Semua mata tertuju pada seorang gadis yang amat cantik malam itu. Bak seorang putri yang sangat bersinar, auranya memancar dengan sempurna ke seluruh ruangan. Berhasil menyihir beberapa pasang sorot mata diantara para tamu undangan baik anak-anak, pemuda, dewasa, hingga orang tua.
Banyak yang menginginkan Zara menjadi bagian dari keluarga mereka. Sayangnya mereka tidak tau kalau calon jodoh Zara kini berada diantara mereka.
Bodohnya lagi, De sama sekali tak menyadari kalau itu adalah Zara. Adik kelasnya di kampus, sekaligus calon istrinya yang sempat mengusik hatinya dalam beberapa hari terakhir ini.
Belum sempat ia mencari tau tentang sosok gadis yang mengusik hatinya dalam beberapa hari terakhir, nyatanya takdir malah berpihak padanya.
Calon istri yang selalu ia tolak karena dengan alasan penyakitan. Tetapi malam itu ia tersihir akan kecantikan Zara sama seperti para hadirin yang lainnya.
Suara MC di depan sana membuat lamunannya buyar, semua hadirin diharapkan untuk tenang karena acara inti akan segera dimulai.
Nenek memperkenalkan Zara di hadapan para tamu undangan sebagai cucu serta penerus perusahaannya.
Riuh tepuk tangan menggema di seluruh ballroom hotel malam itu. Terlebih lagi tanpa ia sadari ternyata malam itu sekaligus untuk merayakan ulang tahun Zara yang ke dua puluh dua.
Zara sendiri bahkan lupa akan hari bersejarahnya itu. Sepertinya ia terlarut dalam sakitnya hingga ia lupa dengan hari spesialnya itu.
Dari arah pintu, sebuah kue tart raksasa nan cantik segera didorong beberapa pramusaji menuju podium. Seluruh lampu meredup kecuali lampu yang menyinari bagian podium. Tempat dimana puncak acara tersebut akan dimulai.
Zara, nenek dan uncle Andrew telah berada di podium. Menanti kue itu untuk sampai disana.
.
.
Ahirnya puncak acara malam itu segera dimulai. Terdengar nyanyian lagu selamat ulang tahun dari salah satu musisi tanah air yang berada di sebelah podium.
Lantunan musik yang keluar dari tuts tuts piano yang dimainkan secara tunggal bertalun indah dan merdu mengalir mengiringi suasana bahagia malam itu.
Membuat siapa saja terhanyut dalam nada-nada yang indah yang tercipta. Zara tak menyangka malam ini ia akan mendapatkan kejutan indah untuk hari ulang tahunnya.
Air matanya hampir tumpah karena rasa bahagia yang membuncah malam itu. Disatu sisi ia bahagia, disisi yang lain ada ketakutan tersendiri yang datang menyergap.
Apakah ini merupakan perayaan ulang tahun terahir untuknya? Apakah akan ada ulang tahun di tahun-tahun berikutnya?
Tepukan halus dari tangan nenek membuyarkan lamunan Zara untuk sesaat. Ia pun segera menghapus sudut matanya, agar tak tampak kesedihannya.
"Tiup lilinnya sayang..." ucap nenek.
Zara mengangguk, lalu ia menangkupkan kedua tangannya lalu memanjatkan doa serta harapan untuk dirinyanya. Setidaknya jika Allah mengijinkan, ia ingin membalas semua kebaikan nenek dan orang-orang yang menyayanginya sebelum ia pergi untuk selama-lamanya.
Mata indah Zara terpejam untuk beberapa saat lalu terbuka kembali. Baru sesudahnya ia segera meniup lilin. Sesaat kemudian terdengar riuh tepuk tangan dari seluruh hadirin malam itu. Semuanya bersorak bahagia serta turut memberikan doa-doa terbaik untuk Zara.
Lalu sampailah pada acara potong kue. Kue pertama ia berikan untuk neneknya, dan kue selanjutnya ia berikan untuk unclenya yang berdiri tepat di sebelah kanannya.
Setelah acara potong kue selesai, para hadirin diberikan kesempatan untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan malam ini.
Di sela-sela acara jamuan makan, beberapa kolega bisnis nenek menghampiri Zara dan neneknya. Mereka mengucapkan selamat ulangtahun serta mendoakan Zara secara langsung.
Ada pula yang memperkenalkan anak laki-laki mereka pada Zara. Beberapa sorot mata yang tertuju pada Zara membuatnya sedikit risih. Tetapi ia harus tetap berada di tempat itu.
Beberapa diantaranya bahkan memberikan hadiah yang fantastis untuk Zara. Ada yang memberikan sebuah mobil keluaran terbaru, set perhiasan bahkan berlian yang nilainya ada angka nol nol yang bejejer indah dibelakang angka satu.
Zara sempat mau menolak tetapi interupsi nenek membuat Zara mengurungkan niatnya.
"Setidaknya hargailah pemberian orang meski kau tak menginginkannya sayang," bisik neneknya.
Zara mengangguk.
Lalu tibalah saat dimana De, tante Mayra dan Tasya untuk memberikan selamat serta doa untuk Zara.
Bukan pertama kalinya nenek melihat De, sebab sebelum ini ia pernah melihatnya di dalam foto yang diberikan ayahnya De beberapa pulan yang lalu. Tetapi baru kali ini ia melihatnya secara langsung.
"Tampan," gumam nenek sembari menyunggingkan sebuah senyuman.
Mereka berjabat tangan lalu berbincang untuk sesaat. Mungkin mata Zara agak siwer malam itu sampai ia tidak mengenali De, senior di kampusnya yang beberapa kali sempat menabraknya lalu tak meminta maaf padanya.
Meski mereka tadi berjabat tangan, tetapi De tidak menyebutkan nama panggilannya. Ia justru memperkenalkan dirinya sebagai Louis Abraham, calon penerus perusahaan Abra Corp.
Sedangkan Zara memperkenalkan dirinya sebagai Aqila Zalfa Sabira, calon penerus perusahaan Z&L Corp.
Untuk beberapa saat mata mereka saling mengunci dan terkagum, tetapi Zara mengakhirinya dengan segera. Ia lebih memilih untuk pergi sesaat untuk ke kamar mandi.
"Maaf saya permisi ke belakang dulu."
"Iya sayang."
Lalu nenek kembali berbincang dengan tante Mayra sedangkan De sudah pergi mengantar Tasya untuk mengambil salah satu cake yang menggodanya sedari tadi.
Tiba-tiba rasa pusingnya kembali datang. Keringat dingin mulai keluar dari pelipis Zara. Ia segera bergegas agar sampai di kamar mandi.
Andrew yang melihat keponakannya pergi keluar ruangan segera menyusulnya. Setelahnya Zara masuk toilet wanita, sedangkan Andrew hanya menunggu di depan toilet saja.
Terdengar Zara terbatuk-batuk di dalam sana. Andrew yakin, kondisi Zara sedang tidak baik-baik didalam sana. Karena tadi saat di perjalanan hal yang sama juga terjadi padanya.
Ia ingin mendobrak masuk, tetapi keadaan tidak memungkinkan. Ia pun meminta salah satu pengawal wanita untuk melihat keadaan Zara di dalam. Karena ia sudah agak lama berada disana dan belum keluar sama sekali.
Panik, adalah ungkapan yang tepat saat itu. Disaat pengawal mencoba masuk, Zara membuka pintu kamar mandi. Ia pun segera dihampiri Andrew.
"Kamu tidak kenapa-napa sayang?"
Zara menggeleng tetapi wajahnya yang sedikit pucat mengatakan hal lain. Ia memberi isyarat agar para pengawal menunggu di luar.
"You're not lying right?"
(kamu tidak berbohong kan)
"Yes im fine."
(ya, aku baik-baik saja)
"But your face says otherwise dear."
(tapi wajahmu berkata lain sayang)
"Uncle don't worry, everything will be fine, Ok."
(paman jangan khawatir, semua akan baik-baik saja)
"Now i believe in you."
(saat ini aku percaya padamu)
Zara tersenyum, lalu mengajak pamannya untuk kembali ke dalam pesta. Ia takut neneknya akan mencarinya.
.
.
Hmm ... mari kita doakan agar Zara masih mempunyai kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, aamiin
.
.
.
Jangan lupa untuk tekan tombol ❤ dan like ya teman-teman. Makasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
ku nantikan fback di menikah karen amanat yah kk
2022-01-10
0
Risky Titi sarlinda
semoga Zara sempat menikah dengan de dan memiliki anak ya walau pun ayah de berniat lain tapi de tulus lagian kan harta nya ada anak nya yang mewarisi tapi kalau bisa si dapat mukjizat Zara sembuh
2022-01-01
1
Neti Jalia
nyicil boom like lagi untukmu kk🤗🙏
2021-10-26
1