Karena kondisi Zara semakin drop maka ia pun harus cuti kuliah untuk beberapa waktu. Andrew sudah mengurus langsung ijin cuti untuk adik keponakannya itu.
Ia rela cuti dua hari demi merawat dan mengurusi segala keperluan keponakan tersayangnya itu.
...***...
...Mansion Lily...
"Permisi apa aku boleh masuk?" ijin lelaki berkulit putih dengan tinggi 173 centimeter itu.
"Ya masuklah."
"Permisi tante, apa kabar?"
"Hmm, ada apa Andrew?"
"Aku langsung bicara pada intinya saja boleh?"
"Hmm ..."
"Maaf jika aku lancang tante, kulihat kondisi Zara semakin menurun setiap harinya, bagaimana kalau dia kita bawa ke luar negeri untuk pengobatannya."
Nenek Zara berdiri dari tempat duduknya, ia memandang hamparan halaman belakang rumahnya yang luas itu. Ia sebenarnya memikirkan hal ini sudah sejak Zara mendapat vonis itu dari dokter, tapi Zara menolaknya.
"Bagaimana tante?"
"Biarkan aku yang memikirkan langkah apa yang seharusnya aku ambil."
Terasa sekali dari beratnya suara nenek Zara, kalau keadaan saat ini sangat membebaninya. Keheningan sempat terjadi beberapa saat. Sampai ahirnya Andrew membuka suaranya kembali.
"Aku harap apapun keputusan yang tante ambil, terbaik untuk semuanya, aku pamit."
"Hmm, terimakasih Andrew."
"Sama-sama tante, aku permisi."
Tidak biasanya nenek Zara bersikap tenang dan damai terhadapnya, berarti memang saat ini beliau sedang banyak pikiran. Andrew pun melangkah pergi meninggalkan ruangan nenek dan segera melaju ke rumah sakit.
...***...
...Rumah Sakit Internasional...
Setelah sampai di rumah sakit, Andrew segera melangkah masuk ke ruangan tempat Zara dirawat. Tapi ia hanya bisa memandanginya dari luar kaca.
Tampak dari kaca luar kamarnya, terlihat seorang gadis dengan wajah memucat masih menutup matanya.
Andrew mengelus perlahan wajah cantik Zara dari balik kaca ruang inapnya. Saat ini ia dirawat di ruang ICU. Memang sejak kejadian kemarin pagi, Zara masih dalam pemantauan intensif selama lebih dari dua puluh empat jam.
Ruangannya pun disterilisasi, jadi hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk kesana. Meskipun ia memiliki akses masuk, tetapi Andrew hanya memandanginya dari luar ruangannya itu.
Lagi pula peralatan medis yang berada di ruangan itu sudah sangat lengkap ketimbang ruang lainnya. Tenaga medis yang memantau selalu siap siaga. Tapi sayangnya ia tidak boleh dijenguk oleh sembarang orang.
Oleh karena itu, Zara pun ditempatkan di ruang ICU agar mendapatkan pertolongan yang tepat.
"Zara kapan engkau bangun? apa kau tidak merindukanku?"
"Dua hari ini aku sudah cuti dari kantor hanya untuk mengurusmu, oh ya, kamu jangan hawatir aku akan menemanimu setelah ini," ucap Andrew dari balik kaca.
Kedua netra matanya terus memandangi wajah gadis yang telah mencuri hatinya sejak beberapa tahun lalu. Meskipun ia tau ini salah, tetapi hatinya tidak bisa berpindah ke lain hati.
Lamunan Andrew buyar ketika bahunya ditepuk seseorang.
"Damn..." umpatnya.
Ia pun menoleh, dan melihat siapa yang berani mengganggunya.
"Sorry bro, gue gak sengaja." Ucap salah satu dokter muda tampan yang bekerja di rumah sakit itu.
"Charles ..." sapanya.
"Hi Andrew, apakabar? lama tak jumpa kau semakin tampan saja."
"Begitu pula denganmu, aku tak menyangka bertemu denganmu disini!"
Kedua lelaki ganteng itu saling berpelukan satu sama lain, ia tak menyangka bisa bertemu sahabatnya dulu saat kuliah di Perancis.
"Kamu bekerja disini?"
"Seperti yang kau lihat ..." Ucap Charles dengan gaya maskulinnya.
Andrew berdecak, "Kau tetap sama seperti dulu ..."
"Ngomong-ngomong siapa yang dirawat disini?" tanya dokter itu.
Andrew kembali memandangi sosok gadis yang terbaring lemah di dalam. Charles pun ikut menengok ke arah pandangan sahabatnya itu. Sosoknya menangkap wajah seorang gadis yang cantik jelita sedang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.
"Pacarmu? atau calon istrimu?" ucap Charles kemudian.
"Dua-duanya ..."
"Hmm ... " Charles menoleh dan mengamati sahabatnya itu.
"Kenapa dia bisa disini?"
Tampak Andrew menghela nafasnya, terasa berat namun ia tetap menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Kanker otak ..."
Charles menepuk bahu sahabatnya mencoba menyalurkan ketenangan untuknya. Ia tau sahabatnya ini butuh seseorang orang untuk berbagi cerita. Oleh karenanya ia mengajaknya ke tempat kerjanya.
"Ayo ikut ke ruanganku, sudah lama kita tidak mengobrol."
Andrew mengangguk, lalu mengikuti arah langkah sahabatnya itu. Mereka kemudian menuju ruangan praktek dokter Charles.
...***...
...Sementara itu di kampus....
Sejak Zara mengambil cuti kuliah dua hari ini, Rini sangat merindukan sahabatnya itu. Ia pun mulai memikirkan sebuah cara agar ia bisa menemui sahabatnya itu.
Meskipun kemarin ia mendapat kabar dari neneknya kalau Zara diajak pergi ke luar kota, ia tidak bisa percaya begitu saja padanya.
Zara bukan tipikal anak yang rela cuti sekolah hanya gara-gara diajak pergi ke luar kota. Zara selalu me-nomor-satu-kan pendidikan diatas segalanya.
Bahkan saat masih berstatus pelajar di sekolah menengah pertama, ia pernah sekolah meskipun ia sedang sakit.
Rini tau betul watak sahabatnya itu, dan anehnya ini terjadi saat ini.
"Ada yang tidak beres rupanya ...." gumam Rini dalam lamunannya.
Pletak ...
Sebuah jitakan berhasil membuyarkan lamunan Rini saat ini. Riuh gelak tawa dari mahasiswa lainnya terdengar bersaut-sautan. Rini menjadi salah tingkah seketika.
Ia pun meringis kesakitan ketika di depannya sudah berdiri dosen Lia yang melotot tajam ke arahnya. Entah sejak kapan dosennya yang sexy bin semlohay itu sudah berdiri dan berkacak pinggang di depannya.
"Sudah belum melamunnya?" tanya-nya dengan suara manjanya itu.
"He he he, maaf Bu, belum... kurang sedikit lagi, " ucap Rini sambil tangannya memberi kode pada dosennya itu.
"Hemm... "
Pletak
Pletak
Pletak
"Aduh ... ampun Bu, sakit tau!" teriak Rini kesakitan akibat ulah dosennya itu.
Ia mengusap keningnya yang panas akibat jitakan sang dosen.
"Kalau belum selesai, silahkan keluar dari mata kuliah saya!"
"Aduh... maaf Bu, saya belum selesai mencatat materi yang ibu berikan pada saya, saya gak mau keluar!"
"Hmm..." ia pun mengepalkan tangannya dan kembali ke depan kelasnya untuk kembali mengajar.
Daripada meneruskan hal yang tidak penting itu, dosen Lia mengabaikan salah satu kelakuan muridnya yang super absurd itu.
Begitulah sikap Rini di kampus dan di manapun. Ia selalu cuek dan apa adanya. Meskipun hal seperti tadi sudah menjadi kebiasaannya, tetapi ia tidak pernah jera untuk melakukannya.
...***...
...Di alam mimpi Zara...
"Zara... Zara ..."
Nampak dua orang berpakaian serba putih menyapanya. Mereka tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangannya.
Ia pun mendekatinya lalu memandangi wajah mereka satu persatu.
"Ibu, ayah ..." ucapnya kala itu.
Derai air mata kebahagiaan tidak bisa tertahankan lagi. Ia meluncur dengan derasnya dari kedua kelopak mata indah Zara.
"Jangan menangis sayang, hidupmu masih panjang, kenapa kamu menyusul ayah dan ibu?"
"Hah, " Zara terperanjat kaget.
Singkatnya kemarin ia masih dalam perjalanan ke kampus. Lalu bagaimana bisa ini terjadi.
"Tunggu dulu, kenapa pakaiannya sama seperti mereka?" batinnya.
"Zara, pulang ya nak, jika waktunya nanti tiba, kamu bisa bersama ayah dan ibu disini."
...~Bersambung~...
.
.
.
...Hai hai, bagaimana dengan novel kali ini? semoga kalian suka ya, maaf jika masih banyak kekurangan di dalamnya. Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Siapa Aku?
zara yang kuat yah
2021-12-26
0
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
ai dah mampir thor
2021-12-09
0
JW🦅MA
Lanjut ya
se,mangat terus
2021-11-08
0