"Hah ... secepat itukah?" gumamnya.
Tetapi mau tidak mau Zara harus menuruti keinginan sang nenek. Dengan langkah kaki yang lemas ia memasuki kamar mandi hotel. Berniat untuk segera mandi dan berganti baju.
Sayup-sayup terdengar suara adzan maghrib dari sebuah masjid yang ada di sebelah hotel. Zara yang mendengarnya segera mempercepat mandinya.
Setelah selesai ia segera keluar dan berganti baju. Baru sesudahnya ia mengambil wudhu dan menunaikan ibadah maghrib.
Setelah beberapa saat, Zara telah selesai menunaikan kewajibannya pada Ilahi. Lalu ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Pasti itu make-up artis dan fashion stylish yang disewa nenek untuknya.
Ia pun mempersilahkan mereka untuk masuk kamarnya dan mulai menuntaskan pekerjaan mereka.
Benar saja malam ini ia benar-benar disulap menjadi seorang putri. Akankah ia menjadi pusat perhatian malam ini? Lalu sebuah pesta seperti apa yang akan ia hadiri malam ini.
Semua pertanyaan menghinggapi Zara saat ini. Ia bahkan rela wajahnya di corat coret kesana kemari.
...***...
...Kediamaan Abraham...
"Kakak, terimakasih banyak sudah mengajak Tasya jalan-jalan."
"Sama-sama sayang."
Ucap salah seorang anak kecil yang tersenyum sedari tadi. Padahal De hanya membawanya pergi ke area taman hiburan saja. Tetapi responnya begitu berbeda. Ternyata ia sangat menyukainya.
Tante Mayra juga sangat senang melihat De begitu akrab dengan keponakannya itu.
"Oh ya De, kata ayahmu, malam ini kamu harus mewakili ayahmu dalam sebuah undangan pesta."
"Oh ya?"
"Iya, saat tadi kamu lagi asyik bermain dengan Tasya, ayahmu telepon dan mengatakan maksudnya."
"Ia berharap kamu bisa datang, karena pesta malam ini sangat berpengaruh pada perusahaan ayahmu."
De mendengus kasar, ia bahkan belum mengenal kolega bisnis ayahnya tetapi apa, malam ini ia harus mewakilinya ke sebuah pesta.
Mayra melihat kebingungan diwajah De, ia paham betul apa yang dirasakan keponakannya itu.
"Kamu bisa kan De?"
"Entahlah ... aku belum pernah bertemu dengan kolega ayah, bagaimana bisa aku berbaur dengan mereka."
"Tenang De, aku akan datang bersamamu, kakak juga menyuruhku untuk menemanimu bersama Tasya."
"Oh ya?"
"Tentu, kalau begitu mari kita bersiap-siap terlebih dahulu."
"Nanti biar jas dan perlengkapan yang kamu butuhkan biar disiapkan pelayan dan diantar ke kamarmu."
"Ok tante, terimakasih."
De memasukkan tangannya ke saku celananya. Tak sengaja ia menyenggol sebuah kotak kecil, dan ia baru teringat sesuatu.
"Astaga, ini kan titipan Om tadi."
De berbalik dan mencoba mencari keberadaan tantenya itu. Ternyata ia masih dalam jangkauan De.
Ia pun menyusul tantenya itu.
"Tante, tunggu sebentar."
"Eh iya De, ada apa?"
De menyerahkan sebuah kotak hitam persegi pada tantenya itu.
"Apa ini De?"
"Itu titipan dari seseorang, katanya teman lama tante, ia meminta maaf karena tidak bisa datang saat pernikahan tante beberapa tahun lalu."
"Hah ..."
Mayra teringat akan sesuatu, mungkinkah ini hadiah darinya.
.
.
>>>FLASH BACK ON
"Mayra, aku mohon jangan tinggalkan aku..."
"Maaf, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, maaf ..." ucap wanita itu.
"Aku mohon, pertimbangkan sekali lagi keputusanmu."
Wanita itu berbalik, ia mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir. Jika ia bisa memilih, pasti ia akan memilih laki-laki di hadapannya itu. Tetapi ia tidak bisa. Ada hal yang lebih penting ketimbang memperjuangkan cinta diantara mereka.
Ia pun berbalik dan menatap lelaki di depannya itu.
"Kamu pergilah dan lupakan aku, kita sudah tidak bisa bersama lagi."
"Aku mohon Mayra, menikahlah denganku..." ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak hitam persegi persis dengan yang ia pegang saat ini.
Mayra pergi berlalu meninggalkan lelaki itu dan memilih menikah dengan lelaki pilihan orangtuanya.
Sedangkan lelaki tadi masih bersimpuh sambil memandangi pujaan hatinya yang pergi meninggalkannya.
.
.
>>>FLASH BACK OFF
.
.
Mayra menepis semua ingatannya itu lalu pergi ke kamarnya. Sedangkan De sudah lebih dulu meninggalkan Mayra dan sudah berada di kamarnya.
Ia ingin segera mandi dan mempersiapkan dirinya. Karena melihat jam yang tertera di undangan serta lokasinya yang cukup jauh, ia harus mempercepat kegiatannya.
Satu jam kemudian mereka telah bersiap-siap. De tampak gagah dengan balutan jas hitamnya. Begitu pula dengan Tasya putri kecilnya yang telah ia sulap menjadi seorang little Princess.
Ia tak menyangka keahliannya dalam dunia make up masih berguna sampai saat ini.
Setelah semuanya siap, mereka bertiga segera menuju hotel yang dimaksud ayahnya De. Jarak yang ditempuh mereka lumayan memakan waktu satu jam perjalanan.
Sampai ahirnya mereka sampai di hotel yang tertulis di undangan itu.
...***...
Tok
Tok
Tok
"Permisi Nona Zara..."
"Apa Nona sudah siap?" tanyanya dari luar ruangan kamar.
"Iya, sebentar lagi Nona Zara sudah siap."
"Perfect ..." ucap MUA itu setelah selesai mendandani Zara.
Malam itu Zara yang biasanya tanpa make up harus rela disulap menjadi Princess hanya keinginan neneknya. Ia pun sedikit terkesima dengan wajahnya. Ternyata ia bisa kelihatan cantik.
"Hmm, anda sungguh cantik Nona."
"Terimakasih banyak."
Lalu Zara pun bersiap-siap untuk memakai sepatunya. Malam ini ia terpaksa memakai hells dengan ketebalan lima centimeter saja.
“Astaga, sebenarnya ini acara apa sih?” batin Zara terus bertanya-tanya.
"Kenapa harus berpenampilan seperti ini?
Lalu sesudah MUA itu memasangkan mahkota kecil pada kepala Zara. Ia pun tersenyum senang. Setidaknya hasil karyanya malam itu membuat wajah cantik Zara makin bersinar.
“Tunggu dulu, ini hanya sebuah perkenalan saja bukan? Kenapa harus secantik ini?”
Belum sempat ia berdiri, beberapa pengawal masuk ke ruangan Zara.
“Permisi Nona, anda sudah ditunggu Nyonya Besar di Aula Hotel.”
“Hmm ...”
Lalu ia pun melangkah mengikuti beberapa pengawal neneknya menuju ballroom tempat acara akan dilangsungkan.
Bak seorang putri yang dikawal ketat penjagaannya bahkan tak boleh tergores sedikitpun.
Zara melangkah anggun menuju tempat itu. Saat pintu ballroom dibuka, kedatangannya disambut riuh tepuk tangan dari seluruh hadirin yang datang malam itu.
Hampir seluruh kolega bisnis neneknya hadir di tempat itu. Semuanya terpukau akan kehadiran sang pewaris tunggal kekayaan neneknya itu.
Banyak desas desus tentang cucunya tetapi tak banyak media yang berhasil meliput ataupun mendapat informasi tentang Zara. Bahkan di kampusnya pun ia tidak mendapatkan prioritas.
Karena memang status dan keberadaannya sangat dirahasiakan. Baru kali ini ia muncul di publik. Semua mata tertuju pada Zara dan para pengawalnya.
Sorot lampu utama mengiringi langkahnya menuju podium, tempat dimana neneknya sudah berdiri.
Dari sudut ruangan terlihat De, Tasya serta Mayra yang memandang kagum pada Zara.
.
.
Lalu sebenarnya acara apa yang sedang berlangsung saat ini ?
.
.
Kita tunggu di bab selanjutnya, terimakasih yang sudah membaca sampai part ini.. semoga suka..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
lagi
2021-10-25
0
haryani
lanjut
2021-10-16
1
My Lady
sehat2 ka
2021-10-13
1