Lalu setelah beberapa jam, pesta telah usai. Zara masih menahan sakitnya sampai ia kembali ke kamar hotel. Setelah semua aksesoris ia lepas, ia membasuh wajahnya di kamar mandi. Lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mencoba mencari obatnya di dalam tas sekolahnya.
Setelah meraba-raba untuk beberapa saat ahirnya ia menemukan obat itu. Zara menghela nafasnya panjang, mau tidak mau malam ini ia harus menelan obat itu. Rasa sakit yang muncul hari ini sungguh begitu menyakitkan untuknya. Dengan segera ia meraih makanan yang berada di atas nakas lalu menghabiskannya dengan cepat. Lalu sesudahnya ia meminum satu buah pil itu lalu meneguk satu gelas air putih hingga tandas.
Ia memejamkan matanya untuk beberapa saat. Lalu menghembuskan nafasnya secara kasar. Sejenak ia pun merebahkan dirinya di atas ranjang hotel untuk beristirahat. Neneknya sengaja memesan kamar hotel untuk dirinya, uncle serta Zara. Nenek paham karena pesta tadi sungguh melelahkan untuk mereka.
Sementara itu, De, tante Mayra dan Tasya sudah sampai di kediaman Abraham. Tasya kecil sudah tertidur sejak mereka masih di tengah perjalanan pulang. Alhasil De harus menggendong Tasya sampai di kamar tamu.
Baru sesudahnya ia kembali menuju kamarnya. Mobilnya sudah diparkirkan salah satu pelayan di rumahnya. Jadi ia tidak perlu kembali ke halaman untuk memarkirkan mobil.
De melangkah ke kamarnya dengan segera. Berbagai kegiatan hari ini membuatnya kelelahan. Ia melepas satu persatu kancing kemejanya dan membuangnya ke sembarang arah. Sepatunya pun sudah dari tadi ia terbangkan entah kemana.
Ia lalu menghamburkan dirinya diatas ranjangnya dengan posisi menelungkup. Tapi sesaat kemudian ia meraih ponsel di saku celananya.
Ia melihat ponsel itu, ternyata sejak tadi ada beberapa panggilan masuk dari Laura. Dengan terpaksa ia pun mendial salah satu nomor di dalamnya.
“Hallo ...” ucap salah satu wanita di seberang sana.
“Hallo sayang, aku merindukanmu.”
“Aku juga sayang, kamu apakabar? Oh ya kenapa kamu tidak mengangkat telepon dariku tadi?”
“Maaf sayang, tadi aku pergi ke pesta teman.”
“Hmm, jadi gitu ya, sekarang kamu lebih memilih menghabiskan waktu bersama teman-temanmu ketimbang menghubungiku!"
“Bu-bukan begitu sayang.”
“Lalu ...”
“Aku tidak enak hati padanya, karena aku baru memiliki beberapa teman disini, jadi aku harus banyak bergaul.”
“Oh iya juga ya sayang, maaf ya aku terlalu egois.”
“Hmm, dasar rubah betina,” umpat De dalam hatinya.
“Tumben sekali kamu menghubungiku,” gumamnya.
“Oh ya sayang, tadi aku ingin mengabarimu kalau saat ini aku belum bisa menyusulmu ke Indo karena jadwal skripsiku dimajukan oleh dosen, jadi aku harus fokus ke studyku.”
“Hmm ..."
“Kamu gak marah kan sayang.”
“Enggak, tenang saja.”
“Terima kasih sayang.”
“Sama-sama."
Lalu sambungan telepon mereka terputus. De menyunggingkan senyum liciknya, ia mau tau sampai kapan ia bisa bermain di belakangnya. Lagi pula ia tau dengan pasti kapan jadwal skripsi Laura. Karena salah satu teman De yang masih tinggal di Perancis satu kelas dengan pacarnya itu.
Eh sorry ... satu kelas dengan rubah betina tadi.
Sedangkan di belahan dunia lain. Laura sedang bahagia karena sebentar lagi ia akan menghabiskan liburan kuliahnya dengan berjalan-jalan bersama Davin kekasihnya. Davin berjanji akan mengajaknya untuk berlibur keliling Eropa minggu ini.
Kebetulan pekerjaan di kantornya sedang tidak terlalu banyak, untuk itu ia mengajak Laura untuk ikut liburan kali ini. Bukan itu saja, Davin akan melamar Laura di tengah-tengah liburannya nanti. Hal itu sengaja dirahasiakan olehnya karena ia ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya itu.
Meskipun hubungan mereka masih terbilang baru, tetapi Davin sudah jatuh hati padanya sejak pertemuan pertama. Sebuah pertemuan yang luar biasa untuknya, karena waktu itu mereka langsung berhubungan suami istri.
Keesokan harinya.
Beruntung semalam Zara sudah meminum obatnya, setidaknya pagi ini ia bisa merasakan keadaan tubuhnya yang sedikit membaik. Karena ia sudah terbiasa bangun pagi saat di mansion. Pagi-pagi Zara sudah terlihat rapi dengan pakaiannya.
Seperti biasa ia tidak memoles wajahnya dengan make up, pagi ini ia sengaja membubuhkan lipstik peach di bibirnya, agar menyamarkan wajah pucatnya pagi itu.
Dengan langkah perlahan ia keluar dari kamarnya untuk menuju ke kamar neneknya. Para pengawal yang berjaga di depan kamar neneknya membungkuk memberi hormat padanya.
“Silahkan masuk Nona,” ucap salah satu pengawal sambil membukakan pintu.
“Terimakasih.”
“Pagi nenek,” sapanya saat masuk kamar.
Ia menemukan sang nenek juga sudah terlihat rapi pagi itu.
“Pagi sayang, sudah siap untuk pulang hari ini? Atau masih ingin menginap satu malam lagi disini?”
Zara menggeleng, “Pulang saja nek, aku tidak terlalu suka tidur di tempat lain.”
“Baiklah, sesudah sarapan kita pulang.”
Zara mengangguk. Lalu dari luar pintu terdengar Andrew meminta ijin untuk masuk. Nenek pun memberi kode agar pengawalnya membukakan pintu untuknya.
“Pagi nenek, pagi Zara.”
“Pagi ....”
“Pagi uncle ....”
“Ayo kita sarapan terlebih dahulu,” ajak nenek.
“Baik nek,” jawab keduanya.
Lalu mereka bertiga segera menuju ruang makan di salah satu sudut hotel. Ruang makan di hotel itu memang terletak di sudut hotel yang dekat dengan danau buatan.
Jadi view nya sangat indah saat dipandang, saat kita makan akan disuguhi sebuah pemandangan air dan taman buatan yang cantik. Membuat kita seolah sedang berada di alam bebas yang masih asri.
Acara sarapan pagi itu berjalan hikmat, karena tak ada percakapan di dalamnya, yang terdengar hanyalah denting suara sendok dan garpu yang saling beradu. Sedangkan mata mereka dimanjakan oleh sejuknya danau buatan itu.
...⚜⚜⚜...
...Kediaman Abraham....
Suara kicauan burung di pekarangan rumah sama sekali tidak mengusik tidur sang tuan rumah. De masih tertidur nyenyak di dalam selimut tebalnya. Cahaya sang mentari yang mencoba menyusup masuk lewat celah-celah jendela kamarnya juga sama sekali tidak bisa mengusik De.
Sedangkan tante Mayra sedang memasak beberapa menu untuk sarapan Tasya. Putri kecilnya sudah merindukan makanan korea, oleh karena itu ia pun memasak sendiri menu untuk putrinya itu.
Beberapa panggilan masuk sama sekali tidak diindahkan De, sampai ahirnya ayah De menelpon Mayra.
“Hallo pagi kak, ada apa?”
“Kemana anak itu?"
“Sepertinya De belum bangun kak, tadi malam kami pulang larut.”
“Bagaimana menurutmu tentang calon untuk De.”
Mayra mencoba mengingat siapa yang dimaksud kakaknya, dan beberapa saat kemudian ia baru ingat.
“Oh yang kamu maksud Aqila siapa itu... yang berulang tahun semalam kan kak.”
“Iya ...”
“Sangat cantik kak, cocok dengan De.”
“Lalu bagaimana respon De terhadapnya?”
“Dia sama sekali belum sadar kalau itu calon istrinya,” Mayra mencoba menahan tawanya.
“Benarkah ... ha ha ha ..."
“Iya kak, tapi sepertinya putramu tertarik padanya.”
“Syukurlah kalau begitu.”
“Iya...”
...🌹Bersambung🌹...
...Jangan lupa untuk tekan untuk selalu tekan ❤ nya akak, terimakasih banyak sudah membaca sampai part ini... semoga makin suka....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Risky Titi sarlinda
❤️❤️❤️❤️ satukan mereka ya KK author soal de setia dan tulus bukti dia gak pernah macam macam dengan laura dia sebenarnya juga baik
2022-01-01
0
CebReT SeMeDi
wahh boom lagi
2021-10-25
0
Lizaz
Sudah aku favoritkan dan rate 5 ya kak
Ditunggu feedback nya 🤗
2021-10-16
1