Pagi yang cerah di kediaman keluarga Fathir Aldama. Dimana terlihat dua wanita paruh baya sedang menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anak mereka. Mereka adalah Nashita dan adik iparnya Liana.
Nashita, Liana dan dibantu oleh dua pelayan tengah sibuk memasak. Mereka memasak beberapa jenis menu makanan.
Nirvan selaku adik ketiga dari Nashita bersama istri dan keempat anak-anak kini sedang menginap di kediaman Fathir Aldama.
"Akhirnya selesai juga!" seru Nashita ketika masakannya telah selesai. Begitu juga dengan Liana.
"Biarkan Kakak saja yang menatanya di atas meja. Lebih baik kamu bangunkan anak-anak." Nashita berbicara sembari memulai menata makanan di atas meja.
"Baiklah," jawab Liana lalu pergi meninggalkan Kakak iparnya di dapur bersama pelayan yang sedang menata makanan di atas meja.
Liana melangkahkan kakinya menuju kamar anak-anaknya dan kamar keponakannya. Namun, ketika Liana hendak menaiki anak tangga. Liana melihat ketiga anaknya bersama keempat keponakannya sedang menuruni anak tangga dalam keadaan rapi.
"Ternyata kalian sudah bangun!" seru Liana.
Jason, Zivan dan adik-adiknya melihat kearah Liana yang berdiri di bawah tangga.
"Mami." mereka berucap bersamaan.
Liana mendengar hal itu tersenyum hangat sembari menatap putra dan keponakannya.
"Adik perempuan kalian belum bangun! Siapa kira-kira yang ingin membangunkan mereka?" tanya Liana tersenyum.
Jason, Zivan dan adik-adiknya saling lirik. Setelah itu kembali menatap Liana.
"Biarkan kami membangunkan mereka!" seru Jason dan Zivan selaku saudara tertua dalam keluarga.
"Baiklah. Dan untuk kalian langsung ke meja makan." Liana berbicara lembut kepada anak dan keponakannya.
Setelah itu, Liana pergi menuju kamar suaminya, Nirvan Fidelyo.
Jason dan Zivan sudah berada di depan kamar Kimberly. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Jason langsung membuka pintu kamar adiknya.
CKLEK!
Pintu kamar pun terbuka. Setelah pintu terbuka, Jason dan Zivan melangkah masuk ke dalam kamar tersebut. Keduanya tersenyum ketika melihat pemandangan yang indah di atas tempat tidur. Kedua adik mereka tertidur dengan saling berhadapan dengan Triny yang memeluk Kimberly.
Jason dan Zivan melangkah mendekati ranjang Kimberly. Mereka secara bersamaan membangunkan adiknya.
"Kimberly, bangunlah." Jason membangunkan adiknya sembari mengelus lembut rambut adiknya dan memberikan kecupan sayang di keningnya.
"Triny. Bangun, sayang." Zivan mengelus rambut adiknya dan juga tak lupa memberikan kecupan sayang di keningnya.
Jason dan Zivan memperhatikan adik-adiknya. Kedua adiknya dengan kompaknya bergerak hanya sekedar untuk menarik selimut.
"Yak! Apa-apaan ini? Bukannya bangun malah menarik selimut." Jason berucap kesal.
"Wah.. benar-benar ya!" Zivan juga ikut kesal.
"Aha." Zivan mendapatkan sebuah ide untuk membangun kedua adiknya itu.
Zivan melihat kearah Jason, lalu membisikkan idenya itu ke telinga Jason. Jason tersenyum di sudut bibirnya ketika mendengar ide dari Zivan.
"Hm." Jason mengangguk.
Jason dan Zivan kembali saling lirik. Setelah itu, mereka menghitung mundur.
3
2
1
"Kebakaran! Kebakaran!" teriak Jason dan Zivan dengan suara keras.
Tanpa babibu, baik Kimberly maupun Triny langsung bangun dan berteriak.
"Kebakaran! Kebakaran!" teriak Kimberly dan Triny bersamaan dengan mata yang masih belum terbuka sempurna berlari menuju arah pintu.
BUGH!
BRUUKK!
"Aww," ringis mereka berdua.
"Yak, Triny! Kenapa mendorongku?" tanya Kimberly yang tangannya mengelus-elus pantatnya yang sakit.
"Nah, kamu sendiri juga mendorongku." Triny berucap sambil tangannya juga mengelus-elus pantatnya.
"Tapi aku mau membuka pintu," sahut Kimberly.
"Aku juga mau membuka pintu," jawab Triny tak mau kalah pada adik sepupunya.
"Aish! Kenapa kau mengikuti kata-kataku sih? Dasar Kakak gak bermutu dan tukang nyontek," kesal Kimberly mempoutkan bibirnya.
"Siapa juga yang mengikuti kata-katamu? Kamu tu yang ngikuti kata-kataku," protes Triny tak mau kalah.
"Triny!" teriak Kimberly.
"Kimberly!" Triny balik berteriak.
Sedangkan Jason dan Zivan yang melihat adegan adu mulut kedua adiknya hanya menghela nafas dan juga geleng-geleng kepala.
"Hah! Beginilah kalau sudah bertemu dan tidur bersama," batin Jason dan Zivan.
"Kenapa kamu gak mengalah saja sih?"
"Memang kenapa?"
"Akukan adik kamu. Kamu sebagai yang lebih tua. Ngalah napa," balas Kimberly.
"Aish! Kalau masalah beginian baru ngaku kalau aku ini kakak kamu," sahut Triny.
"Hehehe. Bagaimana?" tanya Kimberly sembari terkekeh.
"Apanya?" tanya Triny balik.
"Aish! Kamu ngalah sama aku. Kamu kan yang tua disini," jawab Kimberly.
"Kalau aku tidak mau. Kamu mau apa?" tanya Triny dengan menatap wajah Kimberly intens.
Kimberly menatap horor Kakak sepupunya itu dengan bibirnya yang digerak-gerakin.
"Dasar Kakak sepu..." perkataan Kimberly terpotong.
"Eehheeemm!"
Jason dan Zivan berdeham secara bersamaan. Mereka sedari sudah jengah melihat adegan kedua adiknya itu.
Kimberly dan Triny melihat keasal suara. Saat mereka melihat ke belakang, Kimberly dan Triny terkejut. Mereka melihat kedua Kakaknya sudah berdiri dengan tangan berlipat di dada.
"Hehehehe." Kimberly dan Triny cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kakak," sapa Kimberly dan Triny bersamaan.
"Sudah selesai adu mulutnya?" tanya Jason.
Kimberly dan Triny saling lirik. Lalu kembali menatap kakaknya.
"Maaf," jawab mereka bersamaan. Lalu mereka pun berdiri.
Jason dan Zivan hanya bisa memberikan senyuman pada keduanya.
"Ya, sudah! Kakak maafkan. Sekarang buruan kalian berdua mandi. Setelah selesai dengan pakaian seragam kalian, segeralah turun ke bawah. Kita sarapan pagi bersama. Semuanya sudah menunggu di bawah," sahut Zivan.
"Baik, Kak!" Kimberly dan Triny menjawab bersamaan.
Kini mereka semua telah berkumpul di meja makan. Mereka makan dengan penuh hikmat.
"Makan yang banyak ya sayang." Liana berucap sembari memberikan dua potong ayam goreng masing-masing ke piring putri bungsunya dan keponakannya.
"Hm," jawab Kimberly dan Triny. Mereka semua tersenyum hangat melihatnya.
"Bagaimana hari pertama sekolah, sayang?" tanya Fathir kepada putri bungsunya.
"Lancar, Dad!" Kimberly menjawab sambil mengunyah makanannya.
"Ada berita heboh di sekolah, Dad!" seru Triny tiba-tiba.
Mendengar ucapan dari Triny membuat mereka semua menatapnya.
"Berita heboh! Berita apa itu, Nak?" tanya Nirvan.
Triny melirik sekilas kearah Kimberly yang ada di sampingnya, lalu kembali melihat ayahnya.
"Kimberly hampir ditampar oleh seniornya," jawab Triny.
"Dasar mulu ember!" umpat Kimberly dalam hatinya.
"Apa? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?" tanya Riyan sembari melirik Kimberly.
"Kimberly dan keempat sahabatnya dipaksa untuk ikut ospek,"jawab Triny.
Jason, Uggy, Enda dan Riyan menatap wajah adiknya untuk meminta penjelasan.
"Kim. Bisa jelaskan kepada Kakak," pinta Jason.
Kimberly menatap horor Triny dan jangan lupakan bibirnya yang siap mengeluarkan sumpah serapah yang akan ditujukan untuk Triny.
"Kimberly Aldama," panggil Uggy.
"Aish!" Kimberly melihat kearah keempat kakak-kakaknya.
"Senior sialan itu menyuruhku untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Aku justru nolak. Bahkan Santy kena tampar oleh senior sialan itu karena membelaku."
"Lalu apa yang terjadi?" tanya Riyan.
"Senior sialan itu marah karena aku tidak juga menuruti perintahnya. Lalu dia menyuruh kedua temannya untuk megang tanganku. Dia ingin namparku. Ketika tangannya sedikit lagi hampir mengenai wajahku. Aku memundurkan kepalaku ke belakang dan berakhir sibodoh itu menampar temannya sendiri." Kimberly menjelaskan yang sebenarnya kepada keempat kakaknya.
Ketika Enda ingin bertanya, Kimberly sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Aish. Ini kapan mau selesainya aku sarapan jika kalian bertanya terus." Kimberly merengut kesal.
Mendengar keluhan dari Kimberly, mereka semua tersenyum. Apalagi ketika melihat wajah merengutnya. Bagi mereka itu sangat lucu, imut dan menggemaskan.
"Aku sudah selesai. Kalau begitu aku langsung berangkat ke sekolah."
Setelah berpamitan, Kimberly pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan meja makan.
Mereka semua menatap kepergian Kimberly dengan wajah pasrah.
"Kalian mau tahu tidak apa yang terjadi selanjutnya!" seru Triny.
Mereka semua menatap Triny. Mereka benar-benar penasaran masalah apa yang menimpa kesayangan mereka selama berada di sekolah.
"Katakan Triny. Apa yang terjadi?" tanya Nashita.
"Sosok itu muncul kembali," jawab Triny.
Mendengar jawaban dari Triny membuat mereka semua paham.
Kimberly memiliki sisi lain dalam dirinya. Jika sisi lainnya itu muncul dan menguasai tubuhnya sepenuhnya. Maka tidak ada yang bisa menandingi kehebatannya. Siapa pun yang mencari masalah dengan Kimberly. Orang itu akan berakhir di rumah sakit atau lebih parahnya meninggal dunia.
"Apa yang dilakukan oleh sosok itu?" tanya Nirvan.
"Sosok itu berhasil melukai dua teman Ishana, senior yang hampir menampar Kimberly. Sosok itu memberikan tendangan kuat tepat di perut Zora dan juga mencekik leher Dira secara bersamaan. Zora memuntahkan darah segar dari mulutnya akibat tendangan dari sosok itu. Sementara Dira hampir kehilangan nyawa akibat dicekik oleh sosok itu. Kalau bukan bujukan Cathrine. Aku sudah bisa pastikan, Dira akan mati di tangan sosok itu."
Mendengar cerita Triny mereka semua tampak khawatir akan Kimberly. Mereka takut jika Kimberly tidak bisa mengontrol emosinya. Maka sosok itu akan keluar dan menguasai tubuhnya.
"Sayang," lirih Nashita.
Fathir yang mendengar lirihan dari istrinya langsung memberikan ketenangan.
"Kau tidak perlu khawatir, oke! Selama salah satu dari kita bisa menenangkan Kimberly ketika sosok itu menguasai tubuhnya. Hal itu tidak akan membahayakan. Baik untuk Kimberly maupun untuk orang lain. Yang perlu kita takutkan adalah ketika kita tidak berhasil menenangkan Kimberly disaat tubuhnya dikuasai oleh sosok itu."
Mendengar penuturan dari Fathir membuat mereka sedikit bernafas lega. Mereka berharap semuanya akan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 399 Episodes
Comments
Dewi Kijang
lanjut keren ni cintanya
2022-12-30
0