Sempat untuk beberapa saat Brian terpesona akan mata biru sebening lautan milik Zara. Sorot mata yang mampu meluluhkan hati siapapun yang memandangnya.
Bukannya marah, Zara malah tersenyum manis ke arah Brian. Zara memang sosok yang ramah pada siapapun, termasuk pada orang yang belum ia kenal.
.
.
Dug ... jedug ... jedug ... jedug ....
Jedug ... jedug ... jedug ....
.
.
Begitulah bunyi detak jantung Brian saat itu. Menggila tidak karuan dan menimbulkan getaran-getaran aneh di dadanya. Maklum meskipun tampan tetapi Brian selama ini belum punya kekasih.
Bukan tidak ada wanita yang tidak mau mendekatinya tetapi memang dia tidak suka bermain wanita. Didikan ibunya yang berdarah Indonesia membuatnya sangat menghormati makhluk yang disebut wanita.
Lamunan Brian buyar ketika pelayan toko menyapanya kembali.
"Maaf Tuan? apa bersedia menunggu? mungkin akan saya buatkan kembali dalam waktu kurang lebih empat puluh lima menit lagi," ucap pelayan itu memecah keheningan yang terjadi.
Tetapi perkataan pelayan barusan menginterupsinya agar ia kembali fokus untuk menjawab pertanyaan dari pelayan itu.
"Bagaimana Tuan?"
"Em.. tidak bisakah dipercepat?" ucapnya sambil mengalihkan pandangannya.
"Tidak bisa Tuan, itu sudah estimasi yang tercepatz" jawab pelayan itu dengan tersenyum.
Tiba-tiba Zara tetarik dengan orang disebelahnya. Ia pun mencoba berbincang dengannya.
"Apa kakak sangat terburu-buru?" tanya Zara ramah.
Brian pun menoleh pada Zara dan tersenyum, "Sebenernya tidak sih, cuma itu kue kesukaan nenekku dan aku harus membawanya pulang segera!"
"Kalau kakak buru-buru aku bisa memesan kue yang lain, kue itu buat kakak saja!"
"Ah benarkah?"
"Iya kak."
"Son sourire est si beau," batin Brian.
(senyumnya begitu indah, terjemahan bahasa Perancis)
Zara memang ramah pada siapapun menjadikannya terlihat semakin menarik di hati Brian.
"Jadi bagaimana Tuan? mau pesan yang mana?"
Brian menjadi salting seketika, di satu sisi ia tidak enak hati pada gadis di sampingnya itu, di sisi lain ia tidak bisa membayangkan kalau ia tidak bisa membawa kue itu pulang, sudah pasti omelan panjang dari nenek akan menantinya.
Disaat Zara melihat orang di sampingnya bingung, ia pun memilih untuk menyerahkan kue itu pada pelayan dan menyuruh untuk membungkusnya.
"Bungkus saja kuenya untuk kakak ini, biar aku memilih kue yang lain," ucap Zara.
"Eh tidak usah nona, biarkan aku memilih kue yang lain saja," tolak Brian dengan tidak enak hati.
"Tidak apa-apa kak, biar aku saja ..."
"Aku saja nona ..."
Ahirnya terjadilah keributan yang tidak penting antara keduanya. Sedangkan De yang menunggu di depan toko sudah tidak sabar. Ia pun menyusul Brian ke dalam toko.
Dengan langkah lebarnya De sudah hampir sampai dimana tempat sahabatnya itu berdiri.
Dilihatnya dari kejauhan, ternyata sahabatnya itu sedang berbicara dengan seorang gadis.
"même taquiner les filles ..." batin De.
(malah menggoda gadis, terjemahan bahasa Perancis)
"Eh tunggu dulu, bukankah itu gadis yang tadi di kampus?" batin De.
Saking penasarannya ia pun mendekati Brian dan benar saja, gadis yang bersama Brian adalah gadis yang dicari De tadi.
"Hei ..." sapanya pada Brian.
"Kenapa kamu lama sekali?"
"Hei, maaf kamu membuatmu menunggu lama, tenang hanya hal kecil saja kok, tunggu sebentar ok."
"Hmm ..." jawab De.
Zara seperti familiar dengan suara lelaki tadi, tapi ia tidak bisa melihat De, karena tubuhnya tertutup badan lelaki di sampinya itu. Mereka pun lagi asyik mengobrol, sehingga membuat Zara kesulitan melihat wajahnya.
"Jadi bagaimana Tuan?"
Dengan cepat Zara memberi kode pada pelayan toko kue itu untuk membungkus kue itu dan menyerahkannya pada Brian.
"Eh ..." ucap Brian kaget karena ia sudah diberi kotak kue oleh pelayan itu.
Saat dirinya sedang asyik mengobrol dengan De, rupanya Zara telah merelakan kue itu untuknya. Brian menjadi tidak enak hati.
Zara tersenyum padanya, "Buat nenek saja kak."
"Terimaksih nona, oh ya bolehkah aku tau namamu?" tanya Brian sopan dan mengulurkan tangannya pada Zara.
Zara pun menerima uluran tangan Brian sambil menyebutkan namanya, "Zara ..."
"Brian..."
"Terimakasih nona Zara."
"Sama-sama."
Sedangkan De hanya diam mematung melihat sahabatnya sudah satu langkah di depannya. Ia mengepalkan tangannya.
"Kenapa dia duluan, argghhh ..." gumamnya.
Setelah pembayaran selesai, Kedua lelaki tampan itu pun pergi meninggalkan toko kue itu.
Di perjalanan, Brian menyikut lengan De, "Baru kali ini aku melihat gadis secantik itu."
"Sepertinya dia gadis yang menarik."
De mendengus kesal tidak suka, dia pun mendiamkam sahabatnya itu dan membiarkannya mengoceh tidak karuan sepanjang jalan.
Sampai mereka ahirnya tiba di parkiran mall. Kedua pemuda tadi segera masuk mobil. Lalu sepersekian detik berikutnya, mobil sport itu pun melaju meninggalkan area mall terbesar itu.
Sedangkan Zara kembali ke meja tempat Rini dan Hesti menunggunya.
"Pasti mereka sudah kelaparan karena lama menungguku," batin Zara.
"Astoge ... ni anak pergi kemana si? katanya beli kue.. kok lama amat," omel Rini.
"Sabar Buk, daripada ngomel mending beli camilan lain."
Tiba-tiba dari arah belakang muncullah Zara dengan membawa senampan kue untuk mereka bertiga.
"Hai ... lama nunggu ya? maaf kuenya habis jadi nunggu buat lagi."
"Ya ampun Zaraaaa....a ... kalau abis ya cari yang lain aja kali ..."
Terlihat sekali Rini sudah kelaparan, sehingga membuat otaknya oleng lagi. Belum pula Zara mendudukkan dirinya sudah kena omel dari sahabat gesreknya itu.
"Ya maaf tante," ucapnya sambil tersenyum.
Ia pun mendudukkan dirinya di kursinya kembali dan menyesap minumannya yang sudah tidak dingin lagi.
Lalu sesudahnya mereka pun memakan kue itu. Belum lagi sesuap pelayan foot court mengantarkan pesanan minum mereka kembali.
Tentu saja karena minuman mereka sudah tidak dingin lagi, makanya Hesti memesan menu minuman yang sama untuk kedua kalinya.
...***...
Ahirnya siang itu mereka menghabiskan waktunya untuk makan di food court. Lalu setelah tiga jam kemudian mereka beranjak pergi meninggalkan mall tersebut untuk pulang ke rumah.
.
.
.
Matahari telah kembali ke peraduannya, menyisakan senja yang begitu indah tergores di ufuk barat.
Melukiskan semua kenangan indah yang telah terjadi hari ini.
Zara bersyukur ia bisa kembali ke mansion dengan selamat. Tiga hari yang lalu ia pikir itulah ahir hidupnya.
Ketika tiba-tiba penyakit itu datang menyiksanya. Ia benar-benar kesakitan pagi itu, dan tidak ada orang yang menolongnya. Apakah nanti disaat ia pergi benar-benar sendirian?
"Arghh.. aku benar-benar tidak bisa membayangkannya."
.
.
Ceklek
.
.
Pintu kamar Zara terbuka, sang pemilik kamar pun menoleh.
"Nenek?" seru Zara.
Ia pun melompat dari atas kasurnya dan berhambur memeluk satu-satunya orang terkasih dalam hidupnya.
.
.
...~Bersambung~...
.
.
...Hmm.. apa kalian suka dengan karya author kali ini? kalau iya.. jangan lupa tekan ❤ nya ya.. Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
JW🦅MA
asyik juga ya
2021-11-08
0
JW🦅MA
BERDEBAR
2021-11-08
0
JW🦅MA
BUAT CEMILAN RIBUT NYA
2021-11-08
0