalu mengecup keningnya.
Kimberly menjawabnya dengan anggukkan kepala. Enda yang melihat tersenyum.
"Micko, antarkan adikku ke ruanganku."
"Baik, Bos! Mari nona."
Setelah itu, Micko dan Kimberly pun pergi menuju ruang kerja Enda.
BUGH!
BUGH!
Enda memberikan dua pukulan masing-masing di wajah dua security itu. Enda menatap tajam dan penuh amarah kedua security tersebut.
"Berani sekali kalian bersikap seperti itu kepada adikku, hah! Kalian pikir kalian itu siapa. Aku saja belum pernah sekali pun bersikap buruk padanya. Dan kalian sudah berani melakukan hal itu kepada adikku!" teriak Enda.
Semua karyawan yang mendengar teriakan dan amarah dari Enda menjadi takut. Tubuh mereka bergetar.
"Tapi, Bos! Kami..." perkataan salah satu security terpotong karena Enda langsung memotongnya.
"Aku tahu niat kalian baik. Kalian tidak ingin ada orang yang masuk ke dalam perusahaan ini dan membuat keributan disini. Seharusnya kalian bertanya terlebih dahulu apa tujuan orang itu datang kesini. Dan jika kalian gagal. Kalian bisa langsung menghubungiku. Tidak langsung mengambil tindakan seperti tadi."
"Maaf, Bos!" kedua security itu menunduk takut.
"Aku tidak melarang kalian kalau kalian ingin bersikap buruk kepada orang-orang yang tidak kalian kenal dan ingin membuat kekacauan disini. Tapi lihat dulu keadaannya. Jika mereka datangnya baik-baik, maka kalian harus perlakukan mereka dengan baik. Jika mereka datang dan langsung bersikap kurang ajar. Kalian boleh melakukan apa yang seharusnya kalian lakukan."
"Sekali lagi maafkan kami, Bos! Kami benar-benar tidak tahu jika wanita itu adalah adiknya Bos."
"Iya, Pak Enda! Maafkan saya juga Pak Enda. Saya tidak tahu kalau wanita itu adalah adiknya Pak Enda." wanita yang tidak mempercayai Kimberly menunduk takut.
"Apa tadi adikku mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan kakaknya?" tanya Enda dengan menatap tajam wanita yang ada di hadapannya.
"I-iya, Pak!" jawab wanita itu.
"Apa adikku menyebut nama kakaknya?" tanya Enda lagi.
"Iya, Pak!"
"Lalu kenapa kau dan kalian semua masih saja menahan adikku, hah! Dan kenapa kalian tidak membiarkannya untuk bertemu denganku! Jika kalian tidak mempercayainya. Setidaknya salah satu dari kalian menghubungiku!" teriak Enda dengan menatap tajam semua karyawannya.
"Kali ini aku aku memaafkan kesalahan kalian. Jika hal seperti ini terjadi lagi. Maka tidak akan ada kata maaf untuk kalian. Kalian mengerti!" teriak Enda.
"Kami mengerti, Pak!"
Setelah itu, Enda langsung pergi menuju ruang kerjanya untuk melihat keadaan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 399 Episodes
Comments
Dewi Kijang
lanjut
2022-12-30
0